51 - Dunia Yang Sebenarnya

23.3K 1.8K 239
                                    

Lucas memejamkan matanya sejenak, dia memegang bahu putranya dengan sedikit membungkuk. "Kau tahu apa penyesalan terbesar Papa? Papa tidak berhasil menjagamu dan Mamamu jika kejadian seperti ini terjadi, Papa ingin kamu baik-baik saja dan Mamamu pun akan baik-baik saja. Apa sulit untukmu menurutinya?"

"Papa!"

Ezekiel memeluk Papanya dari belakang, membuat peluru yang melesat, mengenai perutnya. Lucas? Jelas pria itu terkejut setengah mati, dia menggapai tubuh putranya yang hampir terjatuh. "Ezekiel!"

"Papa, di sana .... Mama,"

Tatapan Lucas beralih pada Rene yang menjatuhkan pistolnya, wajah wanita itu pucat pasi. Kedua tangannya gemetar hebat dan Lucas, tidak menyangka. "Irene? Kau ingin aku yang tertembak? Kau ingin kematianku? Kenapa tidak langsung katakan saja? Aku akan dengan senang hati memberikan kesempatan untukmu membunuhku tapi tidak dengan cara seperti ini."

Ezekiel menggapai rahang tegas Papanya, "Papa. Jangan marahi Mama, aku yang salah. Aku yang salah karena tidak bisa menjadi anak yang baik,"

"Ezekiel, jangan katakan apa pun." Tatapan Lucas menyeluruh ke sekeliling di mana banyaknya mayat yang berceceran, "SIAPKAN MOBIL SIALAN! KITA KE RUMAH SAKIT!"

"Enggak usah, Pah. Aku kuat, Papa lihat?" Ezekiel berdiri tapi Lucas dengan sigap menahan bahunya.

"Kau terluka, Nak. Jangan buat Papa terbelenggu dalam penyesalan,"

"Jika aku mati, aku mati di tangan Mama. Aku senang, Pah."

Di belakang sana, Rene terus meneteskan air matanya dengan bibir bawah yang dia gigit kuat-kuat. "Anakku ...."

Bunuh mereka Irene, ini kesempatan untukmu. Bunuh mereka.

Rene menutup kedua telinganya yang kembali berisik dengan banyaknya suara, dia menunduk, mengambil pistol yang sempat dia jatuhkan dan dari sudut matanya, Ezekiel melihat semua itu. Dia pun berbalik badan menatap Mamanya, berjalan mendekat dengan memegang perutnya yang tertembak.

"Mama, jangan menembakku diam-diam. Tembak saja aku secara langsung, aku akan menyerahkan diri."

Rene menggeleng, dia ingin melempar pistol di tangannya tapi rasanya, tidak mampu. "Ezekiel,"

"Mama, aku mencintai Mama melebihi apa pun di dunia ini sebagaimana Mama mencintaiku dengan sangat hebat. Mama, aku lahir dari rahimmu maka bunuh aku dengan tanganmu. Aku akan pergi dengan tenang setelah ini, aku janji, Mah."

Lucas yang berdiri di dekat Ezekiel menggeleng, "Jangan, Irene. Yang akan kau tembak adalah anak yang kau perjuangkan kelahirannya, apa kau akan dengan mudah membunuhnya? Di mana hati nuranimu sebagai seorang Ibu, Irene?"

"A-aku ...."

Rene kembali menutup kedua telinganya, "ARGH!" Dia menatap tajam ke depan, tepatnya ke arah Ezekiel yang tersenyum manis dan Lucas yang terus menggeleng.

"Irene, jangan. Ezekiel anakmu, anak kandungmu."

Dor!

Dor!

"PAPA!"

"M-maaf," wajah Rene berubah pucat pasi, wanita itu melangkah mundur dengan pistol di genggamannya. Dia menatap kosong pada Lucas yang terjatuh bersimbah darah dengan dada kiri tertembak.

"Mama! Mama tolong Papa! Mama!" Ezekiel menangis, ini kali pertama dia menangisi Papanya. "Papa, buka mata Papa! Papa jangan tinggalkan aku! Papa!"

"Mama, tolong Papa. Kali ini saja, tolong Papa, Mama! Mama!"

"M-maaf,"

Dor!

"Mama?" Ezekiel menyentuh dada kirinya, dia kembali tersenyum dengan air mata yang menetes. "Aku sayang Mama, Ezekiel sayang Mama, sangat-sangat sayang Mama."

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Onde histórias criam vida. Descubra agora