Jilid 13

3.4K 47 0
                                    

Ciong Ban-siu suami-istri dan Ciong Ling cuma tahu bahwa sepasang katak itu bisa memanggil ular, tapi tidak tahu bila orang memakannya, maka akan timbul reaksi aneh pada tubuh orang yang memakannya itu.

Namun hendaklah maklum juga bahwa secara kebetulan Toan Ki bermaksud membunuh diri hingga secara ngawur pula telah makan katak-katak aneh itu. Kalau tidak, coba siapakah orangnya yang berani makan binatang yang dapat mengalahkan ular-ular berbisa itu?

Sesudah Toan Ki makan sepasang katak merah itu, segera timbul pertentangan dengan racun Im-yang-ho-hapsan yang bekerja di dalam perut itu. Hawa positif atau kelakiannya menjadi luar biasa kerasnya hingga sukar ditahan, bahkan timbul pula semacam sifat istimewa yang bisa menyedot hawa murni orang lain.

Waktu itu hawa murni Boh-tin masih terus-menerus mengalir ke tubuh Toan Ki, seumpama Toan Ki dalam keadaan sadar, pemuda itu pun tidak bisa menggunakan tenaga dalam untuk melepaskan tangan Boh-tin, apalagi ia dalam keadaan tak sadar, hakikatnya ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Boh-tin menjadi kelabakan ketika merasa hawa murninya terus mengalir keluar, terpaksa ia berteriak-teriak, "Tolong, Suhu, tolong!"

Mendengar itu, kelima murid Ui-bi-ceng yang lain cepat berlari mendekati Boh-tin, tapi karena tidak kelihatan apa yang terjadi di dalam rumah batu itu, mereka hanya ribut dan tanya, "Ada apa, Sute?"

"Tang ... tanganku!" seru Boh-tin sambil berusaha hendak menarik kembali tangannya sekuatnya. Namun waktu itu hawa murninya sudah hilang 8-9 bagian, untuk bersuara saja hampir tak kuat, apalagi hendak menarik tangan?

Boh-ban Hwesio, itu murid keenam, tanpa pikir terus ikut pegang tangan sang Suheng dengan maksud membantu menarik.

Tak tersangka, begitu tangan menempel, kontan seluruh badannya ikut tergetar seperti terkena aliran listrik, hawa murni dalam tubuhnya juga bergolak mengalir keluar, keruan ia kaget dan berteriak-teriak, "Aduh, celaka!"

Kiranya secara tidak sengaja Toan Ki telah makan sepasang katak ajaib itu hingga timbul semacam "Cu-hapsin-kang" atau tenaga sakti katak merah dalam badannya yang mempunyai daya sedot yang tak terbatas kuatnya. Siapa yang dipegangnya, lantas diisapnya. Bahkan orang ketiga kalau menempel badan orang yang tersedot itu, secara kontan hawa murninya juga akan ikut disedot seperti kena arus listrik ....

(Oo^o^dwkz^http://kangzusi.com/^o^oO)

Kembali bercerita tentang ketiga tokoh kerajaan Tayli, yaitu Suto Hoa Hek-kin, Suma Hoan Hua dan Sugong Pah Thian-sik.

Sesudah mereka menyelundup ke dalam Ban-jiat-kok, mereka lantas pilih tempat yang direncanakan dan terus menggangsir liang di bawah tanah.

Sebenarnya Ban-jiat-kok itu ada yang jaga, tapi sejak kuburan yang merupakan pintu masuk itu dibabat rata oleh orang-orang yang dibawa Po-ting-te, tempat itu menjadi bebas untuk keluar-masuk tanpa rintangan.

Setelah menggali semalaman, sudah berpuluh meter terowongan yang mereka gali. Hoa Hek-kin adalah ahli menggangsir, dibantu lagi jago seperti Pah Thian-sik dan Hoan Hua, tentu saja kemajuan mereka sangat pesat, mereka bertiga mengaso bergiliran, apalagi ransum dan air minum sudah tersedia hingga mereka tidak kekurangan perbekalan.

Hari kedua mereka menggali pula sepanjang hari, sampai petangnya, mereka taksir sudah tidak jauh lagi jaraknya dengan rumah batu yang mereka tuju. Mereka tahu ilmu silat Yan-king Taycu sangat tinggi, alat-alat gali mereka harus bekerja perlahan supaya tidak mengeluarkan suara. Sebab bagi orang yang Lwekangnya tinggi, biarpun dalam keadaan tidur pulas juga akan terjaga bangun bila mendengar sedikit suara berisik. Karena kekhawatiran itu, kemajuan mereka lantas banyak dilambatkan.

Sudah tentu mereka tidak tahu bahwa saat itu Yan-king Taycu justru lagi pusatkan perhatiannya untuk mengukur kepandaian catur Ui-bi-ceng disertai adu tenaga dalam, maka takkan dapat merasakan suara yang timbul dari bawah tanah.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongWhere stories live. Discover now