Jilid 24

3.3K 47 3
                                    

"Kiranya jembatan itu adalah sebuah tok-bok-kip (jembatan balok kayu tunggal) yaitu hanya selonjor balok yang menghubungkan ujung sini dengan seberang sana. Di sebelah sini berdiri seorang laki-laki berbaju hitam dan sebelah sana berdiri seorang desa sambil memikul satu pikulan rabuk kotoran.

"Rupanya kedua orang itu bertengkar karena berebut hak jalan lebih dulu. Si orang desa menyatakan dia membawa pikulan yang berat, tidak mungkin mundur, maka laki-laki berbaju hitam itu disuruh memberi jalan dulu.

"Tapi laki-laki baju hitam itu menjawab, 'Sejak tadi kita saling ngotot sampai sekarang, biarpun ngotot lagi sampai besok juga aku takkan mengalah.'

"Si orang desa berkata, 'Jika kau tahan bau busuk kotoran pikulanku ini, boleh coba kau ngotot terus.' — 'Pundakmu dibebani pikulan seantap itu, jika engkau tidak lelah, boleh coba, kita lihat saja siapa lebih tahan lama,' demikian sahut si laki-laki baju hitam.

"Sudah tentu aku merasa geli menyaksikan peristiwa itu, pikirku watak laki-laki baju hitam ini benar-benar sangat aneh, asal dia mundur dulu dan memberi jalan kepada orang desa itu, kan segala urusan menjadi beres, tapi ia justru ngotot berebut jalan dengan orang desa yang memikul kotoran untuk rabuk sawah itu, apanya yang menarik sih? Dan dari ucapan mereka itu, nyata mereka sudah saling ngotot lebih satu jam lamanya.

"Tertarik oleh kejadian lucu itu, aku menjadi ingin tahu bagaimana akhirnya pertengkaran mereka itu, apakah akhirnya laki-laki baju hitam itu yang menyerah atau si orang desa yang mengaku kalah?

"Tapi aku tidak sudi mencium bau busuk kotoran yang dipikul orang desa itu, maka aku bersembunyi di tempat agak jauh, kudengar kedua orang itu masih terus bertengkar tak mau kalah. Orang desa itu benar-benar sangat kuat, kalau capek ia pindahkan pikulannya dari pundak kiri ke pundak kanan dan sebaliknya secara bergiliran, namun selangkah pun ia pantang mundur."

Mendengar sampai di sini, Toan Ki coba memandang Giok-yan, A Cu, dan A Pik bertiga. Ternyata ketiga nona itu sedang mendengarkan dengan penuh perhatian dan merasa sangat tertarik.

Diam-diam Toan Ki membatin, "Toako ini benar-benar rada aneh tabiatnya, menghadapi suasana yang tegang di tengah pengkhianatan anggota Kay-pang, ternyata dia masih bisa iseng menceritakan hal-hal yang tiada

sangkut pautnya dengan kepentingannya itu. Ceritanya bagi nona Ong bertiga sudah tentu menarik, tapi Kiautoako yang gagah kesatria seperti ini mengapa juga masih kekanak-kanakan sifatnya?"

Akan tetapi tidak cuma Giok-yan bertiga saja yang tertarik oleh cerita Kiau Hong itu, sebab semua anggota Kay-pang yang hadir di situ tampaknya juga sedang mendengarkan dengan penuh perhatian, sama sekali tidak merasa cerita Kiau Hong itu sebagai dongengan kosong.

Maka Kiau Hong telah melanjutkan, "Setelah mengikuti kejadian itu sebentar, lambat laun aku terkejut, kulihat laki-laki baju hitam yang berdiri di atas jembatan balok itu tetap menegak bagai gunung antengnya, terang ia seorang yang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi. Sebaliknya orang desa itu hanya seorang biasa saja, sedikit pun tidak paham ilmu silat.

"Makin melihat makin heran aku, kupikir ilmu silat laki-laki baju hitam ini begini hebat, asal dia gunakan sebuah jarinya saja sudah cukup untuk dorong orang desa berikut pikulannya terguling ke dalam sungai, akan tetapi ia justru tidak mau menggunakan ilmu silatnya.

"Pada umumnya jago silat setinggi itu seharusnya seorang yang sabar dan peramah, umpama tidak mau mengalah cukup sekali melompat saja sudah dapat lewat ke seberang sana dengan melintasi kepala orang desa itu, hal ini dengan mudah dapat dilakukannya, tapi mengapa dia justru cari gara-gara dengan orang desa itu? Sungguh aneh dan menggelikan!

"Dalam pada itu kudengar laki-laki baju hitam itu lagi berseru, 'Ayo, kau mau mengalah atau tidak, kalau tidak, terpaksa aku memaki!'

"Tapi orang desa itu tetap ngotot, sahutnya, 'Mau maki boleh maki. Kau bisa memaki, memangnya aku tidak bisa?' — Bahkan ia terus memaki lebih dulu. Maka laki-laki baju hitam itu pun balas memaki kalang kabut. Ramai sekali mereka saling caci maki, dari yang halus sampai yang paling kotor, yang lucu dan yang anehaneh, semuanya mereka keluarkan.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongWhere stories live. Discover now