41. Sihir

17.4K 3.3K 156
                                    

Setelah kejadian itu--saat dia bertemu Naga dan Rubah serta tercebur ke dalam danau--untuk sementara waktu dia tidak mengunjungi danau. Sekaligus menghindari Kasilva yang belakangan ini rajin datang ke danau untuk bermain, entah dengan Pangeran Hilberth, Pangeran Phil, Pangeran Jalvier atau Pangeran Brandon.

Anstia hanya berada di dalam kamar, namun dia akan mengunci pintu kamarnya dan beralasan tidak ingin diganggu, bahkan tidak perlu membawakan makan siang. Semua karena dia ingin bermain ke kota, tentu saja. Dia semakin dekat dengan Ariel dan Elle. Tapi dia masih merahasiakan siapa dirinya dari kedua orang itu. Biarkan dirinya yang berada di Ibu Kota tidak dikenal siapapun.

Merubah penampilannya, Anstia bejalan masuk ke dalam portal yang ia buat. Dia selalu membuat portal di lemari pakaian besar miliknya, alasannya karena di sana paling aman, paling-paling orang akan berpikir jika dia sedang mencoba gaun atau perhiasan yang ada di dalam sana. Dia punya satu peti penuh perhiasan yang semua hanya ia simpan tanpa pernah menyentuhnya. Lagipula itu bukan hal aneh bagi seorang Putri Raja bukan?

Anstia menyebrang untuk sampai di toko sihir milik Elle yang selalu jadi tempatnya untuk datang jika dia ke Ibu Kota.

"Selamat Pagi!" Anstia menyapa, tersenyum pada Elle yang tampak sedang meracik sesuatu.

"Selamat Pagi." Elle tersenyum. "Ariel sedang pergi membeli roti."

Seakan tau apa yang Anstia cari, Elle memberitahu. Dia kemari memang untuk bermain dengan Ariel, dia jarang memiliki teman perempuan apalagi yang bermain dengannya tanpa embel-embel Putri yang akhir-akhir ini agak tidak Anstia sukai karena para Menteri dan Petinggi Istana banyak yang menyindir secara tidak langsung ketidak mampuannya dalam menggunakan sihir.

Mereka tidak tau saja.

"Aku kira kau akan datang agak siang." Ariel memakan sebuah roti di tangannya, serta tangan satunya lagi membawa kertas pembungkus berisi roti. "Tapi itu bagus, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat!" Ariel meletakkan roti yang ia bawa di atas meja.

"Kemana?"

"Sarapan dulu." Elle menghentikan pekerjaannya. "Kau juga Ana."

Anstia mengangguk, dia duduk di samping Ariel dan memakan roti yang rasanya tidak kalah dengan hasil panggangan koki Istana.

Ariel mengajaknya ke Perpustakaan Kota yang sangat besar, beberapa kali Ariel memang meminta diajari untuk membaca. Kata Ariel bahasa di dunia atas dan bawah--air--sama hanya saja cara penulisannya berbeda dan Ariel masih dalam tahap pembelajaran, walau awalnya Ariel tidak berniat untuk belajar bahasa orang daratan tapi beberapa kali dia kebingungan saat Elle meminta bantuannya membeli beberapa bahan untuk membuat ramuan.

"Elle bilang disini tidak boleh berbicara." Ariel berbisik di telinga Anstia yang baru selesai menuliskan nama sebagai pengunjung di buku Perpustakaan.

"Bukan tidak boleh, tapi jangan berbicara terlalu keras itu akan mengganggu orang lain yang sedang konsentrasi membaca." Anstia berjalan ke salah satu rak. "Aku rasa kau harus belajar dari buku ini jika kau mau lancar membaca."

Ariel menerima buku yang Anstia berikan. "Aku akan duduk disana, pergilah cari buku yang menarik untuk dibaca."

Anstia mengangguk dengan begitu Ariel pergi ke salah satu meja untuk membaca buku yang di berikan Anstia.

Katanya, selain Perpustakaan Istana--yang tidak boleh dimasuki sembarang orang--Perpustakaan Kota adalah Perpustakaan paling besar dan lengkap.

Dia hanya sekadar penasaran. Tapi apa disini ada buku tentang sihir hitam, atau penyihir hitam, dia penasaran. Anstia tau mereka sangat berbahaya, tapi apa yang membuat mereka jadi sangat jahat?

TAWS (1) - AnstiaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant