Jilid 6

3.9K 54 1
                                    

"Nona Bok, rupanya engkau terlalu menilai rendah orang she Toan ini," sahut Toan Ki tertawa, "Masa orang she Toan adalah manusia berkualitas demikian?"

Dengan matanya yang jeli si nona memandang termangu-mangu sejenak kepada pemuda itu dengan penuh haru dan pilu, katanya kemudian dengan suara mesra, "Guna apakah kau ikut mati bersama aku? Kau ... kau tidak tahu betapa ganasnya orang itu."

Sejak kenal belum pernah Toan Ki mendengar gadis itu bicara dengan suara sedemikian halus, ia merasa datangnya suara suitan tadi benar-benar telah mengubah Hiang-yok-jeh menjadi seorang manusia lain.

Toan Ki menjadi girang malah, sahutnya dengan tersenyum, "Nona Bok, aku senang sekali mendengar suara ucapanmu ini, dengan demikian, engkau barulah benar-benar seorang nona yang cantik molek."

"Hm," mendadak Bok Wan-jing menjengek dan tanya dengan suara bengis, "dari mana kau tahu aku cantik? Jadi benar telah kau lihat wajahku, ya?"

Habis berkata, genggaman tangannya terus diperkeras sehingga tangan Toan Ki seperti terjepit tanggam, saling kesakitan hampir-hampir pemuda itu menjerit.

"Aku tidak melihat wajahmu," sahut Toan Ki kemudian dengan menghela napas, "tapi ketika memberi air minum padamu, aku memang melihat sebagian mukamu, walaupun hanya sebagian saja, namun sudah jelas engkau pasti cantik molek tiada taranya."

Betapa pun ganasnya Bok Wan-jing, sekali wanita tetap wanita. Dan wanita mana di dunia ini yang tidak suka akan pujian? Apalagi dipuji berwajah cantik?

Maka sekali hati merasa senang, genggamannya lantas dikendurkan, katanya, "Baiklah, lekas kau cari suatu tempat untuk bersembunyi, tak peduli apa pun yang terjadi, jangan sekali-kali keluar. Sebentar lagi orang itu akan naik ke sini."

Toan Ki terperanjat, serunya, "Wah, jangan sampai dia naik ke sini!"

Segera ia berlari ke tepi gunung, tapi pandangannya menjadi silau oleh berkelebatnya bayangan seorang berbaju kuning yang lagi melompat-lompat ke atas tebing dengan kecepatan dan kegesitan luar biasa.

Tebing jurang itu sangat curam dan licin, tapi orang itu dapat mendaki bagai di tanah datar saja, jauh lebih gesit daripada bangsa kera.

Diam-diam Toan Ki berkhawatir, segera ia menggembor, "Hai, orang itu! Jangan kau naik lagi! Jika tak menurut, awas akan kutimpuk dengan batu!"

Orang itu menyambutnya dengan terbahak-bahak, lompatannya ke atas menjadi terlebih cepat malah.

Melihat sedemikian lihainya orang itu dan Bok Wan-jing sedemikian takut padanya, Toan Ki pikir betapa pun orang ini harus dirintangi ke atas, tapi ia tidak ingin membunuh orang lagi, segera ia ambil sepotong batu dan ditimpukkan ke samping orang itu.

Walaupun batu itu tidak terlalu besar, tapi ditimpukkan dari atas, suaranya cukup keras menakutkan.

Toan Ki berseru pula, "Hai, kau lihat tidak? Kalau kutimpuk kepalamu, pasti jiwamu akan melayang! Maka lekas kau turun ke bawah saja!"

"Kau bocah ini rupanya sudah bosan hidup, berani kurang ajar padaku!" tiba-tiba orang itu tertawa dingin. Suaranya tidak keras, tapi seucap dan sekata dapat didengar Toan Ki dengan jelas.

Melihat orang sudah melompat naik lebih dekat lagi, keadaan sudah gawat, Toan Ki segera angkat dua potong batu terus ditimpukkan ke atas kepala orang itu sambil pejam mata, ia tidak berani menyaksikan adegan ngeri atas nasib orang yang bakal tergelincir ke bawah jurang.

Ia dengar suara gedebukan batu-batu yang menggelinding ke bawah, menyusul terdengar suara menderu dua kali dibarengi suara tertawa panjang orang itu.

Keruan Toan Ki heran, cepat ia buka mata, ia lihat kedua potong batu tadi lagi melayang ke tengah jurang, sebaliknya orang itu baik-baik saja tak kurang suatu apa pun.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongWhere stories live. Discover now