Jilid 86

2.2K 38 0
                                    

"Tentu kau tahu," demikian Bok-kuihui menyambung. "Wanita dalam istana kerajaan kita entah berapa ribu jumlahnya, yang jauh lebih cantik dari padaku entah berapa banyak, sebabnya Hongsiang hanya menyukai aku saja, hal ini sebagian adalah karena ada jodoh, di samping itu berkat jasa si padri tua di Seng-tik-si kotaraja itu. adik cilik, kaupun tidak perlu sedih kalau Cihumu sekarang tidak memikirkan dirimu. Kelak bila aku sudah ikut Hongsiang pulang ke kotaraja bolehlah kau ikut ke Seng-tik-si untuk memohon pertolongan kepada padri tua yang sakti itu, dia tentu punya akal yang bagus.

"Akal bagus apa yang dipunyai padri tua itu?" Tanya A Ci heran dan tertarik.

"Hal ini akan kukatakan padamu, tapi jangan sekali-kali kau katakan kepada orang ketiga. Untuk ini kamu harus bersumpah bahwa kamu takkan membocorkan rahasia."

"Baik, Kalau kukatakan rahasia yang kudengar dari Bok-kuihui ini kepada orang lain, biarlah aku binasa dicincang orang dan mati tak terkubur."

"O, adik yang baik, ketahuilah bahwa padri tua itu maha sakti, dahulu sesudah aku menyembah dan memohon padanya, lalu dia memberikan sebotol kecil air suci, aku disuruh berdoa dengan sujud dan diam-diam air suci itu diminumkan kepada lelaki yang kusukai. Habis itu maka lelaki itu selamanya akan mencintai aku seorang saja, sampai mati pun hatinya takkan berubah."

Habis berkata ia lantas mengeluarkan satu botol porselen kecil warna jambon dan dipegang dengan hati-hati seakan-akan kuatir jatuh atau hilang.

A Ci menjadi heran dan bergirang pula, cepat ia memohon, "O, enci yang baik, bolehkah kulihat macam apakah air itu?"

"Melihat sih boleh saja, tapi hati-hati jangan sampai tumpah, lho." sahut Bok-kuihui sambil menyodorkan botol porselen itu dengan hati-hati.

A Ci menerima botol kecil itu, ia coba membuka tutupnya dan mengendus sekali, terasa bau harum sedap.

Segera Bok-kuihui mengambil kembali botol porselen itu dan menutup sumbatnya serta berkata, "Sebenarnya dapat kubagi sedikit air ini untukmu. Tetapi kukuatir kalau mendadak Hongsiang berubah pikiran dan masih kuperlukan air suci ini."

"Tadi engkau bilang Hongsiang sudah minum satu kali dan takkan berubah pikiran padamu?" A Ci menegas.

"Walaupun demikian, aku tetap kuatir, aku tidak tahu khasiat air suci ini apakah benar-benar dapat bertahan sekian lama. Aku pun kuatir air gaib ini jatuh ke tangan selir yang lain dan mereka pun diam-diam memberi minum kepada Hongsiang, andaikan Hongsiang takkan balik pikiran padaku juga sedikitnya akan berbagi pikirannya .... "

Baru bicara sampai di sini, tiba-tiba terdengar Yalu Hung-ki sedang memanggil di luar. Cepat Bok-kuihui mengiakan dan berlari keluar, "Bluk," tahu-tahu botol porselen kecil tadi jatuh dari bajunya tanpa diketahui olehnya.

A Ci terkejut dan bergirang pula, begitu Bok-kuihui melangkah keluar kemah, cepat ia jemput botol kecil itu dan dikantungi. Pikirannya, "Aku harus lekas bawa air ini untuk diminumkan pada Cihu, habis itu akan kuisi dengan air biasa, lalu ku kembalikan kepada Bok-kuihui."

Begitulah, segera A Ci merangkah keluar melalui belakang kemah dan berlari pulang ke istana Lam-ih Tai-ong. Tapi tertampak olehnya di luar istana sudah penuh pasukan seperti terjadi sesuatu urusan genting. Waktu melihat A Ci menjuju ke istana para prajurit dan perwiranya juga tidak merintanginya.

Sesudah masuk pendopo, segera A Ci melihat Siau Hong sedang berjalan mondar-mandir dengan berpunggung tangan di dekat titian seperti orang yang tidak sabar lagi.

Begitu melihat A Ci, seketika Siau Hong sangat girang, katanya, "Hah, baik sekali kamu sudah pulang. A Ci sungguh aku sangat kuatir kamu akan ditahan oleh Hongsiang. Marilah sekarang juga kita lantas berangkat, kalau terlambat mungkin tidak keburu lagi."

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongWhere stories live. Discover now