39. Manis

18K 3.3K 128
                                    

Anstia mengajak Pangeran Haindre berkeliling Istana, serta ke beberapa tempat, seperti perpustakaan atau dapur. Atau taman belakang Istana.

"Tempat yang sangat indah."

Pangeran Haindre menatap danau yang berkilau saat terkena cahaya matahari.

"Ini tempat kesukaanku." Anstia menatap danau luas itu. "Aku sering kemari untuk memenangkan pikiran."

Anstia duduk di rerumputan, begitu juga Pangeran Haindre yang ikut duduk di samping Putri Anstia.

Tidak ada pengawal ataupun orang-orang Istana yang mengikuti mereka. Haindre seorang Pangeran yang memiliki kemampuan pedang yang sangat baik, sedangkan Anstia bukan Putri kebanyakan yang hanya tau bersolek dan tersenyum bagai boneka, dia bisa menggunakan pedang dan panah dengan baik. Orang jahat pun akan berpikir dua kali untuk mendekat pada mereka.

"Pangeran,"

Pangeran Haindre menoleh. "Ada apa?"

"Apa Pangeran juga membuat perjanjian dengan roh atau sebagainya? Aku pernah membaca buku dan sempat dijelaskan jika para Anggota Kerajaan biasanya membuat perjanjian tersebut. Aku hanya ingin tau."

Pangeran Haindre tersenyum, mengangguk pelan. "Kau mau lihat?"

Mata Anstia berbinar, Putri itu mengangguk. "Mau!"

Pangeran Haindre tersenyum, lalu bersiul pelan. Sesuatu muncul dari langit, sebuah bola? Namun bercahaya. Anstia mengerjap saat bola yang ia lihat itu hilang dari pandangannya.

"Namanya Sin."

Anstia menatap bola bercahaya, bukan. Itu bagai sebuah bola bulu berwarna putih dengan ekor dan tanduk berwarna hitam, tampak mengemaskan.

"Wow, dia apa?"

Anstia mendekat, tapi benda kecil itu malah bercahaya lebih terang dengan tatapan tajam.

"Ah, maaf dia memang tidak begitu menyukai orang asing." Pangeran Haindre mengusap bulu putih roh sihir yang membuat kontrak dengannya itu. "Dia adalah roh petir, dia cepat tapi agak tidak bersahabat."

"Aku kira karena namanya roh, dia hanya sekedar berbentuk angin atau air tanpa ada wujud." Anstia masih menatap kagum, ini kali pertama dia melihat seperti ini. Karena Ayah atau Kakak-kakaknya tidak ada yang pernah menunjukkan padanya seperti apa roh atau makhluk yang mereka buat kontrak.

Pangeran Haindre tertawa. "Tidak, mereka memiliki wujud namun tidak bisa berbicara, kalaupun bisa dia hanya bisa berbicara dengan orang yang membuat kontrak dengannya."

"Dia bisa bicara?"

Pangeran Haindre menggeleng. "Tapi, aku bisa mendengarkan suaranya karena aku membuat kontrak dengannya."

"Dia pasti mengatakan sesuatu yang aneh tengangku."

Pangeran Haindre menggeleng. "Tidak, dia bilang kau cantik."

Anstia mengembungkan pipi. "Mana mungkin dia bilang seperti itu tapi saat mau aku pegang dia tidak mau."

"Baiklah, dia bilang kau kuat."

"Kuat? Aku bahkan tidak memiliki sihir."

Pangeran Haindre mengerutkan kening. "Benarkah? Tapi Sin bilang kau istimewa."

Anstia menatap roh yang ikut menatapnya itu, sepertinya dia harus jauh-jauh dari roh dan sebagainya. Dia bisa menyembunyikan sihirnya saat bersama Kakak-kakaknya dan Sang Ayah, tapi di depan para roh tampaknya ia tidak bisa melakukan itu.

"Tapi aku memang tidak bisa." Anstia menggeleng.

"Aromanya berbeda."

Haindre menatap Sin yang masih menatap kearah Anstia. "Apa buruk?" Haindre menggunakan telepati yang hanya bisa diketahui oleh Sin dan dirinya.

TAWS (1) - AnstiaМесто, где живут истории. Откройте их для себя