22 - Aku Mencintainya

63.9K 4.1K 228
                                    

Rene menatap lurus ke langit-langit kamarnya, dia masih mencerna ucapan demi ucapan Duton. Apakah dirinya sudah mencintai Lucas? Atau belum? Rene juga bingung dengan perasaannya sendiri, dia merasa nyaman dekat dengan Lucas tapi dia belum yakin, apa makna sebenarnya dari kata cinta itu sendiri.

Dia menoleh ke arah samping, ada Lucas yang tertidur sambil memeluknya erat. Dia perlahan-lahan melepas pelukan Lucas, dia pun berjalan keluar kamar menuju kolam renang. Dia duduk seorang diri di sana, "Jika mencintai, hal apa yang di rasakan?"

"Ketika kau merasa marah dan kesal melihatnya dekat dengan wanita lain, kau marah saat dia mengabaikanmu, dan kau bahagia saat dia memperhatikanmu." Rene menoleh, ada asap putih yang sudah pasti Duton. "Apa kau sudah merasakan semua itu? Rene, ingatlah. Kau bukan orang asing di sini untuknya, kau tetap istrinya! Satu-satunya istri seorang Lucas, jadi mencintai dia, bukanlah kesalahan atau dosa besar."

Andaikan Duton boleh menunjukkan dirinya, dia sudah gemas sekali ingin menempeleng kepala Rene agar otaknya bekerja dengan baik kembali. Mungkin saja, otaknya saat ini sedang terganggu. "Bukan aku tidak merasakan, aku merasakan semuanya. Tapi aku hanya bingung dengan hatiku sendiri, Duton, aku tidak tahu makna sebenarnya cinta karena semua kisah yang aku alami, sekedar aku anggap sebagai pemanis. Aku tidak pernah mencintai seseorang,"

"Itu di dimensi pertama, di dimensi kedua, kau memiliki seseorang yang kau cintai."

"Siapa?"

"Giorgio,"

"Aku mencintainya?"

"Ya, jika tidak. Kau tidak akan bersama dengannya selama tujuh tahun,"

Tujuh tahun bersama tapi pada akhirnya, tidak sampai ke jenjang pernikahan. "Kenapa aku tidak menikah dengannya? Kenapa aku malah menikah dengan Lucas?"

"Takdir, kau tahu takdir? Jika kau di takdirkan menikahnya dengan seorang berandal, mau kau mencintai sehebat apa pun pada pria kutu buku, kau akan tetap kembali pada takdirmu yaitu si berandal. Jadi yang bersama denganmu selama tujuh tahun, bukan berarti akan menjadi pasanganmu seumur hidup. Mengerti, Irene? Sekarang, yakinkan perasaanmu!"

"Jika kau benar mencintai Lucas, pertahankan pernikahan kalian. Jika tidak, jangan membuang waktumu untuk hal membosankan."

***

Jam kerja sudah tiba, Rene menolak berangkat ke kantor bersama dengan Lucas, dia memutuskan untuk mengantar anaknya lebih dulu ke sekolah. Rene tidak boleh melupakan perannya sebagai seorang Ibu, "Belajar yang baik ya, Nak. Jangan lakukan apa pun yang membebanimu, anak Mama harus senang saat sekolah!"

Ezekiel tersenyum manis, senyum yang sangat jarang dia perlihatkan. Tidak lupa dia mengecup kedua pipi Ibunya, "Mama! Aku akan selalu mengingat ucapan Mama, aku mencintai Mama!" Punya anak yang selalu menyatakan cintanya memang sangat luar biasa membahagiakan, Rene tidak pernah, tidak tersenyum saat bersama putra semata wayangnya ini.

"Bye Mama! Love you!"

"Love you too, sayang!"

Rene tersenyum membiarkan putranya berlari semakin jauh, bersamaan dengan seseorang yang datang menghampirinya. "Mrs. Elguerro? Sudah lama sekali kita tidak bertemu," Rene tersenyum ke arah seorang wanita yang dia yakini, pasti guru dari putranya di sekolah.

"Iya benar, Miss. Bagaimana dengan anak saya saat di sekolah?"

"Ezekiel bisa di bilang, sangat baik dalam pembelajaran. Hanya saja, emosionalnya tidak stabil, Ezekiel mudah marah dan melukai temannya." Guru Ezekiel sedikit sungkan menyampaikan, tapi sebagai guru, dia memang sudah seharusnya mengatakan apa yang terjadi sebenarnya di sekolah mengenai Ezekiel.

Rene tidak perlu kaget, kata Lanie, Ezekiel di paksa mengikuti didikan Kakeknya yang keras karena Ezekiel di anggap, akan menjadi ahli waris yang sebenarnya. Jadi sebagai ahli waris, Ezekiel wajib menjadi pria kejam yang tidak berperasaan. Rene sangat menentang dengan itu semua sekarang, dia akan mengusahakan apa pun, untuk bisa menentang dari didikan keras mereka pada putranya.

"Mohon bimbingannya, Miss. Jika sesuatu terjadi, jangan sungkan laporkan pada saya." Setelah berbincang beberapa hal, Rene pun pamit karena memang harus ke perusahaan suaminya.

Tiba di sana, dia masuk ke dalam lift khusus petinggi dan berpapasan dengan Daeva yang juga ikut masuk lift khusus petinggi. Kening Rene berkerut, "Bukankah lift ini hanya khusus untuk petinggi?" Rene menatap ke arah Daeva yang memutar bola matanya, "Terus?"

"Kau bukan petinggi di perusahaan ini, Mrs. Ludovic."

"Calon, calon petinggi di sini."

Daeva dengan tampang mengesalkan, keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan Lucas. Di belakang, Rene tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Sekarang waktunya untuk aku memastikan, apa aku mencintainya atau tidak. Rene masuk ke ruangan Lucas, dia melihat Daeva yang mendekati Lucas dengan sikap manjanya.

"Lucas, aku baru tahu, ternyata kau begitu gagah saat melindungi aku. Aku kira, aku akan mati setelah selesai acara tapi ternyata, kau melindungiku." Lucas mengabaikan Daeva, tapi semakin di abaikan, Daeva semakin berani bahkan berjalan ke belakang kursinya dan memijat bahunya. "Kau pasti lelah, biar aku pijat ya."

Rene memperhatikan semua yang terjadi, kedua tangan wanita itu terkepal. Nyatanya, Rene memiliki rasa kepemilikan atas Lucas karena Lucas memang suaminya. "Kau cukup hebat memijat, kenapa tidak jadi tukang pijat saja sekalian? Sayang sekali jika keahlian memijatmu tidak tersalurkan dengan baik,"

Gerakan tangan Daeva langsung terhenti, wanita itu menatap ke arah Rene yang menaikkan satu alisnya dengan senyum cantik. Lucas yang kaget, langsung berdiri dari duduknya. "Sayang? Kamu sudah datang,"

"Belum, ini arwahku."

Lucas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia mendekati Rene dan mengecup kening juga bibirnya penuh kelembutan. "Kamu hanya datang untukku, sayang. Bukan bekerja," Lucas kembali mengingatkan Rene jika sekretaris hanya simbolis untuk Rene. "Aku kan sekretaris plus-plus dirimu, Lucas. Aku pasti akan bekerja dengan baik!" Rene mengedipkan sebelah mata ke arah Daeva yang mengepalkan tangan di sana.

"Kau masih ingin di sana? Atau, mau menonton adegan mesraku dengan suamiku untuk part duanya?"

Dengan wajah dongkol, Daeva pun pergi meninggalkan ruangan Lucas juga Rene yang langsung menepis tangan Lucas di pinggangnya. "Kau terlalu mudah di dekati wanita, Lucas. Apa susahnya untukmu menekan mereka dengan kalimat tajammu? Kau sudah punya istri, setidaknya, hargai perasaanku!"

Rene marah, baru kali ini dia bertemu dengan pria tampan tapi memiliki sikap yang tidak tegas sama sekali. Jika dia menolak kehadiran Daeva, harusnya bisa mengusir Daeva, bukan diam seakan memberi kesempatan bagus untuk wanita lain mendekatinya. "Aku kira, kau memang tidak bajingan tapi ternyata, kau sama saja dengan pria bajingan di luar sana."

Rene pergi meninggalkan Lucas yang mengacak rambutnya frustrasi, "Sayang. Semua yang kamu pikirkan tidak benar, aku tidak pernah memberi kesempatan untuk wanita mana pun menyingkirkan posisimu di hatiku."

***

200 koment untuk selanjutnya.

BYEE!!

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now