TWENTY EIGHTH - Escape

836 156 5
                                    

Jaerin mengumpat selama perjalanannya menuju klinik Taeyong. Baru saja, Jaehyun menelponnya, tepat ketika ia keluar dari ruang rapat. Beruntung Johnny mengijinkannya pulang lebih awal.

Lagipula, dari perkataan Jaehyun yang berkata bahwa ada hal mendesak yang membuatnya harus segera tiba di sana membuatnya sedikit parno. Ia benar-benar akan mengutuk Lee Taeyong jika ini ada sangkut pautnya dengan polisi.

Ia sudah berkata jika ia tak ingin dilibatkan jika itu menyangkut posisi Mark sebagai tersangka.

Namun, kenyataan bahwa di depannya ada sekelompok polisi beserta mobil-mobilnya berjajar di area klinik membuat harapannya terhempas. Ia tak berharap ini akan terjadi.

Belum sempat ia memutuskan untuk memutar balik arah mobilnya, dering ponsel mengagetkannya. Ia masih panik.

"Jangan lewat pintu depan. Pintu belakang saja."

Suara Taeyong langsung terdengar ketika ia mengangkat panggilan itu. Suara itu sama sekali tak terdengar panik. Sebenarnya untuk apa polisi-polisi itu berjaga jika bukan untuk sesuatu yang penting?

Ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Ia belum pernah mengetahui klinik itu mempunyai pintu belakang. "Pintu belakang mana? Aku tidak tahu daerah ini," tanyanya sedikit panik saat salah seorang polisi menatap aneh mobilnya yang tengah berhenti itu.

Terdengar, Taeyong berdecak kesal. "Astaga, kau hanya perlu memutari bangunan klinik dan kau akan menemukan pagar tertutup berwarna cokelat tinggi. Itu pagar klinik."

Jaerin mengulum bibirnya ketika polisi yang tadinya menatap mobilnya itu nampak memberitahu kawan polisinya. Seaneh itu kah pergerakannya?

Baiklah, tak mungkin baginya untuk melewati gerombolan polisinya itu. Ia harus jalan memutar agar tidak bertemu dengan polisi-polisi itu. Beruntung jika hanya ditanya tujuannya. Bagaimana jika polisi itu mengikutinya hingga pagar belakang klinik? Bagaimana juga jika mereka melihat Mark?

Yeah, walaupun ia berharap polisi-polisi sialan itu tidak sedang mengincar Mark. Tapi tetap saja.

"Baiklah mungkin aku akan tiba 5 menit lagi," ujarnya seraya memundurkan mobilnya. Berusaha mencari lahan untuk memutar balik mobilnya di jalan sempit itu.

Di seberang sana sepertinya Taeyong tengah menggeram rendah. "Tolong lebih cepat, Jaerin. Polisi akan segera tiba."

Jantung Jaerin berhenti untuk sesaat. Tunggu, jadi itu benar? Polisi itu mengicar Mark?

"P-polisi? Tunggu, bisakah kau jelaskan ini? Aku sama sekali tak mengerti," ujarnya terbata, berusaha menyangkal fakta bahwa kini polisi itu benar-benar terlihat mencurigainya.

Jadi, jika dirinya ke klinik dan polisi itu mengikutinya, ia juga akan terkena imbasnya, 'kan? Apakah ia pulang saja?

"Jaerin, kumohon. Aku akan menceritakannya setelah kau datang," pinta Taeyong. Terdengar begitu putus asa.

"Taeyong–" Jaerin menghentikan laju mobilnya tepat setelah ia menemukan pelataran rumah yang cukup lebar untuk dirinya memutar balik. Ia menghela napas seraya mengelus dadanya yang bergemuruh. "Kau ingat perjanjian awal kita, 'kan?" cicitnya.

Sunyi. Taeyong terdiam untuk sesaat. Mungkin jika Jaerin ingin tahu, saat ini Taeyong tengah menyisir ke belakang rambutnya yang sepenuhnya telah acak-acakan itu.

"Kau tidak akan berurusan dengan polisi, Jaerin. I promise."

Suara lembut Taeyong sedikit membuatnya tenang. Apalagi ketika ia mengecilkan volume suaranya, seolah-olah ia benar-benar berada di hadapannya dan berbisik di telinganya.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now