Jilid 83

2.1K 41 0
                                    

Tapi lantas terpikir pula olehnya. "Namun semua bekas kekasih ayah memang mempunyai perangai yang aneh dan berbeda-beda. Cin Ang-bian punya putri (Bok Wan-jing) yang suka membunuh, sedang Wi Sing-tiok melahirkan putri nakal sebagai A Ci, maka dapat diduga sifat Wi Sing-tiok juga tak berbeda jauh dengan putrinya itu. Umpama ibu, dia tidak mau tinggal bersama dengan ayah dan sengaja hidup menjadi Nikoh di tempat terasing, sampai bujukan paman baginda tak dihiraukan olehnya, sebabnya mungkin adalah karena perbuatan ayah yang bangor, di mana-mana ada kekasih. Sungguh, urusan asmara adalah sesuatu yang sukar diselesaikan."

Dalam pada itu terdengar Buyung Hok sedang berkata, "Sudahlah, buat apa bibi masih marah-marah? Silakan tenang dan mengaso, Biarlah Tit-ji menceritakan dengan perlahan."

"Tidak kau ceritakan juga aku dapat menerka." sahut Ong-hujin. "Tentu Toan Yan-khing itu telah berhasil membekuk seseorang gendak manusia she Toan itu dan memaksa dia harus menyerahkan tahta padanya, kalau syarat ini tidak dipenuhi, maka perempuan hina itu akan dibunuh betul tidak? Hm, watak orang she Toan yang busuk itu masakah aku tidak kenal? Jika dipaksa, sekalipun lehernya diancam dengan golok juga tak mungkin dia mau menyerah. Akan tetapi bila perempuan yang dia sukai terancam sedikit saja, maka apa pun dia akan menurut. Hm, apalagi perempuan hina-dina itu sangat cantik? Dengan cara apa siluman itu dapat memikat manusia she Toan itu? Lekas katakan, siapa perempuan hina-dina itu?"

"Katakan sih boleh saja, Cuma bibi sendiri hendaknya jangan marah, sebab perempuan hina-dina itu tidak hanya seorang saja."

"Hah, tidak hanya seorang, apakah ada dua orang?" teriak Ong-hujin dengan murka sambil mengebrak meja.

Buyung Hok menggeleng-geleng kepala sambil menghela napas, sahutnya kemudian, "Ya, bahkän tidak cuma dua orang saja!"

"Hah? Lebih dari dua malah?" teriak Ong-hujin semakin gusar. "Jadi' dalam perjalanan juga dia main gila dengan perempuan sebanyak itu, satu tídak cukup, bahkan ada lagi yang kedüa dan ketiga?"

"Bahkan lebih dari tiga," sahut Buyung Hok dengan geleng-geleng kepala. "saat itu seluruhnya ada empat orang perempuan yang mendampingi dia. Tapi buat apa bibi mesti marah? Nanti bila dia sudah naik tahta, soal istri muda atau selir toh sudah jamak baginya. Biarpun kerajaan Tayli tidak sebesar Song atau Lian, dalam istananya andaikan tiada 3000 selir cantik, 300 rasanya tentu ada."

"Cis! Sebab itulah aku keberatan kalau dia menjadi raja, tiada seorang raja di dunia ini manusia baik-baik." teriak Ong-hujin. "Nah, lekas katakan, siapakah keempat perempuan yang mendampingi dia itu?"

Toan Ki juga terheran-heran mendengar keterangan Buyung Hok itu, ia hanya tahu ayahnya didampingi Cin Ang-bian dan Wi Sing-tiok berdua mengapa mendadak bisa bertambah dengan dua wanita lain lagi?

Dalam pada itu terdengar Buyung Hok sedang menjawab, "Keempat perempuan itu seorang she Cin, seorang lagi she Wi dan ... "

"Hm, jadi kedua ekor siluman rase itu mengoda dia lagi," jengek Ong-hujin.

"Dan seorang lagi adalah wanita yang sudah bersuami, kudengar mereka menyebutnya sebagai Ciong hujin, agaknya nyonya itu sedang mencari-cari seorang putrinya," demikian tutur Buyung Hok. "Tampaknya Cionghujin itu cukup sopan, sedikitpun dia tidak memberi hati kepada Tin-lam-ong, sebaliknya Tin-lam-ong juga menghadapinya dengan menurut aturan."

"Huh, pura-pura, main sandiwara belaka," jengek Ong-hujin, "Jika betul sopan, seharusnya dia meninggalkan dia, kenapa sekarang dia bersáma dia? Lalu siapa lagi perempuan yang keempat?"

"Yang keempat itu bukanlah wanita hina," ujar Buyung Hok, "Dia adalah istri kawin sah Tin-lam-ong sendiri."

Serentak Toan Ki dan Ong-hujin sama-sama terkejut. Yang seorang heran mengapa ibunya mendadak juga datang, sedang yang lain tidak menduga kalau Tin lam-ong bisa membawa serta istrinya dalam perjalanan itu?

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum