37 - Jahatku dan Baiknya

5 5 0
                                    

🌕───────────────────────🌕
፝֯֟ ⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟፝֯֟⏝፝֯֟

TUGAS : KRISAR
NAMA : Putri Widyaningsih
JUDUL : Jahatku dan Baiknya
AKUN WP : ptrwdyngsh_5
TEMA : KAKAK LAKNAT

✨────────S T A R T────────✨

"Yuhuu ... Pasti enak banget nih nasi goreng buatan gue," ucap Herlina setelah menuangkan nasi goreng itu ke piring.

Ting! Tong!

Suara bel rumah Herlina berbunyi, menandakan ada seseorang yang akan bertamu. Herlina dengan malas membukakan pintu sekali melihat siapa tamu yang datang.

Ceklek!

"Heyyo, Kia mana, Her?" tanya Azhi pada Herlina.

Herlina menggelengkan kepalanya. "Entahlah, gak tau kak."

"Lah, kok bisa?"

"Ya mana saya tahu, saya cuma serumah bukan seraga."

Azhi memutar bola matanya malas. "Emang ya, gak kakak gak adek sama-sama aneh."

"Kak Azhi masih mau di sini apa mau balik?" tanya Herlina yang sebenarnya ingin mengusir Azhi dari rumahnya.

"Di sini aja deh, sekalian nunggu Kia," balas Azhi lalu masuk ke dalam rumah dengan santainya. Padahal belum disuruh masuk.

"Huft...."

Herlina kembali ke dapur untuk makan masakannya yang telah selesai dimasak. Baru beberapa menit Herlina makan, Kia pulang membawa teman-temannya.

Kia mendekati Herlina sambil tersenyum lebar. "Wah! Emang adek yang pengertian, sisa nasi goreng nya masih ada kan?" tanya Kia.

"Ada tuh setengah piring," jawab Herlina.

"Masak lagi sana! Teman-teman gue kan pada mampir ke rumah, pasti lapar," suruh Kia pada Herlina.

"Gak mau."

"Teman juga teman lo, kenapa jadi gue yang repot." Herlina beranjak sembari membawa piring dan sebotol air mineral ke dalam kamarnya.

"Ya udah gue bilang sama Papa ya?"

Herlina berhenti sekejap. "Lapor aja terus! Sampai sukses."

"Aamiin, Baiklah."

••••

Setelah sekian lama, Syarif–papa Kia dan Herlina bertugas di luar kota. Akhirnya siang ini dia kembali ke rumahnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Papa!" pekik Herlina senang.

"Sehat, Her?" tanya Syarif pada Herlina.

"Alhamdulillah, sehat Pa. Papa juga kan?"

Syarif mengangguk. "Iya dong ... Eh Kia mana?"

"Kak Kia, Kak Kia dan Kak Kia selalu. Aku kapan dicariin, Pa?" batin Herlina kesal.

"Her?"

"Enggak tahu, Pa."

"Lho masa kamu gak tahu sih, harusnya kamu selalu ada di samping dia," ujar Syarif.

"Enggak bisa gitu dong, Pa. Herlina juga punya urusan pribadi, gak semuanya tentang Kak Kia. Kak Kia juga udah besar, dia bisa mengurusi kehidupannya sendiri."

Krisar Member KFSIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora