Jilid 59

2.3K 35 2
                                    

Tengah Goan Ci bersangsi, tiba-tiba di luar hutan sana bergema suara orang mengakak tawa, suara tertawa itu sangat nyaring dan lepas. Menyusul berkumandang pula suara tertawa kaum wanita, suaranya genit menggiurkan.

Goan Ci lantas teringat kepada A Ci yang sedang menunggunya di luar hutan itu, kalau ada orang datang, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi. Maka cepat ia lari keluar hutan sana.

Dan baru saja tubuhnya bergerak, tahu-tahu di sebelahnya angin berkesiur, gerakan Toan Ki ternyata lebih cepat daripada dia dan tahu-tahu sudah melayang ke depan sana.

Goan Ci terkesiap dan bersuara kaget, ia pikir orang ternyata memiliki kepandaian setinggi ini. Tapi dilihatnya pula kelakuan Taan Ki seperti orang kesurupan setan, maka ia jadi tertegun, sementara itu Toan Ki sudah menghilang dari pandangannya.

Waktu Goan Ci pasang telinga, ia dengar di luar hutan sana sayup-sayup ada suara orang bicara. Cuma tidak terdengar jelas. Segera ia pun lari ke sana secepat terbang, hanya sekejap saja ia sudah berada di luar hutan, ia lihat Toan Ki berdiri di tengah jalan sambil terlongong-longong memandang ke depan sana.

Waktu Goan Ci celingukan sekitarnya, ia jadi kelabakan karena A Ci tidak terlihat. Segera ia berteriak-teriak, "A Ci ... A Ci Dimana kau?"

Sungguh rasa kuatir Goan Ci sukar dilukiskan demi tidak memperoleh jawaban A Ci, seketika keringat membasahi tubuhnya dan otot-otot hijau memenuhijidatnya. ia coba perhatikan Toan Ki dan tanya, "Saudara tadi keluar lebih dulu, apakah kau lihat A Ci?"

Tapi Toan Ki masih menteleng ke depan padahal dijalan sana keadaan sunyi senyap tiada seorang pun dan entah apa yang dia pandang.

Sesudah Goan Ci mengulangi pertanyaannya barulah ia jawab dengan bingung. "Hah, apa? A Ci?"

"Ya, seorang gadis cantik berbaju ungu, kedua matanya buta, dia takkan pergi jauh dari sini, sahut Goan Ci.

Apakah kau lihat dia?".

"Tadi dia sudah pergi!" kata Toan Ki.

"Pergi kemana?" desak Goan Ci.

Toan Ki tersenyum getir, sahutnya, "Ya, dia sudah pergi. Melirik saja tidak padaku, anggapnya dunia ini seperti tiada seorang aku ini"

Goan Ci menjadi kuatir dan tambah gopoh, cepat tanyanya pula. "Apa yang kau ocehkan? Dimana A Ci? Tentu kau lihat dia?".

Sembari berseru, berulang ia goyang-goyangkan bahu Toan Ki.

Karena itu barulah Toan Ki seperti tersadar dari impiannya, dengan kening berkerut ia tanya, "Ada apa sobat?"

"A Ci Aku mencari A Ci" seru Goan Ci, saking gugupnya sampai suaranya serak.

"O, kiranya saudaraa hendak mencari orang, sayang tidak dapat kubantu apa-apa", sahut Toan Ki.

"Kentut" semprot Goan Ci, "Baru saja kau bilang melihat dia. Nah lekas katakan, telah kau bawa kemana dia?"

Sebabnya Toan Ki mendadak lari keluar hutan tadi adalah karena tiba-tiba mendengar suara tertawa seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dikenalnya sebagai suara Buyung Hok dan Ong Giok yan, sebab itulah ia lari keluar seperti kesetanan. Tapi yang dapat dilihatnya hanya bayangan belakang Ong Giok yan saja, lantaran itu ia menyesal setengah mati dan merasa kehilangan sesuatu sehingga seperti orang linglung.

Ketika ditanya Goan Ci pada hakikatnya ia tidak mendengarkan, sebaliknya ia berkeluh kesah akan perasaan sendiri sekarang di dengarnya Goan Ci berkata, "Baru saja kau bilang melihat dia", ia sangka "dia" yang dimaksudkan itu adalah Buyung Hok, maka kembali angot pula ketolol-tololannya, sahutnya, "Ya, aku memang melihat dia. Cuma dia tidak melihat aku".

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongDonde viven las historias. Descúbrelo ahora