65. Rindu Suasana Hari Raya Bersama Nenek Tersayang

40 1 0
                                    

⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀⌢⚈̥̥̥̥̥̀⌢⚈̥̥̥̥̥̀⌢⚈̥̥̥̥̥̥̥̥̥̥̀́⌢⚈̥̥̥̥̥̀⌢⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥́⌢ ⚈̥̥̥̥̥̥̥̥̥̥́̀*
-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩*

TUGAS: KRISAR
NAMA: Ade Irma
JUDUL CERPEN: Rindu Suasana Hari Raya Bersama Nenek Tersayang
AKUN WP: -
TEMA: Rindu

❣️❣️❣️❣️❣️❣️❣️❣️❣️❣️❣️

💗෴෴෴෴ START ෴෴෴෴෴💗

Hai kenalin aku Irma. Aku membuat cerpen ini berdasarkan cerita nyata. Jika bahasa yang aku gunakan kurang bagus atau belibet maafkan aku yah, sebab aku tidak terbiasa menulis cerpen. Aku menulisnya sesuai dari kata hati. Semoga kamu suka dengan cerpenku ya hehe. Gomawo~~

     Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar.. La Illaha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil-hamd. Sepanjang malam orang-orang mengumandangkan takbir di masjid maupun musholla di daerah tempat tinggalku untuk meramaikan suasana malam hari raya Idul Fitri tahun 2018. Aku yang paling bersemangat menyiapkan jajanan untuk disuguhkan kepada para tamu yang berkunjung di rumah esok hari. Tidak lupa menyiapkan mukenah untuk dipakai saat sholat Ied. Hatiku sangat gembira karena aku masih bisa berkumpul bersama keluarga yang lengkap yaitu ada ayah, ibu, kakek, nenek, dan adik laki-laki ku.
“Nek, aku minta maaf jika ada banyak salah sama nenek” kata ku sambil mencium tangan nenek.
“Iya, sama-sama cucuku. Belajar yang rajin biar jadi anak yang pintar dan sukses di masa depan”. Balas nenekku sedikit berlinang air mata lalu mencoba menggapai wajahku mendekati bibirnya dan mencium pipi kanan dan pipi kiri ku.
“Aamiin, iya nek.” Jawabku dan membalas mencium pipi kanan dan kiri nenek.
“Nek, mana THR ku? Hehe.
“OH yaa ,nenek hampir lupa” ucap nenek sambil mengeluarkan selembar uang untuk diberikannya pada ku.
“Terima kasih, nekk” Ucapku
“iyaa, sama-sama cucuku sayang”.
    
      Nenekku selalu membela cucunya (diriku) ketika sedang dimarahin oleh ayah dan ibuku. Bagiku nenek adalah seorang malaikat. Nenek yang selalu membela, menenangkan aku saat menangis. Setiap kali aku bersedih ataupun menangis aku akan berlari ke kamar nenek dan melanjutkannya di sana. Nenek akan bertanya kepadaku,
“Kamu kenapa cucuku? kenapa nangis? Ayo sini cerita sama nenek.” Kata nenek sambil menepuk-nepuk pelan pantatku agar aku sedikit tenang. Tetapi, bukannya berhenti menangis , tangisan ku malah semakin tersedu-sedu. Terkadang aku dipeluk oleh nenek agar aku kembali tenang. Seringkali juga aku menangis sampai tertidur di kasur nenek dan nenek tidur di sampingku. Aku melihat wajah nenek yang tertidur pulas itu terlihat begitu menyayangi cucunya dengan setulus hati. Aku menghela nafas dan tersenyum tidak terasa air mataku jatuh begitu saja mengingat momen bersama nenek dulu. Rasanya ingin sekali bertemu namun kami sudah tidak se alam lagi.
     Tidak semua orang beruntung mempunyai seorang nenek. Akan tetapi, aku salah satu orang terberuntung memiliki seorang nenek yang baik, mencintai setulus hati, dan menyayangi cucu-cucunya tanpa pilih kasih. Aku selalu berdoa pada Tuhan agar nenek diberikan umur yang panjang dan sehat. Namun, tuhan berkehendak lain. Pada waktu itu nenekku sedang sakit diabetes yang sudah lumayan parah. Akibat sakit diabetes basah itu membuat kaki nenekku cepat mengalami pembusukkan dan berlubang dan kakinya dililit dengan perban setiap harinya dan setiap 2 minggu sekali harus control ke dokter. Nenekku adalah sosok yang kuat dan tegar dalam menghadapi penyakitnya itu hingga pada akhirnya beliau menyerah di usia 59 tahun. Beliau meninggal pada bulan Desember tahun 2018.
     2018-2022. Tak terasa nenek meninggalkanku sudah hampir empat tahun. Aku masih ingat betul hari di mana nenekku meninggalkanku untuk selamanya akibat sakit diabetes yang diderita nenek. Disaat itu aku sedang berada di sekolah. Aku mendapatkan kabar dari bibi bahwa nenek telah meninggal dunia. Rasa sedih dan kecewa campur menjadi satu. Sebab sejak nenek dirujuk ke rumah sakit selama tiga hari aku belum sempat menjenguk ke sana dikarenakan pada saat itu sedang ada ujian tryout. Seingatku terakhir kali aku berbicara dengan nenek satu minggu sebelum nenek mengalami drop dan yang akhirnya masuk rumah sakit. Saat itu, pada jam istirahat sekolah , sempat aku melamun memikirkan bagaimana kondisi nenek. Terlintas dalam fikiranku bagaimana jika nantinya  nenek meninggalkan aku untuk selama-lamanya. Seolah aku mendapat firasat sesuatu yang buruk akan terjadi. Tidak lama kemudian firasat itu berubah menjadi sebuah kenyataan yang pahit.
     Sesampai di rumah air mataku mulai mengalir deras yang sampai pada puncaknya jenazah nenek tiba di rumah dengan diantar oleh mobil ambulance. Tangisan kakekku, ibuku, bibiku, dan cucu-cucunya terdengar jelas di telinga. Aku merasa seperti sedang bermimpi. Seorang yang ku cintai selama ini akan pergi jauh tanpa berpamitan dulu denganku. Aku belum meminta maaf pada nenek atas semua kesalahan yang tanpa kusadar pernah berbuat salah padanya. Tatapan sendu aku melihat jenazah nenek yang terbaring kaku di atas kursi panjang yang terbuat dari potongan bambu. Perlahan aku mengusap rambut nenek dan mencium kening serta pipinya untuk yang terakhir kalinya. Lalu, ku dekatkan bibirku ke telinga nenek dan berkata lirih “cucumu ini sangat menyayangi mu. Selamat jalan, Nek…..” senyuman tipis terukir dibibir ku dengan berat hati aku harus bisa mengiklaskan nenek. Kalau kata orang ikhlas itu dusta, yang ada hanya terbiasa dengan sesuatu yang telah pergi. Memang benar dan itu kurasakan saat itu hingga saat ini.

Krisar Member KFSIOù les histoires vivent. Découvrez maintenant