50 - Menyusahkan

20.9K 1.5K 211
                                    

Ezekiel memiringkan kepalanya dengan senyum miring, "Mari kita selesaikan di sini."

"Kau yakin? Kau akan membuat mereka semua mengalami depresi, melihat pertengkaran kita yang berbeda."

Ezekiel terkekeh, dia melangkah maju hingga Jay terus melangkah mundur. Tentu saja, agar tidak ada yang mendengar obrolan keduanya meski dengan nada rendah. "Kau yakin, Jayson Walter? Apa kau lupa? Aku tidak peduli pada siapa pun di dunia ini, mau mereka depresi atau bunuh diri setelah dari sini, itu bukan urusanku."

"Kau memang iblis, Ezekiel. Kau pantas terlahir dari rahim wanita jalang sepertinya!"

"Sialan! Tutup mulutmu!"

Ezekiel menggenggamnya pisau lipat yang di todongkan ke pinggangnya, bocah ini akan hilang kendali jika sudah menyangkut tentang Mama tersayangnya. "Aku benar bukan? Dia sudah memilikimu, apa kau yakin dia benar-benar menyayangimu?"

"Kau memang harus mati, Jayson Walter."

"Ide bagus, kita akan mati bersama!"

Ezekiel menggertak kan giginya, dia menarik pisau lipat yang di genggamnya, tidak peduli tangannya terluka. "Aku akan keluar,"

"Tuan muda, tangan Anda ...."

"Ini hal mudah, dia harus mati di tanganku. Menyingkir!"

"B-baik,"

Anggota Klan Mors langsung meminta semua yang berjaga untuk membiarkan Ezekiel dan Jayson keluar dari ruangan yang di jamin aman, keduanya pergi menuju kamar mandi tapi saat di lorong, Jayson melepas pegangannya pada pisau yang di tarik Ezekiel. Bocah laki-laki itu dengan cekatan mengeluarkan pistol dari pinggangnya.

"Gara-gara dirimu, aku di paksa untuk menjadi iblis tanpa hati! Gara-gara Ibumu, aku di paksa membalaskan dendam keluargaku pada keluargamu! Gara-gara Ayahmu, keluargaku hancur berantakan! Kau .... Kau tidak boleh hidup bahagia di atas penderitaanku, Ezekiel!"

Dia mengarahkan pistol tepat pada kepala Ezekiel, bukannya takut, Ezekiel malah tertawa. "Bahkan tanganmu bergetar saat memegang pistol, kau yakin telah berhasil menjadi iblis sesuai keinginan keluargamu? Atau kah .... Kau hanya seorang anak yang malang, anak yang terpaksa di didik menjadi kriminalitas tapi jiwamu menolaknya?"

"Tutup mulutmu! Kau harus mati di tanganku, sialan!"

"Tidak bisa semudah itu untuk aku mati, Jayson. Hanya jika Ibuku yang memintanya, aku akan dengan mudah mati."

"Bodoh! Bahkan Ibumu merencanakan pembunuhan untukmu dan Ayah sialanmu itu!"

"Jika itu demi kebahagiaan Ibuku, kenapa tidak? Aku rela mati demi kebahagiaan Ibuku,"

Jayson mengeraskan rahangnya, dia sangat marah, sampai tangannya bergetar menahan gejolak emosi yang meningkat. "Kau tahu, Jayson? Ibuku telah mempertaruhkan segalanya untuk aku bisa lahir di dunia ini, maka aku pun akan mempertaruhkan segalanya untuk kebahagiaan Ibuku di dunia ini. Kau ingin kematianku? Mata temui kematianmu lebih dulu,"

Ezekiel memutar pisau lipat di tangannya hingga memegang erat pada gagang yang sebenarnya, dia tersenyum miring melihat Jayson yang mulai menembak dan dirinya dengan mudah mengelak. "Kau tidak ahli menembak, mau aku ajarkan cara menembak yang benar?"

"Kau harus mati!"

"Aku tidak mudah mati, aku─"

Dor.

Darah terciprat ke atas lantai, dia menatap tubuh yang semula tegak berdiri dengan penuh percaya diri, kini jatuh dengan kening di tembus peluru. Tahu jika situasi tidak aman, Ezekiel bersembunyi ke belakang pilar. Bocah itu melihat sendiri bagaimana Jayson akan menembaknya tapi peluru lain sudah lebih dulu menembus keningnya.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang