75. Akhir Paling Indah

12.4K 1.3K 64
                                    

Acara pernikahan Pangeran Mahkota dan Putri Janesita menjadi acara terbesar yang terlaksana tahun ini.

Acara yang melibatkan banyak orang dan menjadi acara yang paling dinanti-nantikan setelah hari kebangsaan.

Pertunangan keduanya saat itu sudah menjadi acara yang paling dinanti, kini acara pernikahan keduanya menjadi acara paling di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat. Pasalnya kisah cinta sepuluh tahun yang tidak kunjung berbalas itu menjadi cerita yang dikenal banyak orang. Banyak penulis yang membuat kisah itu menjadi inspirasi mereka dalam membuat cerita dan semua cerita itu meledak dipasaran. Siapa yang tidak makin penasaran dengan sosok di balik kisah tersebut.

Oh, Kasilva juga akan datang. Sejak beberapa bulan lalu Kasilva pergi bersama Pangeran Phil yang kebetulan ingin berkeliling seluruh Kerajaan. Kasilva kini tinggal di sebuah desa yang cukup jauh dari Ibu Kota, beberapa kali mengirimkan surat dan beberapa gambar, tampaknya Kasilva menyukai hidupnya yang sekarang.

Semua semakin membaik, para Mermaid ikut di undang dan tentunya bangsawan dari berbagai daerah juga di undang datang.

Sejak undangan dibagikan para penjahit memiliki pekerjaan ekstra, pasalnya acara ini akan jadi acara paling besar di tahun ini. Anggaran yang dikeluarkan tidak main-main dan acara yang dilaksanakan bukan acara kecil, acara yang bahkan mengundang para penguasa lautan.

Acara terakbar tahun ini. Itu kata orang-orang.

Pemberkatan akan dilaksanakan beberapa saat lagi, Anstia sempat datang ke tempat Putri Janesita di rias, semua tampak memuaskan dan pas.

Yang paling gelisah tentu saja si Pangeran Mahkota yang menjadi bintang hari ini, tampak gelisah sejak tadi dan berkali-kali mengulang janji suci yang akan di ucapkan nantinya.

"Tenanglah Kak," Anstia meletakkan kedua tangannya di pinggang sambil menatap Kakak sulungnya yang berjalan bolak-balik dari kanan dan kiri berulang-ulang. "Kau akan semakin gugup."

"Bagaimana aku tidak gugup!" Hilberth menghela nafas pelan. "Bagaimana kalau aku salah mengucap? Salah melakukan hal lain? Itu akan jadi bencana."

"Dulu saat dia di nobatkan jadi Pangeran Mahkota dia biasa saja. Bahkan melakukan semuanya dengan wajah datar." Sylvester memakan buah yang dibawakan oleh pelayan, dia cukup kenyang sekarang tapi dia masih mau memakan apel manis ini. "Tapi sekarang dia seperti akan menghadapi hal buruk."

"Ini karmanya, dia dulu menolak Putri Janesita berkali-kali, sekarang dia harus bersikap keren di depan Putri Janesita tapi dia malah sangat gugup." Jalvier menguap sekali, dia tidak tidur tadi malam karena melakukan penelitian. "Jangan jatuhkan cincinnya."

"Aku malah yakin akan menjatuhkannya." Hilberth tampak gugup, bahkan sampai memegang dadanya saking gugupnya. "Ahh, ini menyebalkan!"

Anstia terkekeh, dia berjalan mendekat ke arah Kakaknya itu, menepuk bahu Kakaknya beberapa kali. "Sudah lama Putri Janesita menunggu, jadi lakukan yang terbaik."

Hilberth terdiam, lalu perlahan mengangguk. "Ya. Akan aku lakukan."

Pintu terbuka, itu si Pangeran Bungsu. "Ayo, turun sekarang!"

Hilberth menghela nafas, dia mengangguk. "Ayo kita nikahi Putri itu!"

"Kau yang akan menikah, bukan kami." Brandon terkekeh melihat wajah sang Kakak yang memerah.

Anstia tertawa.

***

"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Pastor yang berada di mimbar berbicara. "Adakah saudara meresmikan perkawinan ini sungguh dengan ikhlas hati?"

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now