52. Kejujuran

14K 2.8K 73
                                    

Tampak semangat, Anstia menatap Ella yang kaget saat melihat tanaman yang Anstia bawa.

Itu tanaman langka, dan sebenarnya hanya di butuhkan sedikit tapi yang Anstia bawa bisa membuat lebih dari dua puluh ramuan yang sama.

Ramuan itu ternyata mirip seperti susu, berwarna putih yang Ella masukan ke dalam sebuah botol kecil.

"Aku sudah ahli sekarang."

Ariel tampak menyombongkan ramuan yang dia buat, ramuan yang berhasil dia buat lagi dengan takaran tepat.

"Sekarang kau tidak perlu takut kalau aku tidak ada." Ella merapikan barang-barang yang digunakan dalam memuat ramuan.

Anstia ikut membantu, dia merapikan sisa-sisa tanaman yang tidak lagi digunakan sedangkan Ella merapikan tanaman lain.

"Aku akan pergi untuk beberapa bulan tampaknya." Ella memasukkan beberapa tanaman kering ke dalam toples.

"Kemana?" Anstia duduk di samping Ariel yang memakan camilan. "Ariel juga?"

Ariel menggeleng. "Sebenarnya aku mau kembali ke laut, Ayahku meminta aku untuk kembali. Walau hubungan kami tidak terlalu baik sih, tapi aku rasa aku akan kembali karena dia yang meminta."

Ada baiknya juga, jika kedua temannya ini pergi artinya keduanya mungkin tidak akan terkena dampak perang. Dia bisa sedikit lega, dia bahkan sempat berpikir mau menyembunyikan kedua temannya ini di gua. Tapi jika keduanya memang akan pergi itu tidak jadi masalah.

"Aku juga kembali ke kampung halamanku untuk sementara waktu. Semoga kau tidak kesepian nantinya." Ella tersenyum.

"Mungkin aku akan kesepian, tapi aku akan menunggu kalian."

Ariel meraih satu potong kue sebelum berbicara. "Sebenarnya Ayahku meminta aku kembali karena ada rumor yang beredar jika penyihir hitam sudah ada di kota. Di sekitar kita, daratan lebih berbahaya dari yang aku duga jadi untuk sementara waktu aku kembali."

Ternyata sudah banyak rumor tentang penyihir hitam yang mulai muncul di kota, tampaknya sedikit membuat keresahan di hati para rakyat. Secepatnya mungkin para rakyat akan di pindahkan ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu. Meskipun mereka tidak berperang di kota, tapi dengan rumor dan hal yang mungkin bisa terjadi, bisa saja terjadi ancaman.

"Kalau aku memang ada sedikit urusan, rumor itu sudah lama beredar meskipun akhir-akhir ini semakin panas. Bahkan akan ada perang melawan penyihir hitam. Tapi belum ada informasi resmi." Ella duduk diantara Anstia dan Ariel. "Kita hanya bisa berharap semua akan baik-baik saja."

Ariel mengangguk. "Tenang saja. Para Pangeran dan Raja kita sangat bisa diandalkan. Aku yakin pasti akan menang."

Anstia terkekeh. "Mereka akan menang, aku yakin."

***

Kasilva tampak berjalan di sekitar danau sejak pagi, Pangeran Phil beberapa kali Anstia temui. Pangeran itu tampak tidak tenang.

"Kenapa kau terlihat seperti orang aneh?"

Pangeran Phil sedang duduk di kursi taman, Pangeran itu melirik Anstia yang menggendong rubah di pelukannya.

"Bukannya tidak sopan memanggil orang seperti itu?"

Anstia mengangkat bahu. "Kalau denganmu aku rasa itu tidak perlu." Anstia duduk di samping Pangeran kedua. "Perang akan dimulai, kan?"

"Kau pasti takut, kan?"

Anstia mengangguk membuat Pangeran Phil terdiam, tidak biasanya gadis ini akan diam, biasanya akan ada ratusan balasan saat Phil mulai berbicara pada Putri kecil itu.

TAWS (1) - AnstiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang