Jilid 56

2.3K 32 0
                                    

Begitulah makin dipikir makin pedih perasaan Toan Ki, akhirnya ia berjalan kedepan dengan menunduk seperti orang linglung, dalam hati terpikir pula olehnya, "Ya, asalkan nona Ong merasa senang dan bahagia, apa artinya kalau aku berkorban baginya?"

Melihat Toan Ki mendadak pergi sendiri, cepat Buyung Hok berseru, "Toan-heng, kita baru berkumpul dan belum lagi bicara, mengapa terburu-buru hendak pergi?"

Tapi Toan Ki sendiri sedang melamun, sama sekali ia tidak dengar seruan Buyung Hok itu dan tetap berjalan kedepan dengan kepala menunduk.

Sesudah berseru pula beberapa kali dan tetap tidak dijawab Toan Ki, akhirnya Buyung Hok cuma menghela napas gegetun saja.

"Kongcu, biar kutangkap dia kembali!" teriak Po-ok.

"Jangan main kasar." cepat Buyung Hok mencegahnya. "Dia adalah Toan-kongcu dari Tayli, lain kali kalau kalian ketemu dia lagi, kalian harus menghormatinya seperti kalian menghormati aku."

Po-ok cuma saling pandang saja dengan Pau-put-tong dan tidak bersuara.

Lalu Buyung Hok berkata pula, "Nona cilik yang ditolong bocah kepala besi itu adalah murid Ting Jun-jiu, urusan yang tiada sangkut-pautnya dengan kita jangan kalian ikut campur lagi."

Tiba-tiba Hong Po-ok mengedipi Pau Put-tong lalu katanya kepada Buyung Hok, "Kongcu, nona Ong sedang menantikan engkau disana, apa engkau takkan menemuinya?"

Buyung Hok hanya tersenyum tawar saja, katanya, "Kalian masih ingin menguber si bocah kepala besi itu, bukan?"

"Ini... ini...." sahut Po-ok dengan gelagapan.

"Segala apa masakah mampu membohongi Kongcu? Sudahlah, katakan terus terang saja!" seru Pau Put-tong.

Maka dengan tertawa kikuk Po-ok bertutur, "Kami masing-masing pernah dihantam sekali oleh Thi-thausiaucu (bocah kepala besi) itu dan sangat menderita untuk beberapa hari lamanya, sampai sekarang kami sangat penasaran, betapapun kami ingin menanggalkan kerudung besinya itu untuk melihat bagaimana sebenarnya tampang asli bocah itu."

Buyung Hok berpikir sejenak sambil menengadah, katanya kemudian, "Tapi ilmu silat orang berkepala besi itu sangat aneh, kalian harus hati-hati!"

"Tahu, Kongcu!" sahut Po-ok sambil tepuk tangan, sekali melompat segera ia lari secepat terbang kedepan disusul oleh Pau Put-tong.

Waktu Buyung Hok menoleh, ia lihat Toan Ki sudah agak jauh, untuk menyusulnya tentu dapat, tapi tadi Toan Ki sudah tidak mau menjawab teriakannya, dengan sendirinya ia pun tidak ingin menyusulnya lagi, hanya dalam hati ia agak menyesal.

Dilain pihak Hong Po-ok dan Pau Put-tong sedang menguber secepat terbang kedepan, sesudah tujuh atau delapan li jauhnya, tetap bayangan Thi-thau-jin (orang berkepala besi) itu tidak ditemukan.

Po-ok dan Put-tong berwatak sama, suka berkelahi dan senang cari perkara, kalau bisa biar terjadi "perang dunia", dan mereka akan dapat berkelahi sepuas-puasnya. Meski yang mereka kejar itu tidak diketemukan, tapi mereka masih terus menguber kedepan.

Mereka tidak tahu lari Yu Goan-ci secepat terbang itu mungkin sudah dua-tiga puluh li lebih jauh di depan mereka.

Sesudah membawa lari A Ci tanpa memikirkan keganasan Ting-lokoai, Goan-ci terus berlari kesetanan kedepan, betapa cepat larinya itu sampai dia sendiri tidak percaya. Yang terpikir olehnya hanya sejauh mungkin meninggalkan Ting-lokoai agar A Ci dapat diselamatkan, pikiran lain tidak ada, Tapi sesudah berpuluh li jauhnya berlari, ketika terbayang olehnya betapa ganas dan kejamnya Ting Jun-jiu, mulailah ia merasa takut. Bukannya ia takut diri sendiri akan dihajar atau dibunuh sekalipun oleh Ting Jun-jiu, ia takut bila Sing-siok Lokoai mengalihkan rasa murkanya kepada A Ci dan menyiksa anak dara itu dengan berlipat ganda lebih kejam.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang