"Gue sayang sama lo, sama icha, sama shila, sama mommy dan daddy, dan juga ayah sama bunda. Gue nggak mau pisah sama kalian. Gue mau selalu bersama-sama didunia ini bersama kalian semua. Lo tahu? Berat fi buat gue untuk menjauh dari lo. Tapi gue juga nggak bisa egois dengan tetap dekat dengan lo dan mengabaikan ancaman dari orang gila itu. Itu sama aja gue biarin orang gila itu melakai kalian berdua. Gue lebih senang jika gue yang terluka dari pada kalian berdua."

"Udah ya fii.. Lo liat nih mata gue udah mau banjir. Kan nggak lucu seorang acha yang tombay ini nangis didepan lo. Mau gue taruh dimana muka gue. Pokonya lo harus ingat pesan gue tadi. Bangkitlah dan berajar mengikhlaskan sesuatu. Buat ayah,bunda, mommy, daddy, dan icha nggak sedih. Jangat terpuruk fi. Lo cewek yang kuat gue yakin itu. Bangkit fi. Lo harus lindungin icha dan buat kedua orang tua gue tersenyum. Gue sama shila akan nunggu lo diatas sana nantinya."

"Ingat pesan gue fi...
See you next time fiorella freya calton. Lo sahabat terbaik gue."

Vidio itu barakhir, dan fio masih menatap kosong kearah layar monitor labtopnya.

"Lo yang terhebat acha. Bukan gue. Gue janji, gue akan kuat dan akan ngelakuin apa yang lo minta tadi" gumam fio pelan.

Fio bahkan sudah tidak bisa mengeluarkan air matanya lagi. Rasanya air matanya sudah kering karena sering menangis belakangan ini.

Fio bangkit dari ranjangnya dan berjalan keluar kamarnya. Fio berjalan menuju ruang keluarganya. Disana hanya ada daniel yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Fio langsung bejalan kearah daniel dan merebahkan tubuhnya di atas sofa dan menjadikan paha daniel sebagai bantal. Daniel yang merasakan kepada seseorang diatas pahanya langsung mengalihkan tatapannya dari ponsel kearah orang itu.

Daniel meletakkan ponselnya di atas meja dan mengusap lembut rambut fio. Fio yang mendapat perlakuan lembut dari daniel memiringkan tubuhnya dan menyembunyikan wajahnya keperut daniel.

"Kenapa?" tanya daniel lembut.

"Maaf." gumam fuo pelan.

"Buat apa?" tanya daniel.

"Buat semuanya." jawab fio lagi.

Ketika daniel ingin bertanya lagi, dia melihat orang tuanya dan allan memasuki ruang keluarga.
Allan mengangkat alisnya sebelah seolah bertanya kenapa? Dan daniel hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Maksudnya?" pancing daniel lagi. Fio belum menyadari kehadiran keluarganya disana.

"Semua sikap gue yang membuat kalian semua kepikiran. Gue janji nggak akan kayak gitu lagi. Seharusnya gue nggak kayak kemarin. Yang mengacuhkan kalian semua dan selalu pulang larut malam." jawab fio.

Aldrik ingin menegur fio yang berbicara dengan 'lo-gue', tapi ditahan oleh alena. Waktunya tidak tepat.

"Kita paham kok kak. Kita semua tahu kalau kakak terpukulkan atas kepergian kak acha." jawab daniel.

"Fiii.." panggil allan pelan.

Fio bukannya melihat kearah allan, dia malah semakin mengerat pelukannya diperut daniel.

"Kenapa?" tanya allan.

"Abang jangan liat.. Aku jelek.. Aku habis nangis." gumam fio parau.

"Kamu cantik kok." kata aldrik mendekati fio..

Fio mengeleng dalam pelukan daniel. Bahkan fio semakin menguatkan pelukannya di pinggang daniel dan semakin menyembunyikan wajahnya di perut daniel.

"Aku nggak mau." kata fio lagi.

Allan dan aldrik terus berusaha membujuk fio, tapi tetap saja gadis itu tidak mau. Dan akhirnya alena memberi kode kepada mereka untuk berhenti membujuk fio.

Allan dan aldrik menghembukan nafas pelan. Mereka menuruti permintaan alena dan membiarkan fio dalam posisi fio yang memeluk perut daniel.

"Kak?" panggil daniel pelan ketika merasakan nafas fio yang teratur. Sepertinya gadis itu sudah tertidur dipaha daniel.

"Dia tidur." kata daniel kepada orang tuanya dan juga allan.

"Angkat kekamar nggak bun?" tanya daniel kepada alena.

"Jangan. Biarin aja dia tidur dipaha kamu dulu." jawab alena dan mendapat anggukan dari daniel.

Aldrik menatap daniel dengan tatapan yang sulit diartikan. Daniel yang merasakan tatapan sang ayah merasa merinding sendiri.

"Benaran yah, aku nggak ngapa-ngapain kak fio. Sumpah deh." kata daniel kepada aldrik.

"Trus kenapa dia nangis.?" tanya aldrik kepada daniel.

"Aku juga nggak ngerti. Tadi waktu aku main HP disini, tiba-tiba aja kak fio datang dan langsung tidur dipaha aku. Pas aku tanya kenapa dia malah jawab maaf doang." jelas daniel.

"Kamu nggak bohongkan?" tanya aldrik meyakinkan.

"Yang dibilang daniel benar yah." bukan daniel yang menjawab tapi allan.

"Trus dia nangis kerena apa.?" tanya aldrik.

"Mungkin karena dia habis nonton vidio yang dikasih icha tadi." jawab allan.

"Vidio apa?" tanya alena.

"Tadi icha bilang kalau acha membuat vidio untuk dirinya dan juga fio. Mungkin karena itu dia nangis." jawab allan lagi.

Dan aldrik, alena, dan daniel hanya mengangguk pelan sebagai jawaban dari allan tadi.

"Tapi yah.." kata allan menggantung perkataannya.

"Apa?" tanya aldrik.

"Kayaknya fio dalam bahaya deh yah." kata allan pelan.

"Maksud kamu apa.?" tanya aldrik dingin.

"Tadi icha bilang kalau isi dari vidio yang dibuat acha. Acha mengatakan kalau orang yang menjadi dalang dari pembunuhan acha ingin melukai icha atau pun fio. Disini aku ragu, target dari pelaku itu fio atau icha." kata allan.

"Trus kenapa yang terluka kak acha?" tanya daniel.

"Tadi icha bilang kalau acha ngorbanin dirinya untuk melindungi fio dan icha. Kalau acha mengorbankan nyawanya maka orang itu tidak akan melukai fio atau pun icha. Nah disitu aku bingung. Targetnya itu icha, acha, atau fio."

Aldrik mengeraskan rahangnya mendengar penjelasan dari allan tadi. Dia tidak akan membiarkan fio ataupun icha. Tapi aldrik juga kesusahan mencari pelakunya, orang itu bekerja sangat rapi dan bahkan tidak meninggalkan jejak sedikitpun.

******************************

Tbc guys...

My Bad Girl (END)✓Where stories live. Discover now