28. Aku Berbeda

22.9K 3.8K 63
                                    

Hari keempat adalah hari dimana para Putri menunjukkan kemampuan atau bakat yang mereka miliki. Entah memasak, merajut atau bahkan berdandan.

Masalahnya Anstia tidak memiliki bakat seperti itu, dia memang Putri tapi tidak memiliki keahlian seperti itu.

Anstia menatap Putri Rose yang menunjukkan keahliannya dalam merias diri. Putri itu tampak senang karena sejauh ini nilai yang di dapat miliknya yang paling tinggi.

"Ester." Ester yang berdiri di belakang Anstia mendekat. "Memanah itu bakat atau bukan?"

"Anda ingin menanah?" Ester menatap Putri Anstia kaget. "Seorang Putri tidak boleh melakukan itu."

Anstia berdecak. "Ayolah, kalian kuno sekali."

"Tapi itu memang peraturan."

"Aku benci peraturan." Bertepatan dengan itu nama Anstia di panggil. Gadis itu berdiri di depan para juri, paviliun besar di belakang istana menjadi tempat mereka melakukan lomba. "Aku punya permintaan, bisa siapkan lapangan untuk memanah?"

Banyak suara yang terdengar terkesiap, kaget atas permintaan Putri Kerajaan Ambertia. "Seorang Putri tidak boleh memanah." Salah seorang juri bersuara."

Anstia menghela nafas pelan. "Aku bukan Putri lemah lembut seperti itu. Kenapa juga seorang Putri tidak boleh memanah?"

"Keanggunan adalah kunci dari seorang Putri, memiliki martabat itu adalah seorang Putri." Suara Putri Rose membuat Anstia menoleh. "Seorang Putri juga harus memiliki sopan santun."

"Saat kau berada di hutan seorang diri dan harus mempertahankan diri. Apa tatakrama dan sopan santun akan menyelamatkan nyawamu?" Anstia menarik ujung bibirnya saat melihat Putri Rose bungkam. "Seorang Putri tidak selamanya harus lemah. Seorang Putri juga harus dapat melawan dan mempertahankan pendapatnya. Haruskah aku protes karena kemah ini tidak adil pada peserta mereka?"

Para juri terlihat kesal, namun tetap memerintahkan beberapa pengawal untuk mempersiapkan lapangan yang akan di jadikan tempat Anstia memanah.

Para juri duduk beberapa meter di belakang Anstia, begitu juga dengan para Putri yang tentu penasaran. Karena Anstia adalah Putri pertama dalam sejarah yang menunjukkan bakat memanah yang di larang oleh seorang Putri.

Ada tiga sasaran yang berjarak beberapa meter. Anstia meraih busur,  dia menatap tiga titik itu sekilas. Jarinya meraih sebuah anak panah, mempertemukan anak panah dan tali busurnya, ia menarik busurnya hingga pipi. Dengan sekali nafas, anak panah itu melesat dan tertancap tepat di tengah lingkaran.

Suara riuh bersahutan, banyak yang tidak menyangka jika Anstia akan mengenai target.

Meraih satu lagi anak panah, Anstia menarik busurnya, menutup sebelah matanya dan bernafas pelan. Anak panah itu melesat dan sekali lagi tertancap pada pusat lingkaran.

Sasaran terakhir, Anstia dengan tenang meraih anak panah dan menarik busurnya, seperti sebelumnya. Anak panah menancap tepat di tengah lingkaran objek.

Anstia tersenyum, dia berbalik dan memberikan salam sebelum berjalan ke pinggir lapangan.

Para juri terkesan, keahlian Anstia tidak bisa di remehkan. Bahkan termasuk kemampuan langka di kalangan para Putri.

Nilai sempurna di berikan, Anstia hanya tersenyum. Tidak rugi dia selalu berlatih setiap hari hingga jari dan tangannya melepuh.

Anstia tersenyum, bahkan dengan masih memakai pakaian Putri dia bisa memanah tepat sasaran. Dia melirik Putri Rose yang tampak kesal.

Hari itu berakhir dengan makan malam terakhir mereka di acara kemah, besok akan menjadi acara penutup. Yaitu penyerahan hadiah.

Malam ini diadakan pesta kembang api yang sangat meriah, semua orang berkumpul untuk menyaksikan acara kembang api yang dapat di tonton oleh seluruh rakyat.

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now