Jilid 20

3.6K 40 0
                                    

"Aku adalah tukang kebun yang disuruh menanam bunga oleh Hujin," sahut Toan Ki dengan berlagak tertawa. "Peng-mama, apakah sudah siap rabuknya?"

"Tunggulah sebentar, tidak lama lagi akan tersedia," sahut Peng-mama. Lalu ia berpaling kembar dan tanya Giok-yan, "Siocia, Buyung-siauya sangat sayang kepada kedua pelayannya ini, bukan?"

Dasar Giok-yan memang tidak biasa berdusta, maka jawabnya tanpa pikir, "Ya, makanya lebih baik jangan engkau melukainya."

"Dan saat ini Hujin sedang bersemadi bukan, Siocia?" tanya pula Peng-mama.

"Ya," sahut Giok-yan. Tapi segera ia tutup mulut sendiri ketika sadar telah salah omong.

Diam-diam Toan Ki mengeluh, "Ai, Siocia ini benar-benar lugu luar biasa, berdusta sedikit pun tidak bisa."

Untunglah Peng-mama ini seperti orang tua yang sudah pikun dan tidak memerhatikan kesalahan itu, terdengar ia berkata pula, "Siocia, tali pengikatnya ini sangat erat, harap engkau bantu melepaskannya."

Sembari berkata ia terus mendekati A Cu yang diringkus di pilar itu untuk melepaskan tali pengikatnya.

Giok-yan mengiakan sambil mendekatinya. Di luar dugaan, mendadak terdengar suara "krak" sekali, dari dalam pilar besi itu tahu-tahu menjulur keluar sebatang baja melingkar bulat hingga tepat pinggang si gadis terkurung.

Keruan Giok-yan menjerit kaget. Namun gelang baja itu sangat kuat, untuk melepaskan diri terang sangat sulit.

Toan Ki terkejut juga oleh kejadian itu, cepat ia memburu masuk dan membentak, "Apa yang kau lakukan? Lekas lepaskan Siocia!"

Peng-mama terkekeh-kekeh seram, sahutnya, "Katanya Hujin sedang bersemadi, mengapa kedua budak ini bisa dipanggil ke sana? Banyak sekali pelayan Hujin, masakah perlu menyuruh Siocia sendiri memanggil ke sini? Di dalam ini tentu ada apa-apanya, silakan engkau menunggu dulu di sini, Siocia!"

Kiranya "Hoa-pui-pang" atau kamar rabuk bunga itu adalah tempat Ong-hujin menghukum atau membunuh orang. Di dalam rumah batu itu penuh terpasang pesawat rahasia untuk membikin tawanannya tidak bisa berkutik.

Peng-mama itu dahulunya adalah seorang begal wanita yang terkenal sangat kejam, entah sudah berapa banyak jiwa manusia telah menjadi korban keganasannya. Tapi ia telah ditaklukkan oleh Ong-hujin, dan karena orangnya sangat cerdik dan rajin, maka ia diberi tugas melaksanakan kekejaman di kamar rabuk ini.

Peng-mama memang sangat cerdik, ia melihat tingkah laku Giok-yan sangat mencurigakan, ia pun tahu Onghujin biasanya sangat benci kepada keluarga Buyung. Ia pikir ilmu silat Siocia sangat tinggi, dirinya pasti bukan tandingannya, bila tidak turut perintahnya, mungkin gadis itu akan bertindak dengan kekerasan. Karena itulah dengan muslihatnya ia kurung Giok-yan dengan gelang baja, salah satu pesawat rahasia yang terpasang pada pilar besi itu.

Maka Giok-yan menjadi gusar, bentaknya, "Kurang ajar! Kau berani padaku? Lekas lepaskan aku!"

"Siocia," sahut Peng-mama, "aku selalu jujur menjalankan tugas, sedikit pun tidak berani berbuat salah. Maka ingin kutanya Hujin dahulu, bila memang benar beliau suruh melepaskan kedua budak ini, tentu aku akan menjura pada Siocia untuk minta maaf."

Keruan Giok-yan bertambah gugup, serunya, "Hei, jangan kau tanya Hujin, ibuku tentu akan marah!"

Sebagai seorang yang banyak pengalamannya, Peng-mama semakin yakin si gadis itu hendak main gila di luar tahu ibunya. Ia menjadi girang telah berjasa bagi majikannya, maka katanya pula, "Baiklah! Silakan Siocia tunggu sebentar, segera aku kembali!"

"Engkau lepaskan aku dahulu!" seru Giok-yan.

Namun Peng-mama tidak gubris lagi padanya, dengan langkah cepat segera ia hendak bertindak keluar.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz