Jilid 57

2.5K 34 0
                                    

Waktu untuk kedua kalinya ia siuman kembali, sementara itu lapisan es yang membungkus kepalanya sudah mulai cair, sekarang tempat luka itu dirasakannya bagai dibakar panasnya.

Sekuatnya ia coba berbangkit, ketika ia berkaca pula pada air sungai kembali, ia kaget lagi. Semula ia mengira ada suatu mahluk aneh atau siluman yang berdiri ditepi sungai tapi segera diketahuinya bahwa "siluman" itu tak lain tak bukan adalah bayangan sendiri.

Untuk sekian lamanya ia terkesima. Akhirnya dengan tabahkan diri ia coba berkaca lagi.

Sekarang ia memeriksa mukanya sendiri dengan jelas, kelihatan kulit daging sudah dedel dowe beberapa bagian kepalanya sudah botak karena ikut mengelotoknya kulit berambut itu. Hidungnya juga sudah coplok sehingga sekarang dia lebih mirip tengkorak hidup, pendek kata mukanya sekarang teramat jelek.

Ia sangat berduka, pedih hatinya, perlahan ia pejamkan mata. Ia tahu biarpun nanti lukanya sembuh, namun mukanya yang jelek itu mungkin tiada bandingannya lagi didunia ini.

Untunglah sekarang A Ci sudah buta, anak dara itu dapat diajak kesuatu tempat yang tiada pernah didatangi orang, disitulah mereka berdua akan dapat hidup aman tentram dan muka yang jelek tentu takkan menjadi soal.

Segera ia lemparkan topeng besi berikut kulit daging dan rambut yang masih melengket itu kedalam sungai, sambil menahan sakit ia lari kembali kehutan sana.

Ketika hampir sampai ditempat tujuan, hati Goan-ci mulai berdebar-debar. Sesudah menyusur hutan itu, tertampaklah seorang wanita duduk ditepi sungai kecil itu. Dari jauh Goan-ci sudah lantas berseru, "A Ci! A Ci!"

Tapi wanita itu tidak menjawab, juga tidak menoleh, hanya diam saja.

Goan-ci menjadi kuatir, jangan-jangan kepergiannya yang terlalu lama itu membikin si anak dara itu kurang senang, tapi sesidah dekat barulah ia tahu urusan agak ganjil, sebab wanita itu tidak memakai baju ungu yang merupakan tanda pengenal A Ci yang khas.

Mendadak wanita itu terkikik-kikk, lalu berpaling dan berkata, "Sudah pulangkah kau? Sudah lama aku menunggumu disini............"

Goan-ci kaget, kiranya wanita ini adalah Bu ok put cok Yap Ji nio, sidurjana maha jahat.

Sebaliknya Yap Ji nio juga terperanjat demi melihat muka Goan-ci itu. Dia berjuluk Bu ok put cok, segala kejahatan pernah diperbuatnya, maka kejadian yang bagaimana kejamnya juga pernah dilihat, tapi demi melihat muka Goan-ci yang bonyok itu, mau tak mau ia pun merasa ngeri.

Dalam pada itu Goan-ci telah melangkah maju dan bertanya, "Dimanakah A Ci?"

"Kau cari dia?" Tanya Ji nio sesudah menenangkan diri.

Goan-ci tahu Yap Ji nio adalah kenalan Tiang Jan jiu dan sama jahatnya, kalau bukan karena A Ci, sejak tadi tentu dia sudah lari terbirit-birit, tapi sekarang ia malah mendesak maju dan berseru:

"A Ci.....dimana A Ci?"

Muka Goan-ci masih babak bonyok, sinar matanya mengunjuk rasa tak sabar, Ji nio menjadi jeri, dengan tersenyum yang dibuat-buat ia tanya, "Apakah A Ci yang kau maksudkan itu si nona baju ungu yang beraut muka bundar telur itu?"

"Ya benar, dimana dia?" teriak Goan-ci dengan tidak sabar.

"Dia sedang cuci kaki ditepi sungai, buat apa kamu gembar-gembor!" sahut Ji nio sambil tunding semak rumput ditepi sungai.

Goan-ci percaya saja, segera ia lari kesana tapi dengan cepat sekali Yap Ji nio menggeser kebelakangnya dan terus menghantam.

Sama sekali Goan-ci tidak menduga akan serangan itu sehingga tepat kena digenjot, ia terhuyung-huyung kedepan dan jatuh tersungkur. Dan begitu jatuh diatas tanah, segera ia lihat A Ci juga meringkuk di tengah semak-semak rumput situ, entah sudah mati atau masih hidup.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongKde žijí příběhy. Začni objevovat