28 - Wanita Sombong

45.6K 3.2K 218
                                    

"Mamaku cantik sekali! Semua Ibu di sekolahku pasti akan iri dengan kecantikan Mama!"

Rene tertawa, dia mengecup pipi putranya yang juga tampan dalam balutan tuksedo. "Anak siapa sih ini? Kok pintar sekali berbicara?"

"Anak Mama Irene dong!"

Rene tersenyum begitu manis, dia juga mengusap lembut pipi putra semata wayangnya.

Rene tidak menyangka, jika anaknya akan begitu cepat tumbuh besar bahkan sekarang, dirinya kembali menghadiri acara kenaikan kelas sang anak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rene tidak menyangka, jika anaknya akan begitu cepat tumbuh besar bahkan sekarang, dirinya kembali menghadiri acara kenaikan kelas sang anak. Setiap tahun, Rene akan semakin bangga pada anaknya yang tidak pernah melewatkan juara umum atas namanya. Semua guru, wali murid, dan teman-temannya, merasa bangga dengan sosok Ezekiel.

"Kita panggilkan! Juara umum pertama, Ezekiel Kingston La Elguerro!"

"King!"

"King!"

Aku serasa menjadi kingkong.

Riuh tepuk tangan menyambut Ezekiel yang berdiri dari duduknya, dia mengecup punggung tangan sang Ibu juga kening Ibunya. Dia tersenyum, di balas serupa oleh sang Ibu sebelum naik ke panggung dengan riuh yang semakin terdengar. Dari tahun ke tahun, belum ada satu pun siswa yang berhasil menggeser nama Ezekiel sebagai pemegang juara umum sekolah.

"Mama, thank you and love you."

Semakin ramai saja seisi gedung, bertepuk tangan untuk Ezekiel yang selalu mengucapkan kalimat sama setiap tahunnya. Dia turun dari atas panggung, memberikan piala dan memasangkan kain selempang pada Ibunya. "Semua berkat Mama, aku menyayangi Mama."

Ezekiel lebih memilih Ayahnya yang tidak datang dari pada Ibunya, Ezekiel memang sangat bucin pada Ibunya. Apalagi saat beberapa wanita sosialita, menghampiri Rene untuk menambah relasi. "Mom, anak Anda sangat pintar. Saya sampai iri, kenapa anak saya tidak sepintar Ezekiel." Dia ingin menyentuh kepala Ezekiel tapi di tolak dengan cara mengelak, Ezekiel tidak suka disentuh oleh siapa pun kecuali Mama.

"Karena anak Anda bodoh, makanya tidak pintar." Ezekiel selalu ketus pada siapa pun, membuat Rene tersenyum sungkan. "Maafkan anak saya ya, Bu. Anak saya memang suka bicara tanpa di saring," Rene menatap anaknya memberi peringatan tapi Ezekiel membalasnya dengan senyuman manis.

"Tidak apa-apa, Mom. Namanya juga anak kecil, saya maklum kok."

"Mama, ayo pulang. Di sini banyak penjilat, aku takut Mama terkena najis mereka."

"Ezekiel,"

"Aku tidak pernah salah, Ma. Ayo pergi," Ezekiel mengajak Mamanya pergi dengan cepat. Dia tidak mau Mama terkena virus Ibu-Ibu sosialita yang hobi arisan untuk pamer barang branded itu.

"Ezekiel, Mama tidak suka cara bicaramu dengan orang dewasa yang kasar seperti itu."

Ezekiel menunduk seperti anak kucing, dia akan jinak jika saat bersama Mama saja. "Mam, dia saja yang hobi pura-pura baik di depan Mama padahal di belakang, hobi membicarakan Mama. Mereka itu munafik!"

"Mama tahu itu, tapi tolong bersikap sopan ya, Nak."

"Tidak bisa janji kalau untuk yang itu,"

***

"Kapan kalian punya anak lagi? Papa sudah tua, Papa ingin melihat penerus Papa. Penerus Kakekmu sudah ada Ezekiel, Papa belum mendapatkan penerus dari kalian."

Sudah 6 tahun terakhir, Rene mengikuti program hamil tapi sampai sekarang, belum ada hasil yang memuaskan. Rene mau pun Lucas, sudah sama-sama berusaha keras untuk bisa memiliki anak lagi tapi jalannya memang mereka belum di izinkan untuk memiliki anak kedua.

"Nanti," Lucas selalu memberi jawaban yang sama. Dia pun merangkul pinggang Rene dan membawanya berdiri, "Jika Papa tidak sabar ingin melihat bayi lagi. Silakan Papa menikah, biarkan anak itu yang menjadi penerus Papa."

"Lucas! Apa kamu tega melihat Mamamu di duakan?"

"Mamaku sudah bahagia di tempat yang jauh lebih indah, dia tidak akan mempermasalahkan apa pun jika Papa ingin menikah lagi." Lucas membawa istrinya pergi, meninggalkan Giordano La Elguerro yang memijat pelipisnya.

Hanya ingin cucu baru saja, rasanya seperti sedang menunggu bebek melahirkan.

***

Jika di pikir-pikir, Rene memang merasa, sesuatu pasti terjadi pada dirinya hingga sulit untuk memiliki anak lagi. Padahal Laudya yang menikah 4 tahun lalu, kini sudah melahirkan anak keduanya. Rene menatap Lucas yang terlelap dengan memeluk pinggangnya, Rene merasa rendah diri jika belum kunjung hamil sampai detik ini.

Keesokan harinya, Rene bertamu ke rumah Laudya seusai mengantar si tampan Ezekiel ke sekolah. Rene menimang bayi Laudya yang baru berusia 2 bulan, "Lau. Apa kau punya kenalan Dokter khusus kandungan?" Laudya yang sedang membuat susu untuk anaknya, menoleh ke arah Rene. "Kau hamil, Re?"

"Enggak, aku mau memeriksa kondisiku. Kau tahu kan? Aku sudah menjalani program hamil selama enam tahun, tapi tidak ada hasil apa pun. Aku takut, aku yang bermasalah di sini, Lau." Laudya menyentuh lengan Rene, "Jangan pernah berkecil hati. Suatu saat, Tuhan akan menitipkan malaikat kecil kembali di rahimmu, percayalah. Kau cukup berusaha dan bersabar, jangan lupa berdoa pada Tuhan."

"Bagaimana jika memang aku yang bermasalah, Lau?"

"Meski begitu, setidaknya kau sudah melahirkan seorang anak untuk Lucas. Tidak akan menjadi masalah, Re."

Tidak akan menjadi masalah.

Nyatanya, semua itu menjadi masalah dalam rumah tangganya. Bukan Lucas yang menuntut, tapi gunjingan dari keluarga besar La Elguerro. Mereka menuding jika Rene sudah tidak subur makanya tidak bisa mengandung lagi, mereka juga membandingkan Rene dengan pengantin baru yang sekarang sudah hamil muda.

"Kau sudah enam tahun mengikuti program hamil, tapi tidak ada hasil. Kau pasti bermasalah, Irene." Bibi dari Lucas terus menyinggung, Rene sebenarnya sungkan untuk berbicara pada keluarga suaminya. Apalagi saat ini, dia hanya bersama para wanita di ruangan khusus dan para pria berada di ruangan khusus yang lain.

"Apa kau tidak takut? Suamimu akan menikah lagi?"

Menikah lagi? Lucas? Rene pun tersenyum kecil, "Jika suamiku ingin menikah lagi. Aku tidak masalah, pria tampan di dunia ini banyak. Usiaku tidak akan menjadi penghalang untuk mendapatkan yang lebih muda," Rene tersenyum cantik, dia mengambil gelas dan minum dengan anggun.

"Kau akan menyesali ucapan sombongmu ini, Irene. Kau akan menangis darah dan bersujud-sujud memohon di bawah kaki Lucas saat Lucas mengatakan jika dia akan menikah lagi,"

"Dan Bibi berharap aku akan melakukan hal memalukan itu? Sayangnya, aku tidak tertarik."

Rene menaruh gelas ke atas meja, dia berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja. Satu ruangan dengan penggosip memang hanya akan menguras emosi, belum lagi suara jangkrik kejepit kembali terdengar di belakangnya. "Kami bersumpah! Kami akan membuatmu menangis darah karena pernikahan kedua Lucas!"

"Iya, lakukan sesuka kalian. Nikahkan saja keponakan tersayang kalian itu dengan seribu wanita sekaligus, dan aku tidak akan peduli!"

"Kau akan menyesali ucapanmu, Irene Jossi!"

"Aku tidak yakin untuk itu,"

"Dasar wanita sombong!"

***

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now