36. Sihir

19.4K 3.4K 135
                                    

Sebuah kereta dorong, dengan ekor yang ditutupi dengan kain yang semua Anstia buat dari sihir. Dia bahkan tidak tau jika sihir bisa membuat sesuatu sampai seperti ini. Luar biasa, dia beruntung karena kekuatan sihir bangsawan sangat kuat.

"Apa itu?"

Mermaid berambut merah itu mengangguk saat melihat sebuah toko sihir yang berada tepat di pinggir jalan yang belakangnya langsung berhubungan dengan pantai, tepatnya laut bebas di bawah toko tersebut.

Anstia menggendong Mermaid itu di punggungnya sebelum berjalan masuk ke dalam toko sihir tersebut.

"Ah, Ariel, kau pasti tidak meminum ramuanmu, kan?"

Anstia kira pemilik dari toko sihir ini adalah seorang wanita tua, atau seseorang yang menyeramkan. Walau dia mengenal seorang penyihir yang tidak seperti itu.

"Aku lupa." Ariel tertawa. "Tolong ya."

Anstia mundur saat penyihir dengan rambut berwarna putih, tapi tampaknya itu bukanlah uban karena termakan usia, lagipula penyihir itu tampak hanya berbeda beberapa tahun dari Anstia.

Ramuan dengan warna bening diminum oleh Ariel, perlahan ekor berwarna biru itu menghilang. Anstia menatap dengan takjub, luar biasa. Biasanya ini semua hanya ia lihat di kartun favoritnya. Ah, bahkan nama Mermaid ini sama dengan salah satu karakter Princess kesukaan Anstia, rambutnya juga sama.

"Dia temanmu?"

Ariel mengalihkan pandangannya pada Anstia yang masih takjub dengan apa yang terjadi. "Tidak, tapi dia yang membantuku hingga kemari."

Ella tersenyum. "Terimakasih karena sudah menolong Ariel, dia sering sekali lupa meminum ramuannya,  saat efek ramuan sebelumnya habis, jika terkena air dia akan kembali menjadi Mermaid." Elle berjalan ke balik meja yang penuh dengan berbagai benda serta botol berisi ramuan berbagai warna. "Ah, aku Elle."

"Aku An--" Anstia menahan kata di ujung bibirnya. "Ana, namaku Ana." Anstia tersenyum.

"Aku Ariel." Mermaid itu berdiri, beruntungnya kaos yang digunakan oleh Ariel jatuh sampai di lutut Mermaid itu. "Terimakasih karena mau membantuku."

"Sama-sama, awalnya aku hanya takjub karena tidak pernah melihat Mermaid sebelumnya." Ini adalah pengalaman baru bagi Anstia, dia tidak tau jika dunia di luar Istana seperti ini. Bahkan makhluk yang tidak pernah ia bayangkan bisa ada di tempat ini, walau sihir juga merupakan hal luar biasa yang pernah ia lihat.

"Kau mau ke rumahku untuk makan malam? Sebagai ucapan terimakasih, karena kau telah menolongku." Ariel meraih pakaian yang Elle bawa. "Terimakasih." Elle hanya tersenyum.

"Aku mau, tapi aku tidak bisa." Anstia baru sadar, dia baru sadar jika ini sudah sore. Bahkan dia mulai melihat cahaya oranye dari jendela toko yang langsung membelakangi lautan lepas itu. "Aku harus pulang, aku pergi dulu."

Anstia berjalan keluar dari toko tersebut, saat berada di luar toko dia langsung berlari menuju lorong gelap ataupun sepi yang ada.

Membuka portal, Anstia masuk ke dalam portal yang ia buat langsung sampai di kamar mandi yang berada di kamarnya.

Anstia menghela nafas, ia menghapus semua sihir yang ia gunakan. Membuat rambut, mata dan pakaian yang ia kenakan kembali seperti semula.

"Yang Mulia."

Anstia yang baru selesai mengembalikan warna matanya menoleh ke arah pintu.

"Kenapa?"

"Ah, saya kira Yang Mulia tidak ada di dalam. Saya sudah memanggil sejak tadi, tapi tidak ada jawaban dari Yang Mulia."

TAWS (1) - AnstiaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora