20 - Terciduk

64.4K 4.6K 268
                                    

Semua orang menganggap Viona sebagai pasien rumah sakit jiwa yang kejiwaannya sudah terganggu sangat parah, wanita itu setiap hari mengamuk bukan karena sakit kejiwaan tapi karena tidak terima di jebloskan ke ruang sakit jiwa. Di tengah rasa putus asanya, Viona tidak melihat sesuatu yang bisa dia gunakan untuk melukai tubuhnya karena semua barang yang tajam, sudah di amankan.

Dia pun memutuskan untuk menggigit jarinya sendiri hingga darah menetes, darah yang keluar, dia gunakan untuk menulis sesuatu di dinding. "Irene Jossi, aku .... Membencimu!" Lalu setelah menuliskan kalimat yang menjadi bayang-bayangnya selama ini, Viona pun menghantam kepalanya sendiri ke dinding berkali-kali, tidak peduli jika dia bisa geger otak atau mati.

"Aku tidak gila!"

Viona terus menghantam kepalanya sendiri ke dinding hingga tidak lama kemudian, dia jatuh dengan mata terhalang oleh darah. "Aku harus mati karena aku tidak gila," Viona menyusul orang-orang yang menyinggung Rene. Menyusul ke neraka.

Sementara itu, Daeva Ludovic tersenyum-senyum melihat kalung yang telah menjadi miliknya. Kalung ini sangat cantik, dia pun memamerkan pada teman-teman sosialitanya. "Cantik sekali kalungnya! Kau sangat beruntung, Daeva. Kau berhasil menjadi pendamping Lucas yang keluar dari acara dengan selamat, kau tahu apa itu artinya?"

"Apa artinya?"

"Kau spesial untuk dia! Makanya, dia menjagamu dan tidak akan membiarkanmu tewas seperti pendamping-pendamping dia yang lainnya."

Daeva tersenyum manis, "Benar! Siapa yang tidak akan terpesona dengan kecantikanku? Aku memang pantas di puja-puja oleh pria penguasa seperti Lucas,"

"Aku akan jadi penyokong di belakangmu, Daeva!"

"Ya, terima kasih!"

Daeva memilin rambutnya, wanita itu tersenyum miring penuh arti. "Aku harus pergi,"

"Mau ke mana?"

"Ini hari pertamaku menjadi sekretarisnya,"

"Haha! Baiklah, semangat mengejar cintanya! Ingatlah, Daeva. Pria seperti dia, suka wanita seksi yang menggairahkan."

Daeva tertawa, dia pun pergi dan dalam perjalanan, Daeva meminum pil kontrasepsi. Dia sudah sangat percaya diri, bisa membawa Lucas ke atas ranjang. Meski Daeva menginginkan Lucas menjadi kekasihnya, bukan berarti Daeva akan membiarkan benih Lucas tumbuh di rahimnya. Dia tidak ingin karirnya sebagai model hancur hanya karena mengandung anak dari pria beristri.

***

"Lucas!!"

"Sayang,"

Lucas langsung berdiri dari duduknya, dia mencium bibir istrinya dengan lembut. "Kenapa tidak bilang mau ke sini, hm? Aku bisa menjemputmu," Rene bergelayut manja di lengan Lucas. "Aku habis dari mall dan memutuskan untuk ke sini saja menemuimu,"

"Kenapa? Kau merindukan aku?"

Rene tersenyum lebar, dia melompat ke gendongan Lucas. "Sekretaris Friska kan sudah mati, kamu pasti membutuhkan sekretaris baru. Bagaimana jika aku saja yang menjadi sekretarismu?"

"Tidak boleh,"

"Kok tidak boleh?!" Rene mencebik kan bibir, wanita itu tetap diam di pangkuan Lucas yang duduk di sofa ruangannya. "Padahal seru kalau aku yang jadi sekretaris kamu tahu! Nanti aku bisa jadi sekretaris plus-plus! Bonusnya, kita halal!" Lucas tertawa, dia dengan gemas mengecup seluruh wajah istrinya.

"Aku tidak ingin kamu kelelahan, sayang. Cukup di rumah, berleha-leha dan menunggu aku pulang kerja. Itu sudah sangat cukup," Lucas dengan lembut menata rambut panjang istrinya dan menyelipkannya ke belakang telinga.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now