67. Rindu

0 0 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS : Krisar
NAMA : Firda
JUDUL : Rindu
AKUN WP :  FirdayantiHusein2

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

Aku terdiam menatap pot mungil di dekat jendela. Tanaman hias yang menambah keindahannya. Tanaman itu tetap tumbuh meskipun terkadang aku lupa merawatnya. Yah… aku sering lalai merawatnya. Karena tanaman itu selalu mengingatkanku pada dia yang pernah mengisi hari ku dengan penuh kebingungan. Dia terkadang membuat mengeluarkan argumen yang membuatku bingung sepanjang hari. Dan aku harus merengek didepannya jika ingin mengetahui maksud dari argumennya. Sungguh menjengkelkan tapi aku tetap suka dan tetap melakukan perintahnya. Orang lain menganggapku bodoh karena sering bersamanya. Akan tetapi, aku tak peduli, karena aku sangat menyukainya.

Lagu Beatiful Rain menyadarkanku dari lamunan. Kulirik benda pipih persegi itu, tertera nama Zikra yang melakukan video call. Rasanya malas untuk mengangkatnya tapi dia ngga akan berhenti menelepon sebelum aku mengangkatnya.

“Assalamualaikum Ra, ada apa?”, Sapaku.
“Assalamualaikum ehhh… waalaikumusalam Hola Zahra ku!”, Teriak Zikra.
“Kenapa Vc dijam segini?”, tanyaku tanpa melihatnya.
“Tatap aku dulu dong Ra”, katanya memelas.
Aku pun memperbaiki posisi didepan layar handphone.
“Nah… gitu dong”, kata Zikra sambil senyum.
“Jadi gini Ra, besok kamu ada kesibukan ngga?, kalau ngga ada, aku mau ngajakin kamu ke puncak.” Katanya Zikra dengan penuh semangat.
Aku terkejut saat mendengar kata puncak. Hatiku tiba-tiba berdecak lebih kencang. Tapi aku berusaha tersenyum dan terlihat baik-baik saja. Jangan sampai Zikra melihatku.
“Boleh, berdua aja atau gimna?”, tanyaku.
“Sama Ayah dan Ibu, katanya mereka rindu suasana puncak”, kata Zikra.
“Hmm… gitu ya, nanti aku izin dulu sama Ibu Yah!”, Jawabku.
“OK!. Sip!”, kata Zikra sambil menautkan jari jempol dan telunjuknya membentuk huruf O.
Aku hanya membalas dengan senyuman lalu memutuskan Video Call.

“Hmm… puncak yah!”, gumamku.
Lalu aku beranjak menuju lemari untuk mengambil benda yang selama ini masih tersimpan rapi. Kubuka kotak yang berwarna abu-abu itu, terdapat album foto kami saat berada dipuncak. 2 tahun yang lalu kami pernah ke puncak. Saat itu kami liburan sekolah. Keluarga Zikra mengajakku ke puncak. Katanya biar ada teman bercerita buat Tante Novita. Beliau sudah menganggapku sebagai anak. Katanya, aku adalah menantunya, saat tiba di vila miliknya.

“Bu, perempuan cantik ini siapa?”, tanya Ibu Diana yang merupakan pembantu di Vila milik keluarga Zikra
“Ini Zahra, Bu!, menantu Ibu,” kata Ibu Novita sambil merangkulku.
“Maa Syaa Allah, cantik sekali bu.”,Setelah itu, Ibu Diana tampak berpikir lama.

Ibu Novita yang melihat Bu Diana yang kebingungan langsung tertawa terbahak – bahak.

“Ya…ampun, hhhh… hhhh… hhhhh.. ibu Diana kok serius amat nanggapin nya, saya Cuma bercanda hhhh… hhhh…”, kata Ibu Novita sambil memegang perutnya.
“heheh… kirain Bu Novita beneran udah nikahin nak Zikra sama nak Zahra”, kata bu Diana sambil menggaruk kepalanya.
“Mereka masih SMA kelas 1 Bu, kecuali kalau Zikri sudah siap”, kata Ibu Novita sambil memberi kode kepada Zikri.

Zikri yang tidak mengerti pembahasan ibunya hanya menjawab kode ibunya dengan mengangkat jempolnya tanda setuju.

Zikra yang sejak dari awal mendengar lelucon ibunya berteriak kencang yang membuat wajahku memerah.

“Abang beneran mau nikah sama Zahra!”, Teriak Zikra sambil berlari kearah Zikri.
“Iya, Zahra adalah masa depanku”, jawab Zikri.

Deg... Deg… Deg…

Krisar Member KFSIWhere stories live. Discover now