48. Tidak Pernah Ada

4 0 0
                                    

-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩


TUGAS: KRISAR
NAMA: Nurul Lailatus Syarifah
JUDUL CERPEN: Tidak Pernah Ada
AKUN WP: NuruLailaa_
TEMA: SONG STORY
LAGU YANG DIJADIKAN DASAR CERITA: Love is gone

💗෴෴෴෴ START ෴෴෴෴෴💗

Gadis bodoh, andai tak ada seorangpun yang menjumpainya, pasti gadis itu meneruskan aksi gilanya. Tidak bisa dianggap gila juga, gadis itu hanya bermain hujan ditengah malam, itu hal biasa ... bagi Aya.

"Lo masih aja kayak gini," bentak Yuditya, Sang Sahabat. Gadis berkacama itu menyentak kasar tangan Aya saat mereka berhasil menapaki teras rumah.

"Aku ... ini, Tya, ini yang aku lakuin kalo rindu sama Zena," Suara Aya semakin lirih saat kalimatnya sedikit demi sedikit terucapkan.

"Cih, lo masih aja inget-inget orang kayak gitu," Raut wajah Tya seharusnya membuat Aya sadar betapa muaknya ia dengan topik yang Aya ambil.

Dua hari, selama itu ia menginap di rumah Aya yang selalu sepi, rasa kasihan Tya selalu lenyap mengingat betapa bodohnya Aya. Cukup sudah gadis itu membuatnya ikut gila.

"Gak niat bikin gue repot lagi 'kan?" tanya Tya sembari berkacak pinggang.

"Tapi, Tya ...." Aya selalu kalah. Ia terjebak dengan masa lalunya.

"Ganti baju, sekarang, Aya!" Perintah Tya tegas. Tidak membiarkan Aya melanjutkan kalimat yang hanya akan menghantarkan gadis itu pada kesedihan.

"Tya kamu tahu? Zena yang bisa buat aku sadar, aku sayang sama dia, aku mau sama dia, aku gak bisa hidup tanpanya ... Tya, Aya mau Zena," racau Aya.

"Berhenti, Aya. Berhenti!" teriak Tya tak suka.

keduanya masih terciprat air jika hanya berdiri di teras rumah. Tya mengambil inisiatif terlebih dahulu, menggiring Aya agar masuk ke dalam rumah.

"Tya! kamu tahu? Aku broken home, gimana anak kayak aku bisa dapet kasih sayang selain dari Zena," Nada suara Aya meninggi, gadis itu menyentak kasar tangan Tya yang menggeret paksa tubuhnya.

Tepat sekali ketika kalimat itu mengudara bebas, kaki Tya terhenti, tangannya gatal untuk segera menampar pipi mulus sahabatnya.

"Lo, gak nganggep gue?" Hanya pertanyaan lirih itu yang tersuarakan, Tya tidak tahu lagi harus menyadarkan Aya dengan apa?

"Bukan gitu, Tya." Aya menunduk, merasa bersalah. Kemudian langkahnya maju dan berakhir menghambur ke pelukan sahabatnya.

"Tya, kamu yang paling tahu seperti apa aku, tapi Zena juga ada di posisi itu. Zena sangat tahu gimana buat aku ngerasa nyaman, dia–"

"Dan gue enggak?" sela Tya cepat.

Aya mengendurkan pelukannya untuk melihat wajah sahabatnya. Orang yang sampai detik ini menjadi sahabatnya, setelah tahu mengenai kabar perceraian orangtuanya.

"Kamu apapun dan Zena juga," jawab Aya ragu.

"Hah, lo samain gue dengan pria kayak gitu?" tanya Tya tak percaya.

"Gak salah?" lanjut Tya.

Kilatan amarah terpancar jelas di mata Tya, ia yang merasa terbebani malah disamakan dengan pria penyebab kehancurannya.

Krisar Member KFSIWhere stories live. Discover now