19. Pangeran Pertama

31.6K 4.5K 85
                                    

Keputusan selalu berada di tangan sang Raja, termasuk siapa yang akan menjadi pendamping sang Putra Mahkota.

Pangeran Hilberth menghela nafas, membuat Anstia dan Pangeran Jalvier  menoleh pada Pangeran Mahkota yang tampak tidak berkosentrasi sejak tadi.

"Ada apa, Kak?" Anstia melirik sang Pangeran yang hanya menggeleng pelan, membuat Anstia menatap Pangeran keempat yang mengangkat bahu.

"Kau bisa bercerita, aku penasehat Raja. Aku mungkin bisa memberikan masukan padamu." Suara Jalvier membuat Hilberth menoleh. "Apa ada masalah Kerajaan yang membuatmu stres?"

"Bukan itu," Hilberth mengusap wajahnya kasar, menghela nafas pelan. "Aku.. Tidak mau di jodohkan."

"Kakak di jodohkan?!" Anstia menatap Hilberth tidak percaya. "Dengan siapa?"

"Putri bungsu Kerajaan Matar." Hilberth menghela nafas.

"Putri Janesita?" Jalvier menatap sang Kakak, pupil matanya membesar. "Putri yang mengejarmu sejak dulu?"

"Ada cerita seperti itu? Kenapa aku tidak tau?" Anstia menatap kedua Kakaknya tidak terima. Seingatnya Pangeran Mahkota memang akan menikah atas perjodohan Raja, ternyata banyak jalan ceritanya yang tidak ia ingat, atau mungkin telah berubah.

Jalvier duduk menghadap Anstia yang juga memperbaiki duduknya agar mendengar cerita Pangeran Jalvier. Bahkan keduanya mengabaikan tatapan tajam sang Pangeran Mahkota yang kini sangat mirip dengan tatapan Sang Raja.

"Jadi, Putri Jenesita ini jatuh cinta pada Pangeran Hilberth sejak sepuluh tahun yang lalu."

"Sepuluh tahun?!" Anstia menatap tidak percaya, seperti cerita anime yang ia tonton saja. "Itu lama sekali."

"Sejak umur lima belas, setiap anggota Kerajaan akan mengikuti kemah Putri atau Pangeran, acara gabungan yang di lakukan setiap akhir tahun. Di tahun pertama Putri Janesita, dia langsung jatuh cinta pada Pangeran Hilberth, tapi asalnya memang Pangeran yang dingin, dia mengabaikan. Bahkan Putri Janesita pernah datang kemari."

"Bernahkah? Aku tidak ingat dia pernah kemari." Anstia menatap Pangeran Jalvier.

"Kau saat itu belum tinggal di sini." Anstia mengangguk. "Sepertinya sang Raja tau tentang cerita Putri Janesita yang menyukai Pangeran Hilberth hingga berniat menjodohkan mereka."

"Putri Janesita jelek?"

"Hei, jaga tatakrama." Jalvier memukul kepala Anstia dengan buku yang untungnya tipis, membuat Anstia mengusap kepalanya dengan wajah cemberut. "Aku dengar, banyak lamaran yang datang pada Putri Janesita, karena dia adalah Putri yang paling cantik diantara Kakak-kakaknya."

"Harusnya Kakak beruntung." Anstia menatap Hilberth yang mendengkus. "Lalu? Apa dia jahat sampai Kak Hilberth tidak mau padanya?"

"Menurun rumor sifatnya sama sepertimu, agak nakal." Jalvier tertawa melihat wajah Anstia yang berubah kesal. "Tapi, dia baik. Dia sering menolong rakyatnya secara langsung. Calon Ratu yang baik, bukan?"

"Apa dia lebih tua makanya Kak Hilberth tidak mau."

"Tidak, dia seumuran Pangeran Sylvester." Jalvier melirik Pangeran Hilberth. "Aku rasa dia calon Ratu yang baik, lagipula Raja tidak akan memberi keputusan yang akan berakibat buruk untuk Kerajaan."

"Aku setuju!" Anstia ikut menyuarakan, dia setuju dengan ucapan Pangeran Jalvier. "Supaya aku punya teman disini, atau berikan saja aku keponakan yang manis."

Pangeran Hilberth melotot sedangkan Pangeran Jalvier tertawa.

"Aku tidak mau menikah dengannya."

TAWS (1) - AnstiaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon