49 - Menginginkan Kematiannya

Start from the beginning
                                    

"Baik, Tuan."

"Bunuh saja semua murid yang ada di sekolah terkutuk itu, aku tidak peduli!"

"Baik, Tuan."

***

"TUAN!"

Lucas tengah fokus pada laptopnya, terpaksa mendongak, melihat asisten Ben yang tergesa-gesa mendekati dirinya. "Apa apa?"

"Penyerangan terjadi di sekolah Tuan muda, mereka menginginkan kematian untuk Tuan muda."

"Sial! Para bedebah itu!" Lucas berdiri dari duduknya, "Siapkan pasukan! Dan kau, jaga istriku di kediaman!"

"Baik, Tuan."

Lucas menyabet jasnya yang tersampir, dia berlari dengan menggenggam erat kunci mobil. Siapa pun yang berani menyinggung putranya, mereka tidak akan pernah bisa berakhir dengan damai. Di sela tangannya mengendalikan kemudi, Lucas menghubungi jam tangan putranya yang beruntung di seberang sana, Ezekiel dalam pengamanan pihak sekolah, segera mengangkatnya.

"Nak! Ezekiel, tetap di tempat aman dengan para guru. Jangan berpisah, mengerti?"

Di seberang sana, Ezekiel merasa aneh mendengar ucapan Papanya. "Papa meragukan aku? Aku saja bisa menemukan ruangan saat senjata Klan Mors di curi, yang seperti ini akan mudah untukku."

Ezekiel tentu saja menurunkan nada suaranya saat membicarakan tentang apa yang sudah dia lakukan bersama Lucas dan Kath. Tapi Lucas yang mendengar ketenangan putranya, menghela napas berat. "Ini situasinya berbeda, Nak. Tetap di tempat aman, jangan coba-coba keluar. Dengarkan ucapan Papa, oke?"

Dan Ezekiel menyadari betapa Papa sangat mengkhawatirkan dirinya. Dia pun tidak ada pilihan lain selain mengangguk, "Oke, Papa. Aku akan melakukannya,"

"Anak tampannya Papa memang terbaik, tunggu Papa di tempat aman ya! Papa akan menjemputmu setelah semua selesai,"

"Okei, Papa. Aku juga tidak akan mengatakan apa pun pada Mama, aku tidak ingin Mama khawatir."

"Cerdas! Baiklah, Papa tutup ya, Nak."

"Hati-hati, Pah."

"Ya, Nak."

Tut.

Lucas memasukan ponselnya ke dalam saku celana, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh menuju sekolah putranya yang beruntung tidak begitu jauh dari keberadaan gedung perusahaannya. Tiba di sana, semua anggota Klan Mors sudah bersiaga mengamankan. Maka ketika Lucas turun dari mobilnya, pimpinan musuh langsung berteriak menyerang.

Pertumpahan darah di depan sekolah Ezekiel pun tidak terelakkan, Lucas benar-benar memastikan jika anak-anak yang telah di amankan, tidak melihat semua ini atau mereka akan dalam belenggu traumatis. Sedangkan di dalam ruangan yang aman, Jay mendekati Ezekiel yang tengah bersandar di dinding dengan kedua tangan di dalam saku celananya.

"Ezekiel,"

"Hm,"

"Ezekiel,"

"Apa sih?"

Jay menyengir tanpa dosa, Ezekiel memang selalu menyebalkan tapi anehnya, Jay betah berteman dengan Ezekiel. "Aku kebelet, bisa antar aku ke kamar mandi?"

"Tidak, kita tidak bisa keluar dari tempat ini."

"Ezekiel please, aku sudah tidak tahan."

"Minta antar guru,"

"Sudah! Mereka malah menyuruhku untuk menahan, ayolah, Iel. Jika kau yang menemaniku, mereka semua akan mengizinkan. Atau .... Kita bisa menyelinap keluar untuk ke kamar mandi sebentar,"

Ezekiel menggeleng, dia sudah membuat janji untuk tetap di tempat aman dengan Papanya, maka Ezekiel tidak bisa melupakan apa yang sudah dia janjikan. "Di luar tidak aman untuk kita, kau tahan sebentar saja, setelah itu, baru kita keluar untuk ke kamar mandi."

"Tidak bisa, Iel. Ini sudah di ujung! Please,"

"Tidak, ajak yang lain."

"Ezekiel, aku mohon ...."

Ezekiel mengumpat pelan, dia muak mendengar rengekan Jay. Dia pun mendekati seorang guru yang jelas bukan guru biasa pada umumnya, dia berbisik. "Aku akan keluar sebentar,"

"Tuan muda, Tuan tidak mengizinkan Anda untuk keluar dari tempat ini. Di luar berbahaya,"

"Apa kau lupa? Aku pernah terjun langsung dalam penyerangan, ini bukan seberapa."

"Tapi, Tuan muda─"

"Sudahlah, aku akan baik-baik saja. Bantu aku dan temanku keluar dari sini,"

"Tuan muda, lebih baik saya mati dari pada membiarkan Anda keluar dari tempat ini."

Lihatlah, sangat sulit untuk keluar dari tempat yang di amankan oleh anak buah Papanya. Dia pun menatap Jay yang ada di belakang, dia berjalan mendekat, "Kita tidak bisa keluar. Kita─"

"Jay ....?"

"Keluar denganku sekarang atau mereka semua mengalami traumatis,"

Ezekiel .... Menatap pisau lipat yang semakin di tekan pada pinggangnya, tatapannya beralih pada Jay yang tersenyum miring.

"Aku sudah menduganya, kau tidak sesederhana itu, Jayson .... Walter,"

Senyum miring Jay semakin lebar mendengarnya, "Tentu. Aku lebih spesial dari bayanganmu," bisiknya dengan tangan terus menekan pisau lipat yang dia tekan di bagian pinggang Ezekiel.

***

Spam koment yuk! Kalian udah mulai jarang spam koment loh sekarang, huhuhu, aku sedih.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now