27 - Giorgio La Elguerro

53.4K 3.6K 35
                                    

"Gio?"

"Kak, katakan pada istrimu. Aku sangat mencintainya sampai detik ini, sampaikan maafku padanya karena pernah meninggalkannya."

Giorgio pikir, Lucas datang seorang diri ke ruang rawatnya untuk menjenguk tapi ketika dia membuka mata yang semula terpejam, tubuhnya mendadak kaku, melihat Rene yang berdiri di samping Lucas. Tak jauh berbeda dengan Giorgio yang terkejut, Rene juga ikut terkejut saat mendengar ucapan Giorgio yang begitu terang-terangan.

"Irene?"

"Gio, kenapa tidak bilang padaku kalau kau sakit?"

"Aku tidak ingin kau memandangku dengan sorot seperti itu, Irene."

Rene bergegas mengubah pandangan sendunya menjadi biasa, dia mendekat ke arah Giorgio, bahkan melepas rangkulan Lucas pada pinggangnya. "Kau sakit apa?"

"Hampir mati,"

"Gio!"

"Aku memang sudah hampir mati, Irene. Makanya aku ingin kau bahagia dengan pria lain dan membenciku,"

"Kenapa harus membencimu?!"

"Karena aku lebih benci melihat tangisanmu atas kepergianku kelak, aku tidak suka kau menangis karena kepergianku, Irene. Lebih baik kau menangis karena membenciku, lukamu akan sembuh lebih cepat saat orang baru datang."

"Kamu salah! Salah, Gio! Dengan kamu yang berbohong untuk menutupi fakta jika kamu sakit, kamu hanya akan membuat luka di hatiku permanen! Aku tidak akan pernah sembuh jika tahu tentang semuanya di saat sudah terlambat,"

Giorgio tersenyum, "Sekarang kau tidak terlambat. Maka lukamu akan segera sembuh atau bahkan sudah sembuh karena Kakakku sudah berhasil membahagiakanmu,"

"Gio, kau harus sembuh!"

"Lalu merebut dirimu dari Lucas?"

"Jaga ucapanmu!" Lucas menatap tajam Adiknya yang mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Makanya, biarkan aku tidak sembuh sama sekali. Bahkan, aku tidak bisa sembuh. Sudahlah, selesaikan drama picisan ini, kalian pulang sana! Aku mau tidur!"

Rene menggeleng saat Lucas membawanya pergi, "Kita pulang, sayang. Dia adalah manusia paling keras kepala di dunia ini, jika dia sudah bilang a, maka tidak akan ada yang berubah. Biarkan dia mati atau menangis setelah kita pergi,"

Apa yang Lucas katakan, tepat sasaran. Saat pintu tertutup, air mata Giorgio menetes. Dia kesakitan selama ini, tapi biarkan dia sendiri yang tersiksa, Rene harus bahagia dengan Lucas. "Maafkan aku, Irene. Aku tidak akan bisa sembuh, aku hanya menunggu kematian tiba. Maafkan aku,"

Ceklek.

Buru-buru Giorgio menghapus air matanya, dia melihat ke arah pintu ruang rawatnya di mana berdiri Laudya. "Ada apa?"

"Besok kita akan berangkat ke Singapura, persiapkan dirimu, Gio."

"Aku tidak mau,"

"Gio! Kau harus sembuh!"

"Aku tidak akan sembuh!"

"Bagaimana bisa sembuh jika kamunya saja tidak memiliki semangat untuk sembuh?"

"Karena tidak ada semangat, kau tidak perlu repot-repot, Laudya."

"Aku mau repot!"

"Kenapa? Kenapa kamu mau aku buat repot, hah?!"

"Karena aku mencintaimu!"

Hening.

Giorgio menatap Laudya yang pergi dengan berlari, pria itu bergeming dengan tatapan kosong. "Kenapa kau harus menciptakan luka untuk dirimu sendiri, Laudya? Mencintaiku adalah luka, aku melarang Irene untuk mencintaiku dan lebih memilih dia membenciku, tapi kau .... Kenapa kau malah menggantikan dirinya dengan mencintaiku?"

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now