41 - Sweet Seventeen

5 2 0
                                    

🌕───────────────────────🌕
፝֯֟ ⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟⏝፝֯֟፝֯֟⏝፝֯֟

TUGAS : KRISAR
NAMA : Nurulaila
JUDUL : Sweet Seventeen
AKUN WP : Nurulaiillaaa_
TEMA : KAKAK LAKNAT

✨────────S T A R T────────✨

Mica menari-nari senang. Tepat pukul 12 malam nanti adalah peringatan hari lahirnya, semoga hal baik berdatangan kepadanya.

Ia bersiap mandi lalu memakai pakian rapi dan berdandan wangi. Ia harus membuat hari ini menjadi sempurna. Setidaknya acara ulang tahunnya akan  diperingatinya sendiri.

Helaan nafas kasar mengudara begitu saja. Mica tidak yakin bahwa hari pentingnya akan dirayakan, kakaknya saja punya banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Kemarin, saat ia hendak membari tahu soal hari ulang tahunnya, tidak jadi, karena ucapannya disela terlebih dahulu. Ia hanya berharap semoga ada yang mengingatnya meski hanya seorang.

Mata Mica mengecek jam dinding berulang kali. Menantikan jarum pendek dan panjang pada jam itu menyatu di angka dua belas.

"Dua jam lagi," gumamnya.

Gadis itu sudah berdandan rapi dan membuat suasana hatinya senang. Hari ini tidak akan ada kekesalan.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu kamar mengintrupsi kegiatan Mica. Ia berjalan membuka pintu dan menemukan wujud kakaknya yang sedang membawa segelas susu.

"Ngapain Kak?" tanya Mica heran.

"Gak ada," jawab Sheila. Gadis itu menyodorkan segelas susu yang ia bawa pada adiknya.

"Tumben baik," tanya Mica keheranan, ia meneguk sedikit minuman yang Sheila bawa. "Gak diracun 'kan?" tanya Mica memastikan.

"Nggak lah," sewot Sheila. "Cuma ditambah obat tikus doang," lanjutnya dengan nada santai.

Seketika pula, mata Mica membelalak tak percaya. Ia menyemburkan susu yang ada di mulutnya ke lantai kamar.

"Jorok lo," komentar Sheila.

"Udah siniin, gue cuma nganter susu yang dibuatin Mama tadi. Makanya jangan pikun, gue juga yang kena imbasnya," cerocos Sheila tak ikhlas.

Sheila segera keluar dari kamar adiknya. Mamanya terlalu berlebihan, hanya perihal lupa minum susu, ia harus berkorban mengantarkannya ke kamar Mica.

Sedangkan di dalam kamar tadi, Mica memberengut sebal saat tumpahan susu tadi mengenai bajunya. "Sepertinya idup gak bakal tenang kalo masih ada Kak Sheila," gumamnya mengeluh.

"Satu jam lagi," ujarnya lirih begitu mendapati jam di dinding menunjuk waktu hampir tengah malam. Namun, suasana hatinya sudah memburuk. Akhirnya ia memutuskan untuk mengganti baju lalu tidur.

Selesai berberes, Mica menidurkan diri di ranjangnya. Memulai mimpi indah yang akan ia jumpai saat menutup mata.

Dering ponsel di nakas berbunyi keras, membangunkan Mica yang sebelumnya sudah menjelajah alam mimpi. Ia mengulurkan tangan dan mematikan panggilan.

Tetapi tidak lama setelahnya, deringan itu muncul lagi. Dengan sangat terpaksa, Mica membuka mata.

"Garry?" Gumamnya berusaha membaca dengan jelas.

"Hallo," sapa Mica masih mempertahankan agar matanya tak terpejam.

"Happy birtday," suara serak dan berat itu seolah memberi bom pada Mica. Ia terduduk tegak sembari meneliti jam.

Krisar Member KFSIWhere stories live. Discover now