33 - Cemburunya Lucas

45.9K 3.1K 112
                                    

Melihat sepasang mata indah istrinya yang sembab, Lucas sangat tidak tega. Dia mengecup kedua kelopak mata Rene, juga mengecup keningnya cukup lama. Setelah memastikan Rene nyaman tertidur di atas ranjang dalam kamar ruang kerjanya, Lucas pun keluar kamar berniat untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda saat istrinya datang dengan menangis histeris.

"Tuan, James mengajukan surat pengunduran diri."

Kening Lucas berkerut, "Kenapa tiba-tiba?"

"Saya kurang tahu, tapi dari berita yang beredar. Ibu dari James baru keluar dari rumah sakit, James ingin fokus mengurus Ibunya."

"Baiklah, acc saja."

Lucas tak ambil pusing dengan surat pengunduran diri James, dia bisa menyuruh asisten Ben untuk mencari sekretaris baru. Tanpa tahu jika James menjadi alasan kenapa Rene menangis histeris seperti tadi, sebenarnya, Lucas masih ada meeting dengan staf yang tadi sempat tertunda tapi meninggalkan Rene setelah wanita itu banyak menangis, mana mungkin Lucas akan tega?

Dia pun menyibukkan diri dengan setumpuk berkas hingga pintu kamar terdengar terbuka, Lucas berbalik badan, melihat Rene dengan mata bengkak yang tampak lucu, berjalan sempoyongan ke arah Lucas. Beruntung Lucas langsung merangkul pinggangnya dan membawa Rene duduk di atas pangkuannya sedangkan Lucas kembali menatap ke arah laptop.

"Tadi aku pergi ke butik, aku buka dress di ruang ganti karena mau coba dress warna merah dan pink. Di sana ada Jenjam, aku pikir, dia tidak akan selera dengan tubuhku. Tapi kamu tahu apa?" Kedua mata Rene kembali berkaca-kaca, juga pandangan Lucas yang berhenti menatap laptop. "Pas di salon, aku mendapat fakta kalau Jenjam itu pria normal! Bahkan dia punya banyak teman kencan, huwa! Jenjam sudah lihat tubuhku, huhuhu!"

Tanpa sadar, kedua tangan Lucas membentuk kepalan kuat. Dia ingat, jika James baru saja mengajukan surat pengunduran diri. Apa mungkin karena kejadian ini? Makanya dia memilih menghindari masalah agar tidak kena amukan Lucas? Lucas benar-benar tidak rela tubuh indah wanitanya di lihat pria lain apalagi pria yang pandai mengelabui seperti James. Sialan!

Dengan pandangan tajam, Lucas menatap Rene. "Apa saja yang sudah dia lihat?"

Rene takut melihat tatapan tajam Lucas, tapi dia tetap menunjuk dada dan bagian bawahnya. Di saat itu juga, amarah Lucas memuncak. Pria itu menendang meja dengan kuat. Dia berdiri dengan Rene di gendongan depannya, "L-lucas?"

Tanpa bersuara, Lucas membawa Rene ke dalam kamar di ruang kerjanya. Pria itu membaringkan Rene ke atas ranjang dengan sangat hati-hati, "Kamu diam di sini. Aku tidak akan membiarkan pria yang telah melihat milikku bisa hidup damai diluar sana,"

"Lucas!"

"Tetap di sini sampai aku kembali, paham, sayang?"

Aura Lucas begitu dominan dan mengerikan, rasanya sulit melakukan hal selain mengangguk. Lucas pun pergi meninggalkan perusahaan, dia membawa anak buahnya yang lain sedangkan asisten Ben yang sangat Lucas percaya, mendapat tugas untuk menjaga Nyonya dari luar kamar dengan kesiagaan penuh.

Dalam mobil yang melaju kencang, Lucas tiada henti mengumpat. Yang ada di kepalanya, James pasti melihat tubuh telanjang istrinya padahal Rene masih memakai bra dan celana dalam, anggap saja tengah memakai bikini di pantai. Tapi pria seperti Lucas, tentu saja tidak akan memaklumi apa pun mengenai miliknya, miliknya yang tidak akan pernah bisa di miliki orang lain.

"Tuan, James melakukan penerbangan ke Singapura."

"Hentikan!"

Lucas memutar kemudi menuju bandara, semua anak buahnya dengan seragam hitam lengkap senjata tajam, memenuhi bandara. Mereka menyergap seorang pria yang tubuhnya mulai bergetar, "Bawa dia ke ruang eksekusi!"

Dengan kasar, James ditarik paksa anak buah Lucas yang menyeretnya ke sebuah ruang eksekusi. Bahkan melempar tubuhnya ke atas lantai yang becek akan cairan berwarna merah yang amis, "Kau .... Matamu sudah terlalu lancang menatap milikku, aku tidak akan membiarkanmu mati dengan memori terkait istriku yang masih kau simpan!"

"Suntikkan!"

Seorang pria dengan gerakan cepat dan sigap, menyuntikkan sebuah cairan ke lengan James. Membuat pria itu menatap linglung pada Lucas yang tersenyum miring, "Kau memang bagusnya mati dalam kondisi amnesia. Kau tidak boleh membawa bayang-bayang tubuh istriku di hari kematianmu sekali pun," tanpa ampun, Lucas mengambil sebilah belati dan menusuk tepat ke retina mata James, dia melakukannya berkali-kali.

Dia juga memakai Kampak untuk memisahkan tangan dan kaki James, Lucas benar-benar tidak memberi ampun bagi pria yang sudah melihat miliknya. Dengan sadis, Lucas mengambil palu yang sangat besar. Pria itu memukul kepala James, mengambil otaknya dan menginjak-injak dengan wajah dingin hingga semua yang ada pada tubuh James, hancur lebur.

"Ini hukuman untuk kalian yang berani melihat hal dalam diri milikku!"

Anak buah Lucas yang menyaksikan, bergidik ngeri melihatnya. Apalagi saat Lucas dengan santai mencuci kedua tangannya di bawah air mengalir wastafel, dia juga membasuh wajah dan membersihkan bercak darah dari lehernya. Tidak lupa dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang dominan warna gelap dengan nuansa remang-remang.

Lucas mengambil setelan jas hitam, dia mengganti pakaiannya sebelum kembali menemui sang istri. Dalam perjalanan menuju kantor kembali, Lucas melihat ada sebuah toko bunga. Pria itu tiba-tiba menjadi pria romantis dengan mendatangi toko bunga, "Persiapkan semua jenis bunga yang menyatakan perasaan cinta!"

Pelayan yang menjaga, tersenyum dengan ramah. "Anda pasti adalah pria yang sangat mencintai kekasihnya, tunggu sebentar ya, Tuan. Akan kami siapkan sesegera mungkin!" Lucas mengangguk, dia duduk di kursi yang di sediakan sambil memandang wajah cantik istrinya yang menjadi wallpaper di ponselnya.

"Ini, Tuan."

"Besar juga," Lucas sedikit terkejut mengetahui jika bunga pesanannya akan sebesar ini. Tapi tak urung dia menyelesaikan pembayaran dan pergi dengan membawa bunga yang akan dia berikan pada Rene.

Sedangkan di dalam ruang kerja Lucas, Rene yang merasa bosan di dalam kamar, memutuskan untuk duduk di meja kerja Lucas. Wanita itu melihat kerjaan yang menumpuk, kerjaan yang belum sempat Lucas selesaikan dan pasti, karena ulah dirinya yang aneh. Karena merasa tak enak hati, Rene pun mengerjakan semua pekerjaan Lucas yang anehnya, otak ini seperti menerima saja semua isi dalam berkas.

Apa mungkin, ini salah satu kelebihan dirinya di dimensi kedua? Bukan pandai membuat alur, tapi pandai mencerna tiap kalimat dalam berkas yang berhubungan dengan bisnis. Buktinya, dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya, Rene berhasil mengerjakan semua pekerjaan Lucas satu persatu dan aksi sang istri yang duduk di meja kerjanya, mengejutkan Lucas.

"Sayang?"

Rene tersenyum manis melihat kedatangan Lucas dengan buket besar bunga, dia membalas kecupan Lucas pada bibirnya juga berucap terima kasih sembari mengambil alih memeluk buket bunga. "Sayang, ternyata kau sangat seksi dengan kaca mata seperti ini,"

Rene pun tertawa, "Lebih seksi dengan kaca mata atau tanpa pakaian?"

"Tentu saja tanpa pakaian!"

Dan keduanya tergelak, berciuman mesra sampai melupakan asisten Ben yang masih duduk bak patung di sofa.

***

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now