Jilid 8

3.9K 44 1
                                    

"Pagi hari ini aku sudah sarapan, sekarang masih kenyang," sahut Yap Ji-nio. "Co-tayciangbun, boleh kau pergi saja, kami takkan cabut nyawamu!"

"Jika demikian, Yap ... Yap Ji-nio, harap kembalikan putraku itu, biar kucarikan 3-4 anak lain untukmu. Sungguh aku terima kasih tak terhingga."

"Ehm, baik juga!" seru Yap Ji-nio dengan berseri-seri. "Pergilah kau carikan delapan anak yang lain. Kami berjumlah empat orang, masing-masing membopong dua, cukup untuk makananku selama delapan hari. Nah, Losi, boleh kau lepaskan dia!"

Segera In Tiong-ho kendurkan jari cakarnya melepaskan Co Cu-bok. Dengan menahan sakit, Co Cu-bok berbangkit, lalu memberi hormat kepada Yap Ji-nio sambil ulur tangan hendak terima kembali putranya.

"Eh, sebagai tokoh kalangan Kangouw, kenapa Co-tayciangbun tidak kenal aturan?" ujar Yap Ji-nio dengan tertawa. "Tanpa ditukar delapan orang anak, masakah demikian gampang kuserahkan kembali putramu?"

Melihat putranya berada dalam rangkulan wanita itu, walaupun dalam hati sebenarnya seribu kali tidak rela, tapi apa daya, kepandaian sendiri jauh di bawah orang, terpaksa Co Cu-bok manggut dan menjawab, "Baiklah, biar kupergi mencarikan delapan anak yang putih gemuk untukmu, harap engkau menjaga baik-baik anakku."

Yap Ji-nio tak mau menggubrisnya lagi, kembali ia bernyanyi-nyanyi kecil menimang anak dalam pangkuannya itu.

"San-san anakku yang baik, sebentar ayah akan datang lagi untuk membawamu pulang ke rumah!" seru Cubok kemudian.

Co San-san menangis keras-keras minta ikut sang ayah dan meronta-ronta di pangkuan Yap Ji-nio.

Dengan rasa berat Co Cu-bok pandang beberapa kali pada sang putra, sambil memegangi luka di pundak, segera ia putar tubuh hendak berangkat.

Apa yang terjadi itu dapat diikuti Bok Wan-jing. Ia pikir, Co Cu-bok tentu akan memerintahkan anak muridnya pergi menculik anak kecil keluarga petani di sekitar Bu-liang-san untuk menukar putranya sendiri, hal itu dapat dikatakan demi cinta kasih ayah pada anaknya, soalnya terpaksa.

Tapi betapa pun juga adalah terlalu egoist, terlalu mementingkan diri sendiri, sebaliknya delapan anak keluarga orang lain yang tak berdosa akan menjadi korban.

Tanpa pikir lagi, segera ia melompat keluar dan mengadang di depan Co Cu-bok, bentaknya, "Orang she Co, kau kenal malu tidak, hendak merebut anak orang lain untuk menukar jiwa putramu sendiri? Apakah kau masih ada muka buat menjadi ketua suatu aliran persilatan?"

"Pertanyaan nona memang tepat," sahut Co Cu-bok dengan kepala menunduk. "Co Cu-bok selanjutnya tiada muka buat tancap kaki di kalangan Bu-lim lagi, segera aku akan simpan pedang dan cuci tangan mengasingkan diri."

"Aku melarang kau turun gunung!" bentak Wan-jing pula dengan pedang terhunus.

Pada saat itulah, sekonyong-konyong dari jauh berkumandang suara suitan orang yang nyaring. Dengan girang Lam-hay-gok-sin dan In Tiong-ho berseru, "Itu dia, Lotoa sudah datang!"

Berbareng kedua orang terus melompat pergi sambil bersuit sahut-menyahut ke arah datangnya suara nyaring tadi, hanya sekejap saja keduanya sudah menghilang di balik batu karang sana.

Sebaliknya Yap Ji-nio masih acuh tak acuh sambil menimang-nimang anak di pangkuannya, bahkan ia melirik sekejap kepada Bok Wan-jing, lalu katanya dengan tertawa, "Nona Bok, ternyata kau masih mempunyai jiwa kesatria pula."

Kontan Wan-jing mengirik ketika sinar matanya kebentrok dengan pandangan Yap Ji-nio yang tajam itu, cepat ia tenangkan diri sambil genggam pedangnya kencang-kencang.

Dengan tersenyum Yap Ji-nio berkata pula, "Sepasang matamu ini sungguh sangat jeli, aku ingin sekali bisa bertukar denganmu. Kemarilah, boleh kau cungkil dulu kedua biji matanya itu!"

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongOnde histórias criam vida. Descubra agora