Jilid 28

2.9K 49 0
                                    

Mendengar pemuda itu berdoa agar dirinya menikah dengan sang piauko, Giok-yan sangat senang, ia menjadi tidak tega pula menyaksikan pemuda baik hati itu akan dibunuh orang, maka dengan sedih ia berkata, "Toankongcu, budi pertolonganmu, aku Ong Giok-yan takkan lupa untuk selamanya."

Sebaliknya Toan Ki memang sudah nekat, ia pikir daripada nanti menyaksikan engkau dipersunting piaukomu, lebih baik sekarang juga aku mati di hadapanmu saja. Maka perlahan ia mulai melangkah ke bawah loteng, sebelum itu ia masih sempat menoleh sekejap dan tersenyum kepada Giok-yan.

Diam-diam gadis itu merasa heran, sebentar lagi jiwanya akan melayang, tapi pemuda itu masih bisa tertawa.

Setelah berada di lantai bawah, Toan Ki melotot kepada Li Yan-cong dan menegur, "Nah, aku sudah turun sekarang. Li-ciangkun, katanya engkau sudah pasti akan membunuh aku, silakan turun tangan. Lekas!"

Sambil berkata ia terus melangkah maju pula, langkahnya itu bukan lain adalah "Leng-po-wi-poh".

Tanpa bicara lagi segera Li Yan-cong putar goloknya dan membacok tiga kali beruntun-runtun. Setiap kali tidak sama ilmu goloknya. Tapi langkah Toan Ki itu benar-benar ajaib dan aneh sekali perubahannya, beberapa kali Li Yan-cong hendak mengurungnya dengan tipu ilmu goloknya yang berganti-ganti itu, tapi entah mengapa pemuda itu dapat lolos keluar.

Melihat sekali ini Toan Ki dapat bertahan dengan baik, diam-diam Giok-yan merasa lega, ia harap pemuda itu mendadak dapat mengeluarkan serangan aneh untuk merobohkan lawannya.

Diam-diam Toan Ki juga sedang berusaha mengerahkan tenaga dalam dengan maksud menyalurkan ke ujung jari, tapi hawa murni itu selalu mogok di tengah jalan, kalau sampai tangan entah mengapa lantas menyurut kembali. Maklum, ia memang tidak pernah belajar silat sehingga tidak mudah melancarkan hawa murni.

Untunglah "Leng-po-wi-poh" cukup hebat, pula sudah sangat hafal, betapa pun cepat Li Yan-cong menyerang, selalu luput mengenai sasarannya.

Tadi Li Yan-cong sendiri sudah menyaksikan cara Toan Ki membinasakan jago-jago Se He, kini melihat

pemuda itu bertuding-tuding pula entah sedang main sulap apa, diam-diam ia merinding jangan-jangan pemuda itu mahir ilmu sihir. Segera ia ambil keputusan harus berusaha membunuhnya lebih dulu sebelum pemuda itu sempat mengeluarkan ilmu sihirnya. Tapi apa daya, serangan selalu mengenai tempat kosong.

Dasar pikiran Li Yan-cong memang cerdas, dengan cepat ia mendapat akal, mendadak ia membalik tangan dan menghantam roda air hingga sayap roda sempal, segera ia sambar sempalan kayu terus dilemparkan ke kaki Toan Ki.

Tapi langkah pemuda itu cepat sekali, sudah tentu timpukan itu tidak kena. Namun Li Yan-cong terus menghantam dan memukul serabutan hingga segala alat perabot di dalam ruangan seperti tenggok, tampah, dan sebagainya berjungkir balik tersampuk ke tepi kaki Toan Ki.

Ruangan itu memang sudah penuh menggeletak belasan mayat, ditambah lagi alat-alat perabot itu, sudah tentu tiada tempat luang lagi bagi kaki Toan Ki, setiap tindakannya tentu tersenggol atau kesandung sesuatu benda di lantai itu.

Namun Toan Ki tahu keadaan sangat berbahaya, bila lambat sedikit saja langkahnya pasti jiwa bisa melayang. Maka ia menjadi nekat, ia tidak memandang ke lantai dan tetap menurutkan ilmu langkah ajaib itu, tetap mengisar kian kemari dengan cepat walaupun terkadang mesti naik-turun karena kakinya menginjak sesuatu, entah mayat, entah bakul, dan entah apa lagi, semuanya tak dipedulikannya.

Rupanya Giok-yan juga tahu gelagat jelek, segera ia berseru, "Toan-kongcu, lekas lari keluar pintu dan menyelamatkan diri sendiri saja, kalau melawan lebih lama lagi tentu jiwamu berbahaya."

"Biarlah, kecuali dia dapat membunuh aku, kalau tidak, asal aku masih bisa bernapas, pasti akan kubela keselamatan nona," sahut Toan Ki.

"Hm, kau tidak becus ilmu silat, tapi ternyata seorang sok baik hati dan berbudi, begitu mendalam kasih sayangmu kepada nona Ong, ha?" ejek Li Yan-cong.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongWhere stories live. Discover now