24 - Teman Ghibah

53.3K 3.7K 256
                                    

"Jika aku membunuh dia yang terhubung dengan suamiku, apa tidak masalah?"

Duton memijat pelipisnya tanpa Rene ketahui, "Kau ini sebenarnya mau apa, Rene? Kau masih bingung dengan perasaanmu sendiri tapi tiba-tiba ingin membunuh Daeva tanpa tahu dan tanpa mencari tahu lebih dulu, siapa Daeva untukmu di dimensi kedua."

"Yang penting, bukan kekasihku kan? Aku ini suka pria! Bukan sesama wanita!"

"Suka-suka dirimu!"

Rene mengangkat bahunya, wanita itu memutuskan untuk memperhatikan identitas Daeva Ludovic dari informasi yang dia dapatkan. Informasi berasal dari asisten Ben yang tentu saja, Rene curi diam-diam dengan alasan, meminjam laptop asisten Ben untuk bermain game padahal mencari tahu tentang identitas Daeva.

Hingga sepasang matanya memicing, membaca sebuah informasi yang membuat jantungnya seperti pindah ke mata kaki. "What the hell?!" Dia meneguk air liurnya dengan kasar, terus menggulir ke bawah dengan perasaan yang semakin tidak karuan bukan main. "Sial! Apa-apaan semua ini?!"

Brak!

Rene menggebrak meja, dia mengeraskan rahangnya dengan napas memburu. "Kau tidak bisa membunuhnya karena dia tidak akan menjadi penghalang rumah tanggamu,"

"Tapi dia bermain gila dengan Ibuku!"

"Ibumu dan dia itu sebelah dua belas, sama-sama memiliki kelainan yang membuat geleng-geleng kepala."

Rene rasanya, ingin menjedotkan kepala ke dinding saking kesal dan terkejut saat tahu sebuah fakta, jika Daeva Ludovic adalah penyuka sesama jenis. Dia di perintahkan untuk menjadi sekretaris Lucas atas permintaan Ibu dari Rene, selain menjadi sekretaris Lucas, Ibu dari Rene juga meminta Daeva agar menggoda Lucas. Hanya untuk mengetes, apa pria penguasa seperti Lucas, mudah di goda atau tidak.

"Kenapa Ibuku bisa menyukai sesama jenis?" Rene ingin menangis darah saja rasanya! Dia jijik dengan segala jenis penyuka sesama jenis tapi Ibunya malah terbelenggu.

"Trauma masa lalu,"

"Bisa jelaskan? Aku malas mencari tahu, Duton."

"Dulu, Ibumu dan Ayahmu menikah karena mereka saling mencintai tapi ada pihak yang tersakiti yaitu sahabat dari Ibumu yang juga menyukai Ayahmu. Cinta salah pun terjadi di sana, sahabat Ibumu yang berusaha menghancurkan rumah tangga orang tuamu dan akhirnya berhasil setelah dirimu lahir. Kedua orang tuamu memutuskan bercerai saat usiamu baru lima bulan, Ayahmu tidak menikah lagi, dia fokus mendidik dirimu ...."

".... Tapi Ibumu, tidak lama kemudian, dia menikah dengan teman semasa menengah pertamanya. Di pernikahan kedua, Ibumu di khianati habis-habisan oleh suaminya yang berakhir pada trauma dalam diri. Ibumu pernah di masukkan ke rumah sakit jiwa dan bebas setelah tiga tahun kemudian. Entah siapa yang memulai, tapi sejak keluar dari rumah sakit jiwa, Ibumu lebih tertarik pada sesama jenis dari pada pria tampan."

"Astaga! Kenapa harus Ibuku?"

"Karena bukan Ibuku," Lalu Duton menghilang dengan asapnya.

***

Sekarang, setiap kali berpapasan dengan Daeva Ludovic. Rene tidak merasakan perasaan lain selain merinding, rasanya sangat nano-nano saat tahu jika wanita yang sempat dia duga akan menjadi Friska kedua atau Viona kedua, eh malah penyuka sesama jenis dan datang ke sini hanya untuk menjalankan perintah dari kekasihnya, Ibu dari Rene sendiri.

Dia tidak lagi merasa waspada pada Daeva, mungkin ini juga yang menjadi alasan, Rene biasa saja saat Daeva berbincang berdua dengan Lucas. Selain tahu mereka hanya membicarakan tentang pekerjaan, Rene juga tahu sisi gelap Daeva yang membuatnya ngeri sendiri. "Aku jadi takut, dia malah menyukaiku."

Astaga! Itu adalah mimpi terburuk dari yang paling buruk!

"Mama, aku tidak akan membencimu dengan dirimu yang memiliki kelainan dalam mencintai itu! Tapi tolong, bawa pergi kekasihmu dari negeri ini! Aku jijik, Mam!!"

Di seberang sana, Ibu dari Rene tertawa terbahak-bahak. "Baiklah, karena anak Mama sudah berdamai dengan kehidupan Mama sekarang. Maka Mama akan pergi,"

Rene menatap nanar ponselnya yang sudah gelap, "Plot twist yang benar-benar mengejutkan sampai lututku lemas dan bulu kudukku berdiri."

Dan alasan kenapa Lucas mengabaikan apa pun yang Daeva lakukan, karena Lucas tahu tentang wanita itu yang penyuka sesama jenis. Jadi baginya, tidak ada sesuatu yang harus di khawatirkan.

***

Kehilangan sekretaris kembali, membuat asisten Ben mengelus dada sabar. Nyonya ingin, sekretaris Tuannya seorang laki-laki tapi Tuan ingin sekretarisnya seorang wanita. Asisten Ben pada akhirnya, menemui seorang pria yang lebih gemulai dari pria pada umumnya. "Kau bisa kan menjadi sekretaris Bosku?"

"Tentu saja bisa, tampan." Nada suaranya yang kemayu, genit, centil, pokoknya itu semua, berhasil membuat asisten Ben bergidik ngeri. Mimpi apa dirinya harus mencari sekretaris jadi-jadian seperti ini? Di bilang pria, tapi dia lebih mirip wanita dengan gaya nyentriknya. Di bilang cantik, tapi wajahnya malah tampan. Sudahlah, asisten Ben bisa gila jika terus begini.

Dia tanpa di wawancara, langsung di terima kerja sebagai sekretaris baru Lucas. Rene pun mudah akrab dengannya yang memang gampang sekali di ajak ghibah, "Kau tahu, Jennie? Aku sudah menyingkirkan banyak kadal yang mencoba mendekati suamiku! Aku keren kan?"

"Wah! Hebat! Anda sangat keren, Nyonya. Besok-besok, jika ada kadal baru, ajak saya untuk ikut menendang bokongnya!"

Rene tersenyum puas, baru kali ini dia merasa cocok dengan sekretaris suaminya. Lucas? Pria itu hanya bisa memijat pelipisnya, karena obrolan istri dan sekretarisnya, membuat Lucas ingin menghilang saja. "Jika ingin bercinta, kau masuk lewat mana, Jennie?"

Tadi tentang kadal, sekarang tentang masuk lewat mana. Lucas benar-benar vertigo, apalagi saat Jennie yang memiliki nama asli James Galen menjawab dengan wajah serius khasnya. "Lewat lubang anus, Nyonya. Tapi tenang saja, aku akan on the way ganti kelamin!"

"Eits! Jangan! Kau lebih kece seperti ini,"

"Serius, Nyonya?"

"Oh tentu saja!"

Tapi lebih baik begini, Lucas jadi tidak cemburu sama sekali. Lagian untuk apa cemburu melihat kedekatan istrinya dengan pria jadi-jadian? Yang bahkan ingin mengubah kelaminnya, "Sayang. Sudah waktunya makan siang," Lucas menutup laptopnya, dia berdiri lalu menghampiri Rene yang tersenyum manis ke arahnya.

"Baiklah! Jennie, aku makan siang dulu ya. Bye, Jennie!"

"Oke, bye, darling!"

Mendengar kata terakhir yang di sebutkan, mata Lucas memicing tajam ke arah Jenjam alis Jennie James yang tersenyum lebar tanpa merasa bersalah.

"Sayang, jangan terlalu dekat dengannya. Aku merasa geli,"

Rene tertawa, "Kenapa? Jennie itu seru! Dia satu-satunya sekretaris kamu yang bisa damai denganku!"

Benar sih, Jenjam adalah satu-satunya sekretaris Lucas yang bisa berdamai dengan Rene. Selain tidak akan di sukai balik oleh Lucas, karena Jenjam juga asik dan enak sekali untuk di ajak ghibah. Hitung-hitung, Jenjam menjadi teman Rene di kantor suaminya, teman ghibah.

***

200 komentar untuk selanjutnya.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now