5. Semakin Dekat

50.6K 6.3K 229
                                    

Setelah memakan banyak makanan manis, sang Rajalah yang langsung mengantarnya kembali ke mansion Ruby. Membuat para pengasuh kaget dengan kedatangan sang Raja yang mendadak.

Sejak hari itu pula, dia sering dipanggil ke istana.

"Kucing." Anstia menarik telinga kucing abu-abu yang ternyata milik Pangeran kelima, Brandon. Sebelum si kucing mencakarnya Anstia menarik tangannya. Lalu tertawa karena si kucing terlihat jengkel sejak Anstia ganggu.

Menatap kedepan, tepatnya halaman istana yang menjadi tempat latihan para Pangeran dan Raja. Namun sang Raja kali ini tidak ikut, malah duduk disamping Anstia yang bermain kucing milik Pangeran kelima.

Ngomong-ngomong, Anstia sudah tidak ada keinginan untuk mencuri berlian milik si kucing abu. Sang Raja sering memberikan benda berkilau padanya, jadi dia tidak perlu mencuri. Oh, rencananya tetap berjalan. Dia akan tetap menyogok sang Raja meskipun semua barang yang dia gunakan untuk menyogok Raja adalah seratus persen milik sang Raja.

Untuk sekarang dia paling dekat dengan si pangeran bungsu, mungkin karena umur mereka tidak terpaut terlalu jauh.

"Ayah." Sang Raja yang tadinya menatap latihan para Pangeran menoleh, menatap gadis kecil yang menatapnya dengan mata yang mirip dengan miliknya. "Aku lapar."

Sang Raja menggerakkan tangannya, memanggil beberapa pelayan untuk menyiapkan makanan bagi sang Putri.

"Anastia." Anstia menoleh menatap sang Raja yang mengulurkan tangan. Sang Raja sering memanggilnya seperti itu. Dengan nama Anastia, bukan Anstia. Dia oke-oke saja, asal dia diberikan benda berkilau dan makanan tentunya.

Meraih tangan sang Raja--karena takut akan di bunuh jika tidak patuh--Anstia mengikuti langkah sang Raja menuju kandang.

Seorang pengawal mengeluarkan seekor kuda dengan bulu berwarna hitam pekat.

Sang Raja naik keatas pelana, sedangkan sang Putri dibantu oleh pengawal setia Raja untuk naik dan duduk di depan Raja.

Tubuh Anstia menegang, dia tidak pernah menaiki kuda dan tidak pernah berpikir akan naik kuda. Lagipula dia seorang Putri. Bukannya seorang Putri tidak boleh melakukan pekerjaan laki-laki? Contohnya sekarang. Tapi, tampaknya Si Raja yang satu ini ingin Anstia bisa naik kuda.

Sang Raja menghentikan kudanya saat sampai di sebuah danau. Danau yang berkilau memancarkan cahaya.

"Berkilau." Anstia menatap dengan takjub, masih tetap diposisinya.

"Kita kembali." Anstia menatap sang Raja, hanya bisa mengangguk. Mungkin dia akan diam-diam datang kemari nanti.

Saat Sang Raja dan Putri bungsunya kembali, latihan para Pangeran telah selesai. Si Pangeran bungsu menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan Sang Raja dan Putri Anstia.

"Yang Mulia." Seorang pelayan dengan kepala tertunduk mengarahkan sang Raja menuju tempat para Pangeran yang memiliki umur lebih tua dan tentunya lebih dewasa berada.

Sebuah paviliun dengan meja panjang yang menjadi tempat mereka berkumpul untuk membicarakan beberapa hal.

"Dia memiliki mata yang persis dengan milik Ayah." Putra ketiga, Pangeran Sylvester menatap sang Ayah yang bersandar pada sandaran kursi dengan mata terpejam.

Mata sang Raja terbuka, menatap satu-persatu Pangeran yang ada di hadapannya. "Ya."

"Ayah, akan membunuhya?" Putra kedua bertanya dengan tenang. Sangat mengetahui sifat sang Ayah.

Tatapan tajam sang Pangeran Mahkota mengarah pada adiknya. "Mulutmu terlalu ringan Pangeran Phil."

Pangeran Phil tersenyum. "Bukankah Ayah sudah membantai semua Putri, apa susahnya memusnahkan satu kutu kecil."

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now