Part 62

75.6K 3.5K 43
                                    

Disinilah fio saat ini, duduk bersimpuh digundukan tanah yang masih basah. Menatap kosong kearah kesebuah papan yang bertuliskan Karina Acha Alexsandara Binti Andre alexsander.

Sekarang apa? Apa yang harus dia lakukan? Kembali merasakan kehilangan seorang sahabat. Kenapa rasanya begitu sakit. Kenapa orang-orang yang dia sayang pergi meninggalkan dirinya. Kenapa orang-orang yang ada disekitarnya selalu terluka karena dirinya.

Kenangan-kenangan dimasa lalu terus berputar-putar bagaikan kaset rusak dikepala fio. Masa dimana acha selalu menjadi pahlawan bagi dirinya, icha, dan juga shila.

Masa-masa dimana mereka masih memakai rok biru. Kenangan tentang kejahilan acha. Kenangan dimana acha yang selalu membela dirinya. Kenangan bagaimana cara acha membalas perlakuan kakak kelas yang semena-mena kepada dirinya.

Kenapa acha begitu cepat meninggalkannya. Acha mengatakan dia akan pergi dengan tenang. Tapi tidak bagi fio, kepergian acha justru semakin menambah luka dalam hati fio. Luka yang belum sepenuhnya sembuh atas kepergian shila. Disaat luka itu belum sembuh sepenuhnya. Luka yang berusaha disembuhkan oleh fio. Tapi disaat luka itu sudah mulai memudar sekarang luka itu kembali terbuka. Bahkan luka itu semakin terluka parah.

Sekarang fio harus bagaimana? Akankah icha nantinya akan pergi meninggalkannya untuk selamanya, karena dirinya.

Tes..tes..

Fio kembali meneteskan air matanya. Rasanya begitu sakit jika mengingat kenangan kebersamaannya bersama sahabatnya dulu. Terlalu sakit melihat bagaimana cara kepergian mereka. Mengingat kepergian mereka karena dirinya.

"Kenapa?..kenapa kalian ninggalin gue..kalian ninggalin gue satu persatu...pertama shila..sekarang acha..besok siapa lagi..."

"Apakah icha? Atau..gue yang harus..hiks menyusul kalian?." satu isakan lolos dari mulut fio.

Allan dan irfan yang masih ada disana tidak sanggup rasanya melihat keadaan fio. Sudah dari tadi pagi mereka disini, tapi gadis itu belum juga ada tanda-tanda akan pergi.

"Fiii udah ya..biarin acha istirahat dengan tenang." kata allan sambil berjongkok disamping fio.

Fio menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak bang..semua ini salah aku hiks hiks...pertama shila..sekarang acha..hiks hiks"

"Semua ini takdir fi." kata irfan sambil menggenggam tangan fio.

"Mereka pergi bukan karena kamu, tapi tuhan sayang sama mereka. Makanya tuhan memanggil mereka duluan." kata irfan meyakinkan fio agar tidak menyalahkan dirinya.

"Fio ayo pulang." kata aldrik tegas dari arah belakang mereka.

Irfan dan allan serempak menoleh kearah aldrik yang sedang berdiri dibelakang mereka. Tapi fio malah tetap kearah batu nisan acha.

"Ayah nggak nerima penolakan.." kata aldrik lagi.

"Tapi ak-.."

"Pulang secara halus atau kasar?" tanya aldrik dingin. Bukannya aldrik tidak mengerti dengan perasaan putrinya, tapi dia melakukan ini agar putrinya itu mau pulang.

Dengan lemas fio bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan mereka semua. Semakin jauh dari makam acha, dada fio semakin sesak.

"Nggak gitu caranya yah." kata allan dingin kepada aldrik.

"Ayah lebih mengerti dia lan." kata aldrik tak kalah dingin dan berjalan menyusul fio.

"Ayah nggak ngerti dia. Dia itu rapuh, dia nggak sekuat yang kalian bayangin." kata allan pelan.

My Bad Girl (END)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang