56. Mulai Berakhir

14.6K 2.6K 129
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu terjadi, berawal dari penyerangan beberapa penjaga dan akhirnya tanda perang dimulai berbunyi.

Seluruh prajurit yang telah di siapkan untuk melawan telah turun ke medan perang, beberapa menjaga Istana dan para rakyat yang telah diungsikan.

Hal yang tidak pernah Anstia sangka terjadi di cerita yang ia buat, perang dan pertumpahan darah.

Tenda tempat mereka berkemah menjadi tempat Anstia beristirahat kini. Gadis itu duduk di kursi dengan meja berisi sebuah peta yang terbuka dengan beberapa tanda di peta itu.

Perang sudah di mulai, tapi Anstia tidak di izinkan untuk turun ke garis depan.

Menghela nafas, Anstia menatap buku bersampul ungu yang ia baca. Ini adalah salah satu penerang untuk mengalahkan lawan mereka.

Biasanya ciri-ciri dari penyihir hitam adalah kain merah dan tindikan, tapi ada juga yang memiliki sebuah logo lingkaran sihir yang di timpal dengan bentuk pentagon. Sama seperti yang pernah di tunjukkan oleh Pangeran Haindre.

Anstia menghela nafas pelan. Ini melelahkan, Anstia tidak bisa bergerak disini.

"Kau perlu istirahat." Gerkan masuk ke dalam tenda, naga dalam bentuk manusianya itu menatap Anstia yang menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Rusta sedang bersama Sylvester."

Rusta ternyata sangat bisa diandalkan, bahkan menjadi orang yang Kakak ketiganya diskusikan mengenai langkah mereka kedepannya. Katanya mereka sepemikiran.

"Bagaimana keadaan di sana?" Anstia menatap Gerkan yang duduk di sebelahnya. "Apa mereka sudah mulai menyerang?"

"Belum, tapi mereka sudah berjaga-jaga." Gerkan menatap peta yang ada di atas meja. "Mereka seperti menunggu sesuatu."

Anstia mengangguk pelan. "Aku tidak yakin ini akan berakhir baik."

Gerkan menepuk bahu Anstia. "Semua akan baik-baik saja."

Suara terompet yang di tiup panjang membuat Anstia dan Gerkan saling tatap, keduanya langsung berlari keluar dari tenda dan menatap kaget ratusan panah api yang mendekat.

Gerkan berlari ke ruang yang lebih luas, merubah dirinya menjadi naga dan balik membakar panah-panah itu sebelum mengenai tenda-tenda mereka.

"Pergilah!"

Anstia menatap Gerkan, dia menggeleng membuat naga besar itu mengaum kuat hingga tanah bergetar.

"Aku tidak akan mundur!" Anstia berlari menuju Gerkan, dia tau jika saudaranya berada di garis depan. "Bawa aku."

"Hentikan itu!"

"Kalau kau tidak mau membawaku ke sana aku akan pergi sendiri!" Anstia tidak mau kehilangan, untuk saat ini dia mau melakukan apa saja yang dia bisa. Bahkan jika nyawanya adalah taruhan yang harus dia pertaruhkan dia akan lakukan.

Anstia berlari, menarik satu kuda yang diikat di samping tenda. Beberapa prajurit menghalanginya tapi dengan sedikit bantuan sihir dia menyingkirkan para prajurit.

Kuda yang Anstia tumpangi berlari kencang, melewati Gerkan yang memilih terbang di atas mereka.

"Berhati-hatilah Putri."

"Aku tau." Anstia memacu kudanya agar berlari menuju garis terdepan.

Mata Anstia membesar saat melihat banyak mayat yang tergeletak, di tambah dengan suara pedang yang saling beradu satu sama lain.

"Bodoh, kenapa kau kemari?" Itu suara Rusta, Anstia menoleh ke segala arah, mencari Rusta tapi tidak menemukan rubah itu.

Gerkan yang terbang turun, menjatuhkan badannya hingga membuat tanah berguncang.

TAWS (1) - AnstiaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ