26. Kemah Putri

24.4K 3.8K 145
                                    

Bagi sebagian besar Putri--kebanyakan--membawa beberapa tas besar pakaian serta perhiasan adalah hal wajar, tapi bagi Anstia adalah hal yang merepotkan. Dia sudah dilatih menjadi tomboi, jadi jangan salahkan dia agak tidak menyukai ide membawa tiga koper, empat tepatnya.

"Ini berlebihan." Anstia menggeleng saat para pelayan selesai memasukkan pakaian ke dalam tas--koper.

"Yang Mulia, ini semua adalah barang penting. Anda harus membawa semua." Salah satu pelayan senior menjawab, membuat Anstia mendengkus kesal. "Para Pangeran juga membawa hal yang sama dulu."

"Apa sebanyak ini?" Anstia menatap pelayan itu. Anggukan sang pelayan membuat Anstia menghela nafas. "Ini berlebihan!"

"Bahkan sebenarnya masih kurang." Anstia melotot. "Tapi, saya rasa ini cukup." Pelayan itu mengangguk saat wajah Anstia terlihat tidak terima.

Anstia duduk di sofa, membiarkan para pelayan melakukan pekerjaan mereka, membereskan kekacauan yang ada.

Suara ketukan pintu membuat Anstia menoleh, dia mengangguk saat wajah pengawal setia sang Ayah yang muncul.

"Yang Mulia Raja Ambertia, memanggil Anda Putri." Pengawal itu menunduk.

Anstia bangkit dan berjalan menuju ruang kerja Raja. Mengetuk pintu, Anstia membuka pintu ruangan Raja, mendapati Pangeran kedua dan kelima ada di dalam ruangan.

Putri dengan rambut emas bercampur perak itu menatap sang Ayah, mengabaikan tatapan sinis Pangeran kedua.

"Ada apa, Ayah?"

Astevia meraih sesuatu dari laci, sebuah kotak kecil. Dia meletakkan kotak itu di atas meja, matanya menatap Anstia. "Ini kalung yang akan melindungimu."

"Aku bisa melindungi diriku, Ayah."

Raja Astevia menatap Anstia yang berjalan mendekat, meraih kotak beludru itu.

"Penyerangan dan pemberontakan yang terjadi, semua akibat pengaruh sihir hitam." Anstia menoleh, kaget. "Itu akan menjagamu, sihir hitam terlalu kuat." Astevia menunjuk kotak di tangan Anstia.

"Apa sihir hitam akan jadi ancaman baru bagi Kerajaan?" Anstia menatap sang Raja yang mengangguk pelan.

"Aku akan memperketat penjagaan, juga memanggil para penyihir baru yang memiliki kemampuan. Pangeran kedua akan jadi pemimpin para penyihir itu."

Kekuatan Pangeran kedua yang selalu menggambar terletak pada sihirnya yang kuat, hampir setara dengan sang Raja. Walau Anstia malas mengakui kalau Pangeran Phil walau hanya melukis, dia bisa merasakan apa yang terjadi di sekitar Kerajaan.

"Pangeran kedua akan mengantarmu besok." Anstia melirik Pangeran kedua yang hanya mengiyakan ucapan sang Raja. Anstia jadi curiga kalau Pangeran kedua akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.

Anstia menghela nafas, sepertinya dia akan mengalah kali ini. Putri Ambertia itu memberikan salam sebelum berjalan keluar dari ruangan Raja.

"Tumben Anstia tidak menolak." Pangeran kelima menatap pintu yang tertutup, lalu melirik Pangeran kedua. "Jangan terlalu kasar pada Anstia."

"Aku tidak pernah kasar." Pangeran Phil berdiri, memberikan salam pada Raja lalu berjalan keluar.

Astevia melirik pintu.

***

Sembilan tahun, waktu yang lama untuk menunggu. Anstia sedang duduk di gazebo istana, para penjaga berada beberapa meter di belakangnya.

Padahal dia ingin mencuri kue di dapur, tapi pasti akan ketahuan karena para penjaga ini.

Andai saja ada Yasa.

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now