TWENTIETH (A)

903 173 2
                                    

"Bisa kita bicara sebentar?"

Jaerin mengangkat alisnya heran. "Bicaralah. Kita bisa bicara di sini, 'kan?" tanyanya kemudian menatap ke arah Jaehyun, Mark, dan Yerim yang juga menatap Taeyong penuh heran.

Di belakang Jaerin, Mark mendengus kecil saat Taeyong meliriknya sekilas. Ia tahu apa yang akan dibahas oleh Taeyong. Dirinya.

Tanpa memedulikan tatapan tajam Mark padanya, Taeyong menarik tangan Jaerin dengan paksa. "Ikut aku," ujarnya penuh tekanan hingga membuat Jaerin sempat memekik.

Mark menggeram dengan tangan terkepal. Namun, mengingat ada Yerim di sampingnya membuatnya harus menahan amarahnya untuk sesaat.
















***















Keduanya masuk ke dalam ruang periksa. Ini adalah pertama kalinya bagi Jaerin untuk melihat isi ruangan yang tak boleh ia masuki semalam. Dan sejujurnya, ia sangat terkesan dengan ruangan itu. Terasa nyaman dan hangat. Mungkin juga untuk memberikan kenyamanan bagi pasien Taeyong.

"Taeyong, apa tidak apa membiarkan Yerim tahu semua ini?" tanyanya untuk sekedar berbasa-basi. Ia lihat kini Taeyong tengah mengisi gelas kosong dengan air putih dari dispenser.

Taeyong melirik sekilas ke arah Jaerin sebelum kemudian menghela napas. Benar yang dikatakan oleh Jaerin. Bisa saja gadis itu berkhianat.

Merasa Taeyong tak berniat untuk menjawabnya, Jaerin kembali melanjutkan, "Maksudku, memang benar Yerim adalah sahabat Mark. Tetapi, apa kau tidak ada rasa curiga sedikit pun jika sewaktu-waktu gadis itu mengatakan yang sebenarnya pada publik?"

"Entahlah." Pria itu membawakan dua gelas air putih itu dan meletakkannya di meja kerjanya. Ia mengisyaratkan Jaerin untuk duduk di kursi di depan meja kerjanya. "Semuanya mengalir begitu saja ketika Mark setuju."

Jaerin mengerutkan kening. Ia tak mengerti bagaimana bisa Yerim mengetahui keberadaan Mark. Tapi, yang pasti ia mengerti perasaan Mark. Dia masih membutuhkan seorang teman sebaya.

"Yerim sama seperti dirimu."

Gadis itu berdecih mendengar kalimat Taeyong yang kini sudah duduk di balik meja kerjanya. "Tidak sama. Kau yang memaksaku," cibirnya seraya menatap ke arah jam pasir yang sudah berhenti mengalir.

Taeyong mengamati wajah dingin Jaerin yang sama sekali tak berubah dari awal keduanya bertemu. Ia mengulum senyumnya. "Tetapi, kau bersedia, 'kan?"

"Dan keesokannya kau membatalkan semuanya," sahut Jaerin acuh. Cukup kesal ketika mengingat Taeyong meremehkan kemampuannya.

Di samping jam pasir, ia dapat melihat sebuah figura yang menampilkan foto Taeyong, Mark, dan Jaehyun. Sebegitu dekatnya kah mereka? "Kapan foto ini diambil?" tanyanya seraya mengambil figura itu.

 Sebegitu dekatnya kah mereka? "Kapan foto ini diambil?" tanyanya seraya mengambil figura itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia terkekeh melihat betapa lucunya Mark di foto itu. Sepertinya Mark masih sangat muda di sini. Taeyong dan Jaehyun pun terlihat lebih muda daripada sekarang–meskipun tidak begitu kentara.

"Pertama kali Mark datang ke sini," jawab Taeyong dengan ketus. Ia tersinggung saat perhatian Jaerin dengan mudahnya teralihkan begitu saja. Ia merebut figura itu dari tangan Jaerin dan mengembalikan ke tempatnya. "Bisakah kita kembali ke topik?"

Jaerin sempat terkejut saat barang di tangannya tiba-tiba di rampas begitu saja. Ia menatap kesal Taeyong yang sepertinya juga kesal padanya. Huh, baiklah ia yang salah di sini karena mengalihkan pembicaraan bahkan sebelum mereka membicarakannya.

"Okay, aku meminta maaf karena telah membatalkan perjanjian secara sepihak bahkan sebelum semuanya dimulai. Maaf juga karena telah menolakmu dengan kasar."

Wajah Jaerin yang semula berkerut itu melunak. Apa yang baru saja ia dengarkan? Seorang Taeyong meminta maaf padanya.

Dengan tulus.

Bukan. Ia tidak sedang terenyuh dengan permintaan maaf Taeyong. Tetapi, cara bicara Taeyong terdengar seperti hendak mengatakan sesuatu yang terasa berbahaya olehnya.

"Aku benci mengatakan ini. Tetapi, apakah masih ada kesempatan bagiku untuk memintamu kembali?" tanya Taeyong dengan wajahnya yang serius meskipun dengan suaranya yang begitu lembut.

Shit.

"Aku tidak–"

"Please, Jaerin," putus Taeyong seraya menautkan kedua tangannya di atas meja. Ia menghela napas kemudian menunduk. "Paling tidak, buat aku percaya akan kata-katamu."

Kedua mata Jaerin menyipit melihat Taeyong yang begitu memohon padanya. "Apa yang membuatmu ingin percaya? Bukankah kau bilang kau tidak mempercayai hal-hal semacam 'itu'?"

Kepala Taeyong mendongak, menampilkan mata tajam yang sama sekali tak menunjukkan keraguan sama sekali. "Kejadian kemarin."
















TBC

Hayo lohhh ada kejadian apa antara Mark sama Taeyong??

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hayo lohhh ada kejadian apa antara Mark sama Taeyong??

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Where stories live. Discover now