07 - Ibu Yang Patah Hati

95K 5.4K 18
                                    

"Tuan muda, maaf saya datang terlambat."

Pemuda kecil itu menatap ke kiri kanan lalu mendengus, "Ternyata aku yang salah mendengar."

Lanie menatap nanar pada Tuan mudanya yang melenggang masuk ke dalam mobil, dia pun menyusul masuk dan mengendarai mobil menuju kediaman Elguerro. "Tuan muda, Nyonya tidak jadi menjemput Anda karena ada sesuatu yang tidak bisa di tinggalkan."

"Itu lebih baik dari pada dia datang menjemputku hanya untuk berbasa-basi,"

Lanie hanya diam, dia mengendarai mobilnya dengan hati-hati menuju kediaman. Di perusahaan, Rene memelotot kan matanya, dia refleks menyentak tangan Lucas yang ada di atas perutnya. Di mana gerakannya, mengejutkan Lucas, "Sayang? Ada apa? Kamu mengejutkanku,"

"Lucas, aku sudah janji akan menjemput anak kita! Sekarang sudah malam! Aku lupa!"

Di kira kenapa, ternyata hanya lupa menjemput Tuan muda Elguerro. Lucas pun menarik Rene ke dekapannya kembali, "Dia akan membencimu jika kau datang menjemputnya ke sekolah."

"Kenapa? Niatku baik, aku hanya ingin menjadi Ibu yang mengantar jemput anaknya sekolah."

"Tapi anak kita berbeda, sayang."

Rene memilih untuk mengalihkan pandangannya, isi kepalanya benar-benar berantakan. Dia memikirkan banyak hal, salah satunya tentang Lucas dan anaknya. Jika Rene mengingat wajah Lanie dan Viona di dimensi pertama, lantas mengapa dirinya merasa asing dengan wajah Lucas? Wajah Lucas sangat tampan, mustahil dia tidak terkenal, entah sebagai aktor atau pengusaha muda.

"Sayang, jangan memikirkan apa pun, anak kita bukan tipe pendendam." Meski aku tidak yakin, batinnya tapi bibirnya tetap tersenyum. "Hari ini adalah waktu khusus untuk kita berdua," Rene hanya mengangguk dan kembali memeluk Lucas. "Tidur ya, sayang."

Rene patuh dengan memejamkan mata, tapi dia tidak benar-benar tertidur. Merasa jika Lucas menjauh dari ranjang, tidak lama terdengar pintu terbuka, Rene pun turut membuka kelopak matanya. Dia mencoba berkomunikasi dengan setan si sumber menjawab. "Set, kenapa wajah Lucas asing di mata gue? Gue bodoh soalnya, jadi jangan suruh gue mikir."

Si sosok yang di ajak bicara mendengus sebal, "Panggil dengan nama yang lebih keren! Bisa tidak?!"

"Tidak! Udah cepat jawab!"

"Ya sudah, tidak mau jawab."

"Aih! Duton! Ayo dong di jawab," Rene tersenyum manis mengingat si setan tidak tahu singkatan dari Duton alias Duta Syaiton.

"Penasaran aja atau penasaran banget?"

Rene bergaya seakan menggulung lengannya, "Mau mati dengan cara apa? Kayang? Merangkak? Tengkurap?"

"Aku sudah mati padahal, tapi baiklah, aku jawab." Si Duton tersenyum misterius, membuat Rene ingin sekali menendang kepalanya. "Jawabannya adalah .... RAHASIA!"

"AIH SHIBAL! DUTON!!!!"

Brak!

"Sayang! Are you okay?!"

Rene meneguk air liurnya, wanita itu mengangguk kaku, dia begitu sebal dengan Duton yang tidak ingin membocorkan apa pun. "Kamu merasa tidak nyaman di sini? Mau pulang sekarang?"

"Ya! Pulang, aku mau pulang sekarang."

***

Waktu sarapan tiba, Rene sudah setia di dapur, melihat bagaimana para chef tengah sibuk mengaplikasikan keahlian mereka. "Lanie, kamar anakku di lantai berapa?" Jujur, ini terdengar memalukan karena dirinya bertanya tentang kamar anaknya sendiri. Kentara sekali jika dirinya adalah sosok Ibu yang gagal untuk anaknya.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now