Jilid 64

2.7K 24 0
                                    

"Benar, luas juga pengetahuanmu ya, kamu tidak kecewa sebagai pemimpin para Tocu," sahut si anak dara. "Pil Kiu-coan-him-coa-wan ini sangat manjur untuk mengobati segala macam luka dan menyambung nyawa, lekas minum,"

"Kenapa engkau menolong jiwaku?" tanya Oh-lotoa. Ia kuatir kehilangan kesempatan baik maka tanpa menunggu jawaban si anak dara segera ia pentang mulut dan telan kedua biji pil kuning itu.

Maka si anak dara menjawab, "Pertama aku merasa terima kasih atas pertolonganmu, kedua, di kemudian hari aku masih membutuhkan tenagamu."

Oh-lotoa semakin heran, katanya, "Berterima kasih kepada pertolonganku? Padahal sudah terang aku hendak membunuhmu, bilamana aku pernah bermaksud baik padamu?"

"Bicaramu ternyata sangat jujur dan terus terang, kamu tidak kecewa sebagai seorang jantan.... " jengek si anak dara.

Tiba-tiba ia mendongak ke langit, ia melihat sang surya sudah berada tepat di atas kepala. Segera katanya kepada Hi-tiok, "Hwesio cilik, aku akan melatih ilmu, kamu harus menjaga diriku di samping sini. Jika ada orang datang hendak mengganggu, boleh kaugunakan 'Pak-beng-cin-gi' yang kuajarkan padamu itu, dengan segenggam pasir atau sambar sepotong batu dan sambitkan saja pada musuh."

"Tapi kalau aku menewaskan orang lagi, lantas bagaimana?" ujar Hi-tiok sambil geleng-geleng kepala. 'Tidak ... aku .. aku tak mau."

Anak dara itu pun tidak memaksa ia mendekati tepi puncak dan memandang ke bawah, lalu katanya. "Sementara ini juga takkan kedatangan orang, kalau tidak mau juga tak apa."

Kemudian ia duduk bersila, in rangkap kedua tangan di depan dada, lalu jari telunjuk kanan mengacung.ke langit dan jari telunjuk kiri menuding ke bumi, ketika ia bersuara mendengus sekali, dari lubang hidungnya lantas memancur keluar dua jalur hawa putih halus.

"Hei, ini ... ini 'Thian-siang-te-he-wi-ngo-tok-cun-kang' .... " seru Oh-lotoa dengan terperanjat,

Hi-tiok tidak peduli apa yang diserukan orang sebaliknya ia tanya, "Oh-siansing, sesudah makan obat, lukamu sudah baikan tidak?"

Namun Oh-lotoa lantas mencaci-maki, "Keledai gundul keparat, hwesio bangsat, lukaku akan sembuh atau tidak peduli apa denganmu? Buat apa pura-pura tanya,"

Namun sebenarnya luka di perutnya itu memang sudah berkurang rasa sakitnya.

Oh-lotoa tahu Kiu-coan-him-coa-wan adalah obat mujarab milik leng-ciu-kiong di puncak Biau-biau-hong, Thian-san, sesudah minum obat itu boleh dikata jiwanya dapat direnggut kembali dari tangan elmaut. Tapi ia menjadi sangat terperanjat ketika melihat anak dara itu dapat melatih ilmu yang hebat itu,

Ia pemah mendengar cerita orang bahwa "Thian-siang-te-he-wi-ngo-tok-cun-kang' (ilmu maha agung, di atas langit dan di seluruh jagat) itu adalah semacam ilmu yang tak ternilai milik Leng-ciu-kiong, kalau tidak mempunyai dasar lwekang beberapa puluh tahun tidak mungkin dapat melatihnya. Tapi anak dara yang diculiknya dari Leng-ciu-kiong ini usianya paling-paling cuma sembilan atau sepuluh tahun saja, mengapa juga dapat melatih ilmu sakti itu?

Dalam pada itu kelihatan kabut putih yang terembus keluar dari lubang hidung si anak dan telah menyelubungi sekitar kepalanya, makin lama makin tebal kabut itu sehingga akhirnya wajah anak dara itu tertutup semua. Menyusul terdengar ruas tulang anak dara itu berkerotokan, bunyinya seperti kacang digoreng.

Hi-tiok saling pandang dengan Oh-lotoa dengan bingung. Cuma Oh-lotoa sedikit-sedikit tahu tentang "Tokcun-kang" itu, tapi sampai dimana cara berlatih ilmu itu tidaklah diketahuinya,

Sementara itu suara "pletak-pletok" seperti kacang digoreng itu mulai mereda, menyusul kabut putih pun buyar, lalu jalur-jalur hawa putih menyusup kembali ke dalam lubang hidung si anak dara. Habis itu, perlahan si anak dara membuka mata dan berbangkit.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongWhere stories live. Discover now