Jilid 65

2.7K 32 1
                                    

Sesudah berdiri, lalu Hi-tiok berseru kepada orang banyak;, "Banyak terima kasih atas pertolongan kalian!"

Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara orang menghela napas panjang dari balik lereng gunung sana.

Dalam keadaan terluka parah Thian-san Tong-lo masih belum kehilangan akal sehatnya, demi mendengar suara itu cepat katanya dengan kuatir, "Celaka, perempuan hina itu telah memburu kemari. Rasanya dia belum puas sebelum menemukan dan mencincang mayatku. Ayolah lekas lari lagi, lekas!"

Hi-tiok merasa bergidik; juga bila teringat pada kekejaman Li Jiu-sui. Maka cepat ia lari ke tengah hutan lagi dengan memondong Tong-lo.

Sekilas Comoti dapat melihat di pangkuan Hi-tiok itu meringkuk seorang wanita yang cantik molek, cuma perawakannya tak dapat dilihatnya, maka ia sangka Hi-tiok membawa lari anak gadis orang, terus saja ia berteriak-teriak, "Omituhud! Hwesio Siau-lim-si tidak taat pada ajaran agama, dan menggondol lari gadis baikbaik!"

Ting Jun-jiu juga berjingkrak gusar dan berteriak, "Keledai gundul kecil, kamu telah menginjak mati hwesio yang jauh-jauh kubawa dari Siau-lim-si, pasti kutangkap dirimu dan akan kubeset kulitmu dan betot ototmu'." Habis berkata segera ia mengejar.

Tapi Buyung Hok lantas melontarkan sekali pukulan ke arahnya sambil berseru dengan tertawa "Tinglosiansing, kita masih belum menentukan kalah atau menang, kenapa hendak kabur?"

"Kentut! Siapa yang ingin kabur?" sahut Ting Jun-Jiu dengan gusar dan terpaksa balas hantaman Buyung Hok dengan pukulan juga.

Saat itu Li Jiu-sui sedang lari turun dari lereng gunung sana, walaupun cepat luar biasa. tapi tetap kalah cepat dibandingkan jatuhnya Hi-tiok yang terjerumus lurus ke bawah itu, dengan sendirinya jajaknya tertinggal sangat jauh. Hi-tiok sendiri ketakutan, maka ia iari secepat terbang tanpa ayal sedikitpun.

Sesudah beberapa li jauhnya, tiba-tiba Thiansan Tong-lo berkata, "Turunkan aku robek lengan bajuku untuk

membalut luka pahaku agar tidak meninggalkan bekas, darah sehingga akan menjadi petunjuk jalan bagi perempuan hina dina itu, Kau tutuk tiga kali pada Goan-tiau-hiat dan Sing-bu-hiat di kakiku untuk menghentikan mengucurnya darah."

Hi-tiok mengiakan dan melakukan apa yang diminta itu sambil mendengarkan kalau-kalau ada suara kejaran Li Jiu-sui.

Kemudian Tong-lo mengeluarkan sebiji pil kuning dan ditelan sendiri, lalu katanya, "perempuan hina-dina itu dendam sedalam lautan padaku, betapapun tidak mungkin menyudahi diriku dengan begitu saja. Padahal aku masih perlu 72 hari lagi baru pulih kekuatanku semula, tatkala mana aku takkan takut lagi padanya. Dan selama 72 hari yang akan datang ini aku harus sembunyi di mana?"

Hi-tiok ikut berkerut kening dan berpikir, "Hendak sembunyi satu hari saja susah, di mana dapat dibuat sembunyi selama 72 hari."

Tiba-tiba Tong-lo berkata pula seperti bergumam sendiri, "Rasanya tempat sembunyi yang paling aman adalah Siau-lim-si saja .... "

Keruan Hi-tiok melonjak kaget sebelum ucapan Tong-lo habis.

Tong-lo menjadi gusar, dampratnya, "Hwesio goblok, kenapa kaget? Jarak dari sini ke Siau-limsi ada ribuan li jauhnya, mana dapat kita berangkat ke sana?"

Ia merandek sejenak, lalu sambungnya, "Dari sini ke barat, kira-kira ratusan li lagi adalah negeri Se He. Padahal perempuan hina itu mempunyai hubungan erat dengan kerajean Se He, bila dia memberi perintah agar jago kelas satu It-bin-tong kerajaan Se He dikerahkan untuk mencari kita, maka susahlah untuk lolos dari tangan kejinya. hei, hwesio cilik, kalau menurut pendapatmu, ke mana kita harus sembunyi?"

"Asal kita sembunyi di dalam gua di tengah hutan belukar atau di lereng gunung yang curam, kukira Sumoaimu belum tentu dapat menemukan kita," sahut Hi tiols,

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang