Jilid 23

3.1K 40 1
                                    

Keruan Tiang-pi-soh atau si kakek lengan panjang yang dipanggil sebagai Tan-tianglo itu melengak, sahutnya, "Pangcu, orang ini terlalu kurang ajar, ilmu silatnya juga tidak rendah, kalau dibiarkan hidup, kelak tentu akan membahayakan."

"Benar juga katamu," ujar Kiau Hong sambil mengangguk. "Tapi kita belum lagi ketemu lawan utama dan belum-belum sudah melukai bawahannya, hal ini akan merosotkan pamor kita sendiri. Maka menurut pendapatku, lebih baik kita jaga nama dan wibawa kita lebih dulu."

Namun dengan marah-marah Tiang-pi-soh menjawab, "Sudah terang Be-hupangcu terbinasa di tangan bocah she Buyung itu, untuk menuntut balas masakah perlu jaga nama dan peduli tentang perbawa segala?"

Wajah Kiau Hong mengunjuk kurang senang, katanya, "Sudahlah, berikan obatmu dahulu, urusan dapat kita bicarakan belakang."

Walaupun dalam hati seribu kali tidak rela, tapi perintah sang pangcu juga tidak berani membangkangnya, terpaksa Tan-tianglo mengeluarkan sebuah botol kecil dan melangkah maju, katanya kepada A Cu dan A Pik, "Ini, Pangcu kami mengutamakan budi luhur dan suruh memberikan obat penawar, lekas ambil ini!"

Dengan girang segera A Pik berlari maju, lebih dulu ia memberi hormat kepada Kiau Hong, lalu menghormat pula kepada Tan-tianglo, katanya, "Terima kasih Kiau-pangcu dan terima kasih Tianglo."

Dan setelah menerima botol kecil yang diangsurkan itu, kemudian ia tanya, "Tolong tanya Tianglo, obat ini cara bagaimana menggunakannya?"

"Isap dulu racun pada lukanya, kemudian bubuhkan obatnya," sahut si kakek. Dan setelah merandek, ia menambahkan pula, "Bila racun belum bersih terisap, percumalah obat yang dibubuhkan itu, bahkan akan tambah parah. Hal ini penting diketahui."

A Pik mengiakan pesan itu, lalu ia mendekati Hong Po-ok, ia angkat tangan yang terantup kalajengking itu, ia menunduk kepala lantas hendak mengisap racun pada luka itu.

"Nanti dulu!" mendadak si kakek tangan panjang berteriak.

A Pik jadi kaget. "Ada apa?" tanyanya tercengang.

"Wanita dilarang mengisapnya!" seru si kakek.

"Sebab apa?" tanya A Pik dengan muka merah.

"Racun, kalajengking itu tergolong racun im-tok, sedangkan wanita adalah jenis im, sudah im ditambah im lagi, racun itu akan tambah jahat malah," demikian kata si kakek.

A Pik, A Cu, dan Giok-yan menjadi ragu, mereka merasa keterangan kakek itu agak janggal, tapi juga bukan mustahil memang demikian halnya. Dan kalau benar, hingga racunnya tambah jahat, bukankah jiwa Hong-siko akan lebih konyol? Sedangkan pihak sendiri hanya tinggal Pau Put-tong yang merupakan satu-satunya lelaki yang saat itu lagi bertempur mati-matian dengan si kakek pendek, untuk memanggilnya kembali terang sukar dilaksanakan dalam waktu singkat itu.

Tapi selain Pau Put-tong, terang tiada kawan lelaki yang lain. Terpaksa A Cu berteriak, "Pau-samko, berhentilah sementara, kembalilah menolong Siko lebih dulu!"

Namun ilmu silat Pau Put-tong itu sama kuatnya dengan kakek pendek, sekali mereka sudah bergebrak, untuk lolos mundur terang sukar terlaksana dalam beberapa jurus saja. Dalam pertarungan ilmu silat kelas tinggi, sedikit lengah saja pasti akan mengakibatkan jiwa melayang, maka sangat sulit untuk mengundurkan diri dengan sesukanya.

Dengan sendirinya Pau Put-tong khawatir ketika mendengar seruan A Cu, ia tahu keadaan Hong Po-ok pasti bertambah buruk. Maka mendadak ia menyerang beberapa kali dengan tujuan melepaskan diri dari rangsakan si kakek pendek.

Tapi sebagai salah satu tokoh di antara Kay-pang-su-lo, dengan sendirinya si kakek pendek tak dapat dipersamakan jago-jago sebangsa Suma Lim, Cu Po-kun, Yau Pek-tong, dan lain-lain yang sekali gebrak mudah terjungkal di bawah tangan atau kaki Pau Put-tong. Walaupun dengan serangan kilat secara bertubi-tubi itu Pau Put-tong dapat merebut kedudukan di atas angin, tapi untuk menang satu jurus saja masih bergantung atas keuletan lawan, dan si kakek pendek itu justru teramat ulet. Maka betapa pun ia menyerang dari sini-sana, tetap tidak dapat melepaskan diri.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongDonde viven las historias. Descúbrelo ahora