73. Suka Rasa Duka

1 0 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS : Krisar
NAMA : Esya
JUDUL : Suka Rasa Duka
AKUN WP :

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

Duduk dihalte menunggu seseorang yang tak kunjung datang ditemani rintik hujan yang kian semakin deras, Senja yang menunggu merasakan hawa dingin yang menyeruak dikulitnya.

Baju sekolahnya yang tipis tidak cukup untuk menghangatkan tubuh Senja, kedua tangannya ia satukan dan digesek untuk menimbulkan efek hangat yang bertahan sementara waktu, hari semakin gelap, langit _orange_ tidak kunjung menghiasi langit melainkan langit gelap dengan awan mendung diatasnya.

Karena kelelahan menunggu berjam-jam lamanya, Senja akhirnya melangkah pergi meninggalkan halte dan menerobos hujan menuju rumah yang lumayan jauhnya.

Jalanan sepi dan minimnya cahaya seperti hidupnya yang kesepian tanpa adanya cahaya yang menerangi.

selang berapa menit Senja akhirnya sampai didepan rumah mengetuk pintu dengan pelan.

Terbukalah pintu dengan sang Ayah menatap Senja dengan kekhawatiran yang tersirat jelas.

"Nak, kenapa baru pulang basah basahan begini" risau Ayah Senja melihat kondisi sang anak basah kuyup serta bibir yang mulai memutih karena kedinginan.

"Maaf" satu kata yang bisa diucapkan Senja sebelum semua menjadi gelap.

Ayah Senja yang panik membopong Senja membawa ke ruang tengah dan memanggil istrinya.

Bunda Senja datang dengan tergopoh-gopoh lalu mengantikan baju Senja, mengecek suhu tubuh sang anak sangat tinggi.

Didalam alam bawah sadar Senja, dia menatap sosok lelaki yang sedari tadi di tunggu dan bertanya mengapa ia tak kunjung datang untuk menjemput seperti yang di janjikan.

"Langit, kenapa kamu nggak jemput Senja?" Tanya Senja dengan raut kecewa.

"Maaf Ja, Takdir berkata lain" balas Langit penuh misteri, kerutan di dahi Senja menandakan bahwa ia kebingungan.

"Takdir apa? Apa karena hujan yang membuat kamu nggak bisa jemput aku?" Isak Senja meremas baju putihnya "Aku nunggu kamu berjam jam, aku kedinginan tapi kamu tetap nggak dateng!!" Lanjutnya dengan teriakan yang memilukan hati.

"Mungkin kamu harus menunggu lebih lama lagi" bayang bayangan Langit tersenyum mengelus kepala Senja perlahan memudar di gantikan dengan Senja yang membuka mata silau karena ruangan serba putih berbau obat.

Mata Senja menelisir ruangan yg ditempatu tak ada ornag disini, Senja pun melirik tangannya yg terbalut jarum dan inpus yang menggantung disampingnya.

Perasaanya Sepi dan sakit hati, setelah apa yang dia mimpikan tadi pikirannya menjadi kacau hatinya tak tenang,

Bangkitlah Senja dirinya keluar untuk sekedar mencari udara, menuju taman yang hijau dan duduk dibangku panjang berwarna putih.

Suasana lumayan ramai banyak anak anak kecil yang bermain, dirinya masih merasa sedikit pusing, bibirnya pucat serta wajah mulusnya diterpa angin halus.

Mengingat banyak kenangan selama beberapa tahun dengan Si dia 'Langit' yang menjadi bagian penting dalam kesehariannya.

Waktu itu Langit menelponnya menyuruhnya menunggu didepan halte sekolah untuk menjemput Senja.

Namun sampai hujanpun Langit tak kunjung datang.

Temannya Jingga memberikan sebuah Foto bergambar Langit tengah mengantarkan seorang perempuan.

Krisar Member KFSIWhere stories live. Discover now