72. Kemenangan

9.6K 1.5K 28
                                    

Seluruh Kerajaan menyambut kemenangan yang telah terjadi. Lagu, tarian dan acara yang meriah diadakan sepanjang jalan. Bahkan sejak jauh suara-suara itu dapat terdengar.

"Mereka semua menyambutmu." Sylvester yang berada di atas kuda, tidak jauh dari kuda yang Anstia tumpangi bersuara. "Kau menciptakan sebuah sejarah. Seorang Putri yang turun ke medan perang untuk pertama kalinya."

"Eh, benar juga. Aku tidak menyadarinya." Anstia tertawa. "Aku hanya memikirkan hal lain sampai tidak sadar akan hal itu."

Jalvier memerikan setangkai mawar pada Anstia. "Selamat datang kembali, Tuan Putri."

Anstia tersenyum geli. "Aku bahkan tidak menyangka akan ada di sini."

Astevia menoleh ke belakang, menatap ketiga anaknya yang saling membalas candaan.

"Perang ini selesai." Astevia mengangguk pelan, dia menatap Phil yang menatap pada kerumuman rakyat mereka yang bersorak riang. "Ini kali pertama aku ikut dalam perang, rasanya campur aduk ternyata."

Astevia mengangguk. "Begitulah, semua orang yang ada disini berbahagia, tapi dibelakang ini ada orang yang menangis karena saudara, suami atau bahkan anak mereka yang harus gugur."

Phil menatap jalanan yang menyambut mereka, ada berbagai bunga yang dilemparkan ke arah jalan, membuat jalanan itu penuh dengan warna dari bunga-bunga.

"Ayah!"

Suara itu membuat semua orang menoleh. Putra Mahkota mereka tiba, dengan kudanya sendiri. Sepertinya Hilberth langsung pergi begitu mendengar bahwa mereka menang dan sudah berada di kota.

Hilberth sudah menunggu di tempat persembunyiannya dengan cemas selama ini, saat mendengar berita melegakan ini dia tidak bisa tidak pergi dan melihat semua.

Berlari setelah turun dari kuda yang ia tumpangi, Hilberth menatap semua. Saudara dan Ayahnya.

"Aku hampir mati membayangkam hal buruk yang akan terjadi." Hilberth mengusap wajahnya kasar.

"Kaisar tidak menunjukkan kelemahannya di depan orang-orang." Phil bersuara membuat Hilberth mengangkat kepalanya.

"Kakak!"

Anstia berlari, memeluk Hilberth yang membalas pelukannya tidak kalah erat. "Aku lega, rasanya umurku bertambah beberapa tahun."

Anstia terkekeh.

Mereka tiba di Istana masih dengan iring-iringan. Mereka disambut oleh Brandon yang berdiri di gerbang Istana dengan senyuman, telah menunggu kedatangan mereka yang ia tunggu.

Keadaan Brandon jauh lebih baik, bahkan sudah bisa berdiri dengan baik. Namun masih belum sebaik itu, Brandon masih perlu beberapa perawatan.

Anstia menatap keluar jendela, rasanya semua itu baru saja kemarin. Kasilva datang dan mengacaukan semua, perang lalu dia bertemu dengan Yasa.

Menghela nafas, Anstia menatap kedua tangannya. "Tangan yang menulis cerita dan mengakhiri cerita. Sayangnya tidak dapat membuat seseorang tetap tinggal." Anstia mengepalkan kedua tangannya.

Suara ketukan membuat Anstia menoleh, itu Hil dan Kasilva. Keduanya tampak lebih hidup setelah pergi dari Kastil itu.

"Istana menyenangkan." Hil tersenyum. "Maaf sekali lagi telah berbohong selama ini." Hil menundukkan kepalanya.

"Itu pilihanmu, tidak masalah." Hil hanya berpura-pura gila dan merencanakan banyak hal. Seperti yang dikatakan Jalvier, Hil adalah satu-satunya dan keturunan terakhir dari sebuah suku yang sejak dulu di kenal memiliki darah anti sihir, namun mereka menghilang sejak puluhan tahun yang lalu. Tidak banyak yang ingat dengan suku itu, bahkan tidak ada buku tentang itu. Karena mereka telah dinyatakan punah.

TAWS (1) - AnstiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang