Jilid 46

2.6K 31 0
                                    

Sudah biasa orang Cidan pandang orang Han seperti hewan, maka Sili malas untuk mengubur Goan-ci, ketika dilihatnya di tepi jalan ada sebuah sungai kecil, terus saja ia buang mayat Goan-ci ke dalam sungai, lalu pulang ke kota.

Dan karena keteledoran Sili inilah jiwa Yu Goan-ci jadi selamat malah.

Kiranya ketika jari Goan-ci kena digigit ular sutra, segera ia gunakan ilmu dalam "Ih-kin-keng" yang dilihatnya, yaitu lukisan si padri kurus yang berjungkir dengan gaya aneh itu, dengan demikian hawa berbisa ulat sutra itu dapat dipunahkan.

Ia tidak tahu bahwa "Ih-kin-keng" adalah buah kalam Budhi Dharma, apa yang diajarkan dalam kitab pusaka itu adalah pengantar ilmu lwekang yang maha tinggi, dan karena peniruan Goan-ci itu, sesudah darahnya disedot ulat sutra, kemudian ia dapat menarik kembali darahnya pula hingga sari bisa maha lihai daripada ulat sutra yang tiada bandingannya di dunia initelah ikut terisap ke dalam tubuh Goan-ci sendiri.

Mestinya, jika Goan-ci memahami kunci rahasia melakukan ilmu meditasi dalam Ih kinkeng, dengan sendirinya ia akan dapat memunahkan racun ulat itu secara bertahap, tapi sekarang dia cuma dapat melakuan suatu gaya saja, yaitu dengan berdiri menjungkir, maka racun ulat sutra yang maha aneh itu bersarang semua didalam tubuhnya.

Memangnya bisa ulat sutra itu adalah sejenis racun maha dingin yang tiada bandingannya, di tambah lagi dalam tubuh Goan-ci sudah terhimpun kadar racun dari kelabang, ular dan lain-lain, jadi sudah beracun ditambah racun lagi, keruan seketika ia beku kedinginan.

Bila Sili melaksanakan perintah A Ci dengan baik serta mengubur Goan-ci dalam tanah, pasti mayat itu akan menjadi kerangka "mummi" (jenasah yang tidak membusuk).

Tapi kini ia dibuang ke kali, maka terhanyutlah Goan-ci mengikuti arus. Dan sekali hanyut hingga sejauh lebih 20 li, akhirnya tersangkut pada sebuah batu karang di tikungan sungai yang sempit. Selang tak lama, air sungai disekeliling tubuhnya ikut membeku hingga Goan-ci seolah-olah terbungkus dalam peti mati hablur atau kristal.

Tapi karena diguyur terus oleh arus sungai, setitik demi setitik hawa dingin dalam tubuh Goan-ci tergesek-gesek hilang, akhirnya es yang membeku di luar badannya mencair. Untung dia memakai kerudung besi, barang logam lebih cepat tertembus hawa dingin, tapi juga cepat panasnya. Maka es yang membeku di sekitar topeng besi cair paling dulu. Setelah digerujuk air sungai sejenak pula Goan-ci terbatuk-batuk dan pikirannya sadar kembali, segera ia merangkak naik dari dalam sungai.

Ia merasa seperti habis bermimpi. Ia duduk di tepi kali sambil menunggu mencairnya es yang masih melekat di sekujur badannya. Teringat olehnya betapa setianya kepada A Ci, ia korbankan awak sendiri digigit binatangbinatang berbisa untuk membantu gadis itu berlatih ilmu, tapi ketika dirinya disangka sudah mati, ternyata gadis itu sedikitpun tidak mengunjuk rasa menyesal, bahkan membuangnya ke kali seperti bangkai anjing saja.

Ia masih ingat ketika dirinya mulai beku, A Ci sendiri asyik memoles cairan darah ulat sutra pada telapak tangannya untuk meyakinkan ilmunya. Kemudian gadis itu hanya memandangnya dengan terheran-heran dan merasa geli, sedikitpun gadis itu tidak memperlihatkan rasa kasihan atau menyesal.

Kemudian ia pikir pula, "Begitu lihai racun ulat sutra itu, setelah nona mengisapnya ke dalam telapak tangan, terang ilmu sakti Tok-ciang (pukulan berbisa) kini sudah berhasil dilatihnya, kalau aku pulang ke sana untuk menemui ... untuk menemui dia ... "

Berpikir sampai disini, sekonyong-konyong ia bergidik sendiri, katanya di dalam hati, "Ya, bila dia melihat aku lagi, pasti aku akan digunakan untuk menguji puklan saktinya yang berbisa itu. Dan jika betul ilmu saktinya itu sudah jadi tentu jiwaku akan melayang seketika oleh serangannya. Dan bila ilmu sakti itu belum jadi, tentu aku akan disuruh mencari binatang berbisa lain sehingga ilmu yang dilatihnya itu berhasil, akhirnya aku pula yang akan dipakai sebagai kelinci percobaan. Jadi jiwaku tetap akan melayang. Daripada mati konyol, buat apa aku pulang ke sana ?"

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongWhere stories live. Discover now