Jilid 34

3K 39 0
                                    

Kiranya A Cu sudah menyaru lagi sebagai laki-laki setengah umur, dengan sendirinya Koh-teh Hwesio tidak tahu dan menyangka nona Wi yang dicari itu tidak berada di situ.

Segera Kiau Hong tanya pula, "Semalam kami baru tiba di sini, entah darimana gurumu mendapat tahu? Apakah beliau dapat meramal apa yang belum terjadi?"

Belum lagi Koh-teh menjawab, pengurus hotel tadi lantas menyela, "Ti-kong Taisu dari Thian-tai-san adalah seorang padri sakti, jangankan Kiau toaya baru tiba kemarin, sekalipun apa yang akan terjadi 500 tahun yang akan datang juga dapat dihitungnya."

Kiau Hong tahu Ti-kong Taisu itu sangat dipuja oleh rakyat setempat bagaikan malaikat dewata, maka ia pun tidak tanya lagi, katanya,"Baiklah, segera Wi-kohnio akan menyusul, silahkan kaubawa kami berangkat lebih dulu."

Koh-teh Hwesio mengiakan dan segera mendahului keluar. ketika Kiau Hong hendak membayar rekening hotel, namun pengurus telah mencegah, "Jika kalian adalah tetamu padri sakti Thian-tai-san, betapapun uang hotel ini tidak daat kami terima."

Terpakasa Kiau Hong membatalkan niatnya itu, diam-diam ia kagum atas nama baik Ti-kong Taisu yang dihormati dan sangat dicintai rakyat setempat itu, maka tentang tersangkutnya dalam peristiwa pembunuhan orang tuaku biarlah kuhapus sama sekali dan takkan kubalas dendam padanya. Asal dia memberitahukan nama Tai-ok-jin itu kepadaku sudah puaslah hatiku, demikian Kiau Hong mengambil keputusan.

Begitulah mereka lantas berangkat ke Thian-tai-san mengikuti Koh-teh Hwesio.

Pemandang Thian-tai-san sangat indah permai, cuma jalan pegunungan itu sangat terjal dan berliku-liku hingga sukar ditempuh. Dari belakang Kiau Hong melihat cara berjalan Koh-teh Hwesio itu sangat cepat dan tangkas, tapi kentara sekali tidak mahir ilmu silat.

Namun begitu ia tahu hati manusia kebanyakan palsu, ia tidak menjadi lengah karena itu, Diam0diam pikirnya, "sekali lawan sudah tahu jejakku, mustahil dia tidak mengatur penjagaan yang kuat? Meski Ti-kong Taisu adalah padri saleh yang terpuja, tapi orang lain di sekitarnya belum tentu sepikiran dengan dia."

Jalan pegunungan itu makin lama makin sulit ditempuh, tapi senantiasa Kiau Hong pasang mata telinga untuk menjaga kalau-kalau disergap musuh.

Tak tersangka sepanjang jalan ternyata aman tentram saja, akhirnya sampai juga diluar Siang-koan-si. Kuil itu sangat terkenal di kalangan Kang-ouw, tapi wujudnya ternyata sebuah kelenteng kecil saja, bahkan keadaannya sudah tak begitu terawat.

Sampai di luar kuil, tanpa melapor dulu atau diadakan penyambutan segala, Koh-teh terus mendorong pintu kuil sambil berseru, "Suhu, Kiau-toaya suda tiba!"

Maka terdengarlah suara Ti-Kong menyahut, "Selamat datang! Sediakan teh untuk tamu agung kita!"

Sembari bicara, padri itu lantas menyambut keluar.

Sebelum bertemu dengan Ti-kong, selalu Kiau Hong merasa kuatir akan didahului lagi oleh Tai-ok-jin hingga Ti-kong terbunuh, tapi demi melihat padri itu baik-baik saja, barulah Kiau Hong merasa lega. Segera mereka mengusap muka masing-masing hingga wajah asli mereka pulih kembali untuk menemu Ti-Kong, lebih dahulu Kiau Hong memberi hormat.

"Siancai! Siancai!" demikian Ti-kong bersabda, "Kia-sicu, sebenarnya engkau she Siau, apakah engkau sendiri sudah tahu?"

Seketika Kiau Hong tergetar, meski kini sudah diketahui dirinya adalah orang Cidan, tapi apa she ayahnya sebegitu jauh masih gelap baginya. Kini untuk pertama kalinya mendengar Ti-Kong menyatakan dia she "Siau", tanpa terasa keringat dingin lantas mengucur.

Ia tahu bahwa rahasia asal-usul sendiri sekarang tersingkap sedikit mulai sedikit, segera ia membungkuk tubuh dengan hormat dan menjawab, "Cayhe terlalu bodoh, kedatangan ini justru ingin minta petunjuk kepada Taisu."

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin