THIRTY EIGHTH - The Demons

772 148 9
                                    

Hai haiiiii!!
Berhubung judul chapter ini The Demons, jangan baca sendirian, ya. Apalagi malem malem
HAHAHAHAHAHA CANDA

Tapi, beneran serius, kalo penakut jangan scroll sampe bawah. Aku dah kasih warning ya jadi ga boleh protes.



⚠️⚠️⚠️

Pesta barbecue sebenarnya sudah berakhir pada pukul 7 malam, dua jam yang lalu. Tetapi, sampai sekarang Jaerin masih berada di rumah Jaehyun. Taeyong bilang ia harus ikut minum bersamanya dan Jaehyun.

Tidak. Ia yakin Taeyong bukan tipikal pria brengsek yang membuat seorang gadis mabuk kemudian memanfaatkan kesempatan itu untuk menyentuhnya. Bukan, Taeyong tidak mungkin seburuk itu.

Karena itu lah ia menyetujui permintaan itu. Lagipula sudah lama ia tidak minum bersama orang lain.

Usai membersihkan tubuhnya, ia berjalan menuju ruang keluarga. Setelah berada di rumah Jaehyun selama kurang lebih 4 jam, ia mulai menghapal letak-letak ruangan di lantai satu, seperti ruang tamu, ruang keluarga, dapur, taman, dan tentu saja kamar mandi.

Jaerin masih berpakaian kemeja dan rok selutut. Tentu saja ia tak membawa baju ganti ketika berkunjung ke rumah Jaehyun. Ia bahkan tidak pernah mengira akan berakhir berpesta barbecue hari ini.

Sesampainya di ruang keluarga, ia melihat Mark menonton televisi sendirian. Padahal sebelum ia mandi masih ada Taeyong dan Jaehyun.

"Mark? Where are others?" tanyanya kemudian duduk menyejajari Mark yang menatap kosong televisi di hadapannya.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi yang menampilkan saluran tanpa sinyal, Mark menjawab, "Buy some alchohols."

Jaerin berdecak kemudian merebut remot di sisi tubuh Mark. "Apa yang kau lihat, Mark? Bukan kah ada acara yang lebih menarik?" gerutunya seraya mengganti saluran televisi. Namun, anehnya seluruh saluran menampilkan tampilan yang sama. Seolah sambungan televisi dan antenanya sudah diputus.

Kepala Mark meneleng ke samping kemudian menatap ke arah Jaerin. Sudut bibirnya terangkat membentuk seringaian lebar. "Iya ada."

Merasakan ada yang aneh, Jaerin menoleh. Jantungnya seolah berhenti berdetak ketika mendapati pandangan Mark padanya berubah. Dia yakin yang di hadapannya itu bukan lah Mark.

Dengan cepat, Jaerin melempar remot televisi ke arah Mark dan berlari kencang menghindari pria itu. Namun, belum sempat dirinya mencapai pintu yang membatasi ruang keluarga dan ruang tamu itu, sebuah tangan mencekal kakinya hingga dirinya jatuh tersungkur.

Ia menjerit histeris saat tangan itu menarik kakinya kuat. Tangannya terulur untuk meraih gagang pintu. Namun, sia-sia saja karena tarikan itu lebih kuat dan cepat.

Entah apa yang terjadi selanjutnya. Yang Jaerin rasakan saat ini adalah tubuhnya melayang dan menabrak dinding. Tidak begitu kuat, tetapi ia tetap merasakan sakit di bahunya saat menabrak dinding keras itu.

Saat Jaerin membuka matanya, ia mendapati Mark berada di depannya. Kedua tangan pria itu berada di lehernya. Dan Mark menyeringai sekali lagi. "Maksudmu acara seperti ini, 'kan?"

Dengan sekuat tenaga, Jaerin berusaha melepaskan cengkeraman kuat tangan Mark dari lehernya. "Mark, what are you doing? Get away!" teriaknya di sela napasnya yang mulai tersengal.

Pandangan Mark sempurna menggelap kemudian berubah menjadi merah. Sangat menyeramkan, sungguh. Apalagi ditambah dengan kekehan jahat yang mengalun bersama erangan Jaerin.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang