118. Mayang si Juara

6 0 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS : Krisar
NAMA : Syahna Bahy
JUDUL : Mayang si Juara
AKUN WP : SyahnaBahy

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

Mayang merupakan seniman muda yang suka menghabiskan waktu dengan melukis. Ia sudah mendalami hobinya ini sejak beberapa tahun terakhir. Lukisan yang dibuat tak kalah cantik dengan lukisan dari seniman ternama.

Suatu sore, Mayang yang sedang menekuni hobinya di bawah rindangnya pohon Cemara didatangi oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan baju koko dan yang sarung yang membalut tubuhnya. Rambutnya yang sudah memutih ditutup dengan kopiah berwarna hitam.

Ia memandangi Mayang yang sedang melukis dengan tenang. Sesekali pria itu mengangguk-angguk kecil, seolah sedang mencoba untuk memahami goresan cat yang dituangkan Mayang di atas kanvas.

"Mayang, lukisan kamu bagus sekali. Ini seperti keajaiban ketika memandang lukisan kamu." Pria paruh baya itu berucap seraya menunjuk lukisan yang dibuat Mayang. "Lukisan kamu juga tampak tidak asing, apa itu lukisan kampung kita?" sambung Pria itu.

Mayang terdiam sejenak. Ia menatap lukisannya sebentar dan tersenyum menatap pria paruh baya yang berada di sebelahnya.

"Pak Kades, lukisan ini saya buat berdasarkan lukisan kuno yang saya lihat waktu berkunjung ke museum. Untuk isi lukisannya sendiri benar kalau ini adalah lukisan kampung kita, Pak. Saya lukis ini karena saya yakin, kampung kita punya sisi unik yang harus diekspresikan, jadi saya mengekspresikannya lewat lukisan ini." Mayang menjelaskan terkait lukisan yang baru dibuatnya.

Pak Kades mengangguk paham dengan apa yang Mayang jelaskan padanya.

"Kamu benar-benar anak hebat, May. Karena kamu, kami jadi gak perlu ke tempat-tempat jauh untuk melihat lukisan sebagus ini. Kamu sudah seperti aset bagi kampung kita," puji Pak Kades pada Mayang.

Mayang tersipu malu mendengar pujian yang dilontarkan oleh Pak Kades yang merupakan salah satu tetua yang ada di kampung tempatnya tinggal.

Hari yang semakin larut membuat keduanya harus berpisah. Pak Kades berpamitan kepada Mayang untuk melaksanakan sholat, sementara Mayang memilih untuk pulang ke rumahnya.

****

Keesokannya, Mayang bersiap untuk pergi ke sekolah. Mayang memasukkan beberapa pensil warna, cat lukis, kuas beserta buku besar ke dalam tasnya. Hal yang wajib ia bawa ke sekolah.

Saat jam istirahat tiba, Mayang memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman sekolah yang tak jauh dari kelasnya. Ia membawa serta peralatan melukis yang sudah dibawanya dari sekolah.

Mayang mulai menggoreskan pensil di buku besar, tak lama kemudian ia melanjutkan dengan menggoreskan pensil warna pada sketsa yang sudah ia buat. Lukisan yang ia buat tampak semakin cantik dengan warna-warna yang ia tambahkan.

Dari arah belakang, datang seorang guru cantik dengan menenteng secarik kertas. Guru itu tersenyum pada Mayang seraya menyapa gadis itu.

Mayang membalas sapaan sang guru. Mayang lalu bergeser dari posisi duduknya untuk memberi ruang pada sang guru untuk duduk di sampingnya.

"Mayang, lukisan kamu bagus sekali. Sekolah bangga punya siswi kreatif seperti kamu," puji sang guru pada Mayang.

Mayang tersenyum kecil dan mengucapkan terima kasih.

Krisar Member KFSIWhere stories live. Discover now