123. Hidupku Seperti Lukisan yang Tidak Berwarna

1 0 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS : Krisar
NAMA : chailaavrilya
JUDUL : 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙠𝙪 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙡𝙪𝙠𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙚𝙧𝙬𝙖𝙧𝙣𝙖
AKUN WP : cilialiaaa

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

"Tuhan kenapa hidupku suram seperti lukisan tanpa warna" ucap seorang gadis yang berusia 15 tahun. ia sedang berada di kamarnya merenungi nasibnya.

"apa aku bisa sembuh?dengan mentalku yang udah hancur gini" ujar linia yang tampak sedih karena ia tidak tahan dengan kondisi seperti ini.

rumah ini terasa sepi bagi nia dia masih utuh keluarganya orang tuanya masih lengkap cuma orang tuanya memperlakukannya seperti anak pungut.

"NIAAAAA, NIAAAAA TOLONGG KEMASIN DAPURRRRR!! " teriak ardian yaitu ayah kandung nia.

nia yang mendengar teriakan itu lantas dengan cepat nia turun kebawah menghampiri ayahnya itu di dapur.

"JADI ANAK ITU JANGAN MALAS YA.. KAMU ITU ANAK CEWEK JADI JANGAN JADI PEMALAS. NGERTI!! " ujar ardian menampar nia.

"shh.." nia merasakan sakit yang luar biasa di pipi sebelah kanannya.

setelah menampar nia ardian kemudian menyeretnya ke dapur untuk membersihkan piring piring yang kosong dan kotor itu untuk di cuci.

"EH.. ada anak pungut.. " ujar seorang wanita paruh baya yang baru saja datang dari mall.

"kenapa dia mas? " tanya bilina ia adalah ibu kandung nia.

sepasang suami istri itu tidak pernah sekalipun menganggap linia seperti anak kandung mereka sendiri. mereka lebih menyayangi kinara yaitu adik angkat nia. kinara tua setahun dari nia.

"PAH aku cape di perlakukan gini terus cape aku pah. " ujar nia dengan mata berkaca kaca.

"HEH DENGAR YA,, SAYA BUKAN AYAH KAMU. INGAT BUKAN AYAH KAMU " ujar ardian yang mempererat cengkraman tangan nia.

nia hanya bisa menangis dan pasrah dengan dirinya.

setelah membersihkan dapur dan makan nia pun pergi menuju kamarnya untuk belajar.

saat nia ingin membuka pintu ia mendengar ada yang memanggilnya.

"kakak.. kakak! " ujar kinara berlari dan kemudian memeluk nia.

walau mereka bukan saudara tapi mereka berdua seperti saudara kandung. dan nia tidak pernah sekalipun membenci kinara begitupun sebaliknya.

"eh kamu ngapain di sini sayang? " tanya nia dengan nada lembutnya itu.

"ga kak aku kangen padahal tiap hari ketemu.. kaka janji kan ga akan ninggalin aku? " pertanyaan itu sontak membuat nia kaget pasalnya ia tidak bisa berjanji.

"kakak ga bisa janji dek, tpai kakak akan berusaha ya" ujar nia yang berusaha meyakinkan adiknya itu.

"kok ga bi-" belum sempat kinara melanjutkan omongannya itu terputus

"suttt udah ya sekarang kamu ke bawah gih.. kaka mau sendiri dulu" ujar nia dengan nada lembut.kinara pun menuruti permintaan kaka kesayangannya itu.

hm.. maaf yaa ki kakak ga bisa janji hidup kk udah ga ada warna nya lagi seperti lukisan tanpa warna maaf ki"nia merasakan kalau ada air mata menetes di pipi nya itu.

Krisar Member KFSIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt